Tak ada yang menghalangi niat Faruq untuk berangkat ke Jerman. Ia tidak ingin menunda, walaupun Fathiah awalnya membujuknya untuk menunda. Lima belas menit yang lalu pesawat yang mengantarkan mereka ke Jerman sudah lepas landas meninggalkan bandara internasional Soekarno Hatta tanah air.
Ini bukan kali pertama Fathiah pergi meninggalkan Indonesia dan keluarganya. Ia yang dulunya bersekolah di Kairo tentu pernah juga merasakan berpisah dengan orang tuanya dengan waktu yang cukup lama. Tapi kali ini beda, ia kini bersama pria yang telah sah menjadi suaminya. Tujuannya pun hanya untuk menemani suaminya, bukan lagi dalam menempuh pendidikan.
♥♥♥♥♥
Tiga menit yang lalu pesawat sudah sampai di bandara internasional Cologne. Hiru pikuk kesibukan di bandara sungguh meriuhkan suasana. Hilir mudik penumpang pesawat sibuk mendorong dan menarik koper besar dengan tangan mereka. Beberapa penumpang internasional yang baru datang pun sudah ditunggu oleh beberapa orang yang menanti kedatangan mereka.
Kedua tangan Fathiah sibuk memegang tas-tas kecil titipan dari ummi dan ibu untuk keperluan makan beberapa hari ke depan di Jerman. Kata ibu, takut jika Fathiah belum terbiasa dengan makanan asal negara yang terkenal dengan sejarah tembok berlin itu.
Suatu tarikan dari tangannya membuat Fathiah refleks menatap sumber penyebabnya. Faruq. Pria itu menarik tas jinjing ditangan Fathiah dan meletakkannya di atas koper yang didorongnya.
"Kalau berat nggak perlu dipaksain" begitu ucap Faruq. Fathiah mendadak bungkam. Ia dengan linglung hanya mengangguk menyetujui ucapan Faruq.
"Ayo, sudah ada yang jemput di depan" Faruq memberi kode agar Fathiah berjalan lebih dahulu. Saat Fathiah mengikuti intruksi Faruq, Faruq pun turut menyamai langkah Fathiah agar beriringan.
♥♥♥♥♥
Seorang pria berjenggot dengan celana cingkrangnya berteriak kearah mereka. Fathiah menoleh pada Faruq, mencari tau pada siapa pria berjenggot itu berkomunikasi. Fathiah hanya melongo ketika Faruq menjawab teriakan pria berjenggot itu dengan lambaian tangan.
Langkah keduanya semakin mendekati pria berjenggot itu yang berdiri dengan gagahnya disebelah mobil mini namun unik, sepertinya miliknya.
Kedua pria itu bersalaman dan berpelukan, layaknya sahabat yang sudah lama tidak dipertemukan. Fathiah memperhatikan interaksi dua pria itu. Ia melihat bagaimana Faruq begitu hangat pada pria berjenggot itu.
Fathiah mendadak kalang kabut setelah tertangkap basah memperhatikan dua pria itu berintekrasi. Ia menunduk saat pria berjenggot itu menatapnya.
"Istri antum?" Tanya pria itu, tentu saja pada Faruq.
Faruq mengangguk sembari melempar senyum pada pria berjenggot itu, dan juga menoleh pada Fathiah.
"Assalamu'alaikum, ana Usman. Masih orang Indonesia, kelahiran Batam" ujar pria itu. Sepertinya pria berjenggot bernama Usman itu tau hukum bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Usman lebih dulu mengatup kedua tangannya di depan dada.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, Fathiah" salam dari Fathiah.
"Kalau begitu kita masuk ke mobil dulu, di mobil saja kita lanjutkan pembicaraan" pinta Usman, tanpa intruksi ia membawa koper ditangan Faruq untuk meletakkannya di bagasi.
♥♥♥♥♥
Sepanjang perjalanan Fathiah hanya diam sambil memperhatikan keadaan kota Cologne dari jendela mobil. Lalu lalang mobil di jalan raya begitu tertib, lampu lalu lintas yang berdiri kokoh memang digunakan sesuai fungsinya.
Kedua pria yang duduk di depan itu asyik membicarakan sesuatu yang tidak Fathiah pahami. Sepertinya sedang sibuk berbagi kisah setelah lama berpisah. Tawa keduanya sesekali membuat Fathiah menoleh memperhatikan keduanya. Tapi ia lebih memfokuskan pandangannya pada Faruq. Tentu saja, karna hanya pria itu yang halal baginya. Ia memperhatikan bagaimana Faruq berbicara dan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA PELANGI DI UJUNG WAKTU
SpiritualAku bukanlah Khadijah binti Khuwailid , tapi aku belajar setia darinya Aku bukanlah Aisyah binti Abu Bakr Shiddiq , tapi aku belajar ikhlas darinya Aku bukanlah Fatimah binti Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, tapi aku belajar tabah darinya Aku b...