PART 12. NIKAHI AKU FARUQ

582 28 3
                                    

"Karena beragama harus mengikuti Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, bukan mengikuti kaum, bukan atas dasar taqlid buta, ikut ikutan semata. Beragama itu harus mengikuti rasul, karena rasul yang Allah utus kepada umat manusia untuk belajar mendakwahkan islam dan mengamalkan islam dan beliau shalallahu'alaihi wa sallam di dampingi dan disertai oleh shahabat, yaitu orang-orang yang telah Allah pilih untuk menyertai rasul yang mulia ini".

Fathiah menyimak kajian sunnah siaran langsung dari Indonesia di laptopnya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, "Sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta'ala, dan sabda Rasul-Nya, Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, dan mengikuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para shahabat sepeninggal beliau, juga mengikuti para tabi'in yang mengikuti mereka dengan ihsan." (Fathu Rabbil Bariyyah, 7)

Karena itulah Allah Ta'ala mengutus Rasul-Nya, Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, dengan membawa petujuk dari Allah. dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk beriman kepada beliau, secara lahir dan bathin.

Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-A'raf ayat 158 yang berarti:

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang mengidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."

"Maka Barang siapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta'ala."

Fathiah sedikit terkejut dengan kehadiran Faruq yang mengambil duduk tepat di sebelahnya. Sudah sebulan berlalu, ia masih belum terbiasa dengan Faruq, ada saja gejolak dalam dirinya ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Faruq.

"Dulu waktu kuliah di Jakarta, abang sama mas Yusuf sering datang kajian beliau. Tapi semenjak lanjut magister sudah mulai jarang, waktunya kurang pas dengan jadwal kuliah" cerita Faruq yang Fathiah pun turut mendengarkan.

"Mas Yusuf juga cerita gitu sama Fathiah"

"Oh ya?"

"Kata mas Yusuf, abang panutannya"

Faruq tertawa kecil. "Yang ada mas Yusuf itu panutan abang, setiap hari pasti nanyain 'antum kajiankan hari ini? Ana jemput' gitu katanya" Faruq menirukan cara bicara Yusuf yang disambut gelak tawa oleh keduanya.

"Mas Yusuf juga cerita kalau suara ngaji abang bagus" entah kenapa dirinya tiba-tiba membicarakan ini.

"Mas Yusuf cerita?"

Fathiah mengangguk.

"Kapan-kapan kita bisa ngaji bareng" tawar Faruq.

Hati Fathiah mulai tidak tenang, akhir-akhir ini Faruq selalu bersikap manis padanya. Masalahnya dirinya masih belum terbiasa untuk itu.

"Abang senang bisa kenal baik dengan mas Yusuf sehingga bisa mengenal kajian Sunnah, kalau bukan karena mas Yusuf entah bagaimana abang sekarang"

"Kalau bukan karena Allah lewat mas Yusuf, bang" Fathiah mengoreksi.

"Iya itu maksud abang, entah bagaimana abang sekarang. Mungkin mas Yusuf tidak akan sudi menerima abang sebagai adik iparnya, mungkin yaa" Faruq tertawa jika memikirkannya.

"Abang dekat mas Yusuf dari awal kuliah ya?" Fathiah jadi penasaran dengan masa lalu suaminya dengan masnya sendiri. Bagaimana keduanya bisa berteman baik.

ADA PELANGI DI UJUNG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang