BAB 1

9K 307 3
                                    

Suasana ramai di Hall Istana Vezuza menjadi sunyi tatkala seorang pemuda dalam pakaian seragamnya yang berwarna putih kebiru-biruan, melintasi Hall dengan terburu-buru.

Pedang panjangnya terayun-ayun seiring dengan langkah kakinya yang lebar. Wajahnya menampakkan ketegangan hatinya.

Entah apa yang membuat pemuda tampan itu begitu tegang. Tak seorangpun di Hall itu yang tahu dan tak seorangpun yang ingin tahu. Semua orang di sana hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan pemuda tampan namun dingin itu kepada Putri Eleanor yang mendekatinya.

“Selamat pagi, Kakyu,” sapa Putri Eleanor sambil tersenyum manis.

Kakyu tahu apa yang diharapkan Putri cantik itu dari dirinya. Dengan sopan, ia meraih tangan Putri Eleanor dan menciumnya sambil berkata, “Selamat pagi, Tuan Puteri.”

“Apa yang membuatmu terburu-buru, Kakyu?”

“Maafkan saya, Tuan Puteri,” kata Kakyu, “Saya tidak dapat memberitahu Anda.”

“Apakah engkau benar-benar ingin segera bertemu Papa?” tanya Putri Eleanor – meyakinkan dirinya sendiri.

“Benar, Tuan Puteri.”

“Apakah terjadi sesuatu pada Istana?” selidik Putri Eleanor.

“Tidak, Tuan Puteri.”

Putri Eleanor jengkel terus menerus menerima jawaban singkat. Walaupun begitu ia tidak menampakkannya.

Semua orang tahu Kakyu adalah seorang pemuda yang tampan dan dingin. Kata-katanya memang tidak pernah terdengar dingin tapi sikapnya yang selalu menjauhi keramaian, menampakkan kedinginan hatinya.

Menghadapi segala macam pertanyaan pun, Kakyu bersikap dingin. Pertanyaan apa pun selalu dijawabnya dengan singkat.

Kakyu benar-benar seorang pemuda tampan yang dingin.

Walaupun begitu banyak gadis yang tergila-gila padanya. Bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena ketangguhannya.

Semua orang di Kerajaan Aqnetta tahu Kakyu adalah Perwira Tinggi yang termuda di kerajaan ini. Pada usianya yang masih sangat muda ini, Kakyu telah menduduki sebuah posisi yang cukup penting di Kerajaan Aqnetta dan yang paling penting di Istana Vezuza, yaitu Kepala Keamanan Istana.

Hal ini tidaklah mengherankan.

Sebagai putra Jenderal Reyn yang terkenal tangguh walaupun usianya telah tua, sejak kecil Kakyu telah dididik dengan keras oleh ayahnya agar dapat menggantikannya menjaga keamanan kerajaan ini.

Setiap hari dilalui Kakyu dengan berlatih pedang dengan ayahnya. Setiap hari pula Jenderal Reyn mengajarkan kepandaian taktik perangnya kepada putranya.

Walaupun itu berarti Kakyu harus belajar keras setiap hari untuk menjadi seorang prajurit yang tangguh seperti ayahnya, Kakyu tidak pernah mengeluh. Malahan Kakyu menyukainya.

Jenderal Reyn sangat senang ketika mengetahui putranya senang memainkan pedangnya. Dan ia lebih senang lagi ketika menyadari putranya berbakat dalam ilmu perang serta cepat menguasainya.

Melihatnya, Jenderal Reyn menjadi tidak sabar.

Ketika usia Kakyu mencapai empat belas tahun, Jenderal Reyn yang saat itu telah menduduki posisi sebagai Jenderal Angkatan Darat, meminta kepada Jenderal Tertinggi Kerajaan Aqnetta, Jenderal Decker untuk memasukkan Kakyu sebagai pasukan pengawal Istana.

Tentu saja Jenderal Decker merasa terkejut dengan permintaan itu. Dari beberapa kali perjumpaannya dengan Kakyu, Jenderal Decker tahu pemuda itu adalah seorang prajurit yang tangguh walau usianya masih muda.

Kelembutan Dalam Baja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang