BAB 3

3.1K 194 2
                                    

Ketika waktu yang dinantikannya tiba, Kakyu mulai membangunkan setiap orang.

Yang paling dulu dibangunkan Kakyu adalah prajurit jaga baik yang menjaga tenda-tenda penting maupun yang menjaga seluruh perkemahan.

Semua orang kecuali yang telah mengetahui rencana Kakyu, heran. Mereka tidak mengerti mengapa mereka dibangunkan pagi-pagi lalu disuruh segera berkemas.

Tapi mereka semua mematuhi perintah yang tersebar cepat itu kecuali Putri Eleanor yang jengkel kepada Kakyu dengan rencananya yang berulang kali berubah itu.

Untung Raja Alfonso segera menangani putrinya yang manja itu walau pada akhirnya ia menyerah dan menyuruh pengawal pribadi putrinya, Kakyu, mengatasi gadis itu.

Kakyu yang sudah kerepotan dengan rencananya itu, semakin dibuat repot oleh Putri Eleanor. Waktu yang semakin sempit tidak membuat Kakyu bingung.

Kakyu meminta Imma dan kedua putranya menemani Putri Eleanor yang semakin jengkel karena diacuhkan Kakyu.

Hingga mereka telah selesai berkemas-kemas, Kakyu belum bertemu Putri Eleanor di dini hari ini.

Mereka baru bertemu ketika Kakyu melihat Putri tidak mau naik kereta bersama-sama Imma dan kedua putranya.

Kakyu mengerti Putri Eleanor sangat marah kepadanya. Tapi tidak ada lagi yang dapat dilakukan Kakyu selain menaikkan kedua penjahat yang terikat itu ke atas punggung kuda. Kakyu tidak dapat membiarkan kedua pria itu berada di kereta Halberd bersama-sama keluarga itu. Ia juga tidak dapat mengosongkan punggung seekor kudapun.

Ketika berangkat ke Naullie, rombongan Istana itu hanya terdiri dari tujuh belas orang termasuk Raja dan Putri. Masing-masing orang menunggangi seekor kuda. Dan ketika kembali, rombongan mereka bertambah enam orang serta sebuah kereta petani.

Guna melengkapi rencananya untuk tidak memisahkan kedua pria itu sekaligus menjauhkan mereka dari keluarga Halberd, Kakyu meminta Putri Eleanor merelakan kudanya untuk pemberontak itu sehingga masing-masing pria itu menaiki seekor kuda.

Semua telah diperhitungkan Kakyu dengan matang kecuali sikap Putri Eleanor.

Mulanya Kakyu berpikir Putri akan mengerti permintaannya ini. Tapi rupanya kejengkelan Putri Eleanor pada pemuda itu membuatnya tidak mau mengerti hingga Raja Alfonso menyerah membujuk Putrinya itu.

“Engkau membuatku jengkel, Kakyu,” kata Putri Eleanor saat melihat Kakyu, “Kemarin siang engkau ingin kita berkemas-kemas lalu sesaat kemudian engkau ingin kita tetap tinggal. Pagi ini engkau membangunkan kami semua pagi-pagi dan menyuruh kami segera berkemas. Dan sekarang engkau menyuruhku naik kereta.”

“Maafkan saya, Tuan Puteri,” kata Kakyu tenang dan singkat.

“Tidak adakah yang dapat kaukatakan selain ‘maaf’?”

Kakyu tahu Putri Eleanor semakin jengkel mendengar jawaban singkatnya, tapi ia tetap berkata, “Tidak ada, Tuan Puteri.”

“Jangan memberiku jawaban pendek, Kakyu!”

“Saya berharap Anda mengerti permintaan saya ini, Tuan Puteri,” kata Kakyu, “Keselamatan Anda semakin terancam bila Anda terlalu lama berada di sini.”

“Aku tidak peduli,” balas Putri Eleanor tenang, “Keselamatanku adalah tanggung jawabmu.”

Kakyu tetap tenang menghadapi Putri Eleanor. “Bila Anda tidak mempedulikan keselamatan Anda, Tuan Puteri, setidak-tidaknya Anda mempedulikan keselamatan Paduka serta keluarga Halberd yang juga terancam.”

Putri memperhatikan kedua putra Halberd yang memeluk ibunya erat-erat.

“Bailkah, Kakyu,” Putri Eleanor akhirnya mengalah, “Tapi ingat, aku malakukannya demi mereka bukan karenamu.”

Kelembutan Dalam Baja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang