BAB 5

2.9K 188 17
                                    

“Engkau gila, Kakyu!” kata Lishie sambil menahan suaranya tetap kecil.

“Engkau jadi pergi pagi ini?” tanya Vonnie.

Kakyu yang mengendap-endap menuju pintu, berhenti karenanya.

“Mengapa kalian semua bangun sepagi ini?” Kakyu balas bertanya.

“Bagaimana mungkin kami bisa tidur tenang setelah engkau mengatakan engkau akan pergi ke Naullie juga?” kata Marie.

“Setelah Papa dan Joannie pergi, engkau juga akan pergi,” kata Lishie, “Mama pasti akan semakin kesepian. Mama pasti akan mencarimu dan ia pasti akan semakin cemas setelah mengetahui kepergianmu ini.”

“Aku tahu,” kata Kakyu.

“Tapi itu berbahaya, Kakyu. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?”

“Itu adalah resikonya,” jawab Kakyu tenang.

“Jangan tenang seperti itu, Kakyu!” seru Lishie.

“Jangan berisik!” sahut Marie, “Nanti Mama terbangun.”

“Maaf,” kata Lishie, “Apa engkau sudah gila, Kakyu? Engkau tahu bahayanya tapi tetap pergi juga.”

“Aku tahu apa yang kulakukan ini.”

“Ya, engkau selalu tahu,” kata Vonnie kesal, “Lalu apa yang harus kita lakukan kalau Mama bertanya tentangmu?”

“Katakan saja semuanya,” jawab Kakyu tenang.

“Engkau ingin membuat Mama sedih?” tanya Lishie marah.

“Mama akan lebih sedih kalau tahu setelah terjadi sesuatu padaku,” kata Kakyu.

“Kalau akan begini jadinya, seharusnya engkau juga memberitahu Mama juga tadi malam.”

“Aku tidak ingin Mama mencegahku.”

“Ya, engkau benar,” kata Marie, “Mama pasti akan dapat mencegahmu sedangkan kami tidak.”

“Percuma saja engkau membangunkan Mama sekarang, Marie,” kata Kakyu, “Aku hanya tinggal membuka pintu ini dan melarikan kudaku, maka aku akan tiba di Naullie dalam waktu singkat.”

“Engkau benar-benar gila, Kakyu,” kata Lishie.

“Rumah ini akan semakin sepi setelah kepergianmu,” kata Marie.

“Dengan diapun, rumah ini tetap sepi,” sahut Vonnie.

“Panggil saja Joannie,” usul Kakyu, “Dia sekarang ada di rumah Bibi Mandy, bukan? Aku yakin ia mau kembali setelah sekian lama.”

“Ya, kita panggil saja Joannie,” kata Marie setuju, “Dulu dia pergi ke rumah Bibi Mandy karena tidak ingin melihat Papa pergi. Sekarang Papa telah berada di sana, ia pasti mau kembali.”

Kakyu merasa urusan ini telah selesai.

“Aku pergi,” katanya.

“Kakyu!” Lishie menarik tangan adiknya.

“Aku harus buru-buru, Lishie.”

“Aku tahu,” kata Lishie, “Tapi sebelum aku pergi, aku ingin memelukmu.”

Kakyu belum sempat berkata apa-apa, Lishie sudah menarik tubuhnya.

“Carilah suami yang hebat di medan pertempuran sana,” bisiknya.

“Engkau gila, Lishie,” kata Kakyu.

Lishie hanya tersenyum nakal sebagai balasannya.

“Apa yang kaubisikkan padanya, Lishie?” tanya Vonnie ingin tahu.

Kelembutan Dalam Baja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang