BAB 4

3.3K 204 11
                                    

Pagi itu semua anggota keluarga Quentynna berkumpul di Ruang Makan untuk sarapan.

Semua ada di sana.

Jenderal Reyn sebagai kepala keluarga Quentynna duduk di ujung meja dengan istrinya, Lady Xeilan di samping kanannya. Kelima putra Jenderal Reyn juga tidak ada yang ketinggalan.

Putri pertama keluarga Quentynna yang sangat menyayangi Jenderal Reyn, Joannie, tentu saja duduk di samping Jenderal Reyn yang lainnya.

Seperti biasa, putri keempat Jenderal Reyn yang paling suka bicara, Lishie, berbicara panjang lebar disahut Vonnie, putri ketiga Jenderal Reyn yang selalu ingin tahu. Marie juga tak mau ketinggalkan meramaikan suasana pagi keluarga Quentynna.

Hanya Kakyu sebagai putra bungsu Jenderal Reyn yang tidak ikut meramaikan Ruang Makan.

Kedatangan seorang pelayan yang terburu-buru, menghentikan canda tawa mereka.

“Ada yang terjadi?” tanya Jenderal Reyn.

“Di depan ada seorang prajurit yang ingin menemui Anda.”

“Aku akan menemuinya sekarang juga.”

Jenderal Reyn beranjak dari kursinya dan mengikuti pelayan itu.

“Mengapa prajurit itu mencari Papa sepagi ini?” tanya Vonnie ingin tahu.

“Aku tidak tahu, Vonnie,” jawab Lishie.

“Aku juga tidak tahu,” kata Joannie.

“Mungkin Kakyu tahu,” kata Marie.

Keempat putri Jenderal Reyn itu menatap Kakyu yang sama sekali tidak terpengaruh pembicaraan mereka.

Menyadari tatapan keempat kakak perempuannya, Kakyu mengangkat kepalanya dari piring. Dengan tenang ia berkata, “Tidak.”

Keempat kakak beradik itu kesal melihat adik mereka kembali menekuni makan paginya.

“Percuma bertanya pada Kakyu,” keluh Vonnie, “Ia selalu menjawab ‘Ya’ atau ‘Tidak’.”

Lady Xeilan tersenyum. “Kalian ini seperti belum mengenal adik kalian yang pendiam ini.”

“Benar, ia tak banyak bicara sepertimu, Lishie,” tambah Marie.

“Lebih baik aku daripada engkau yang lamban,” kata Lishie marah.

“Biar saja. Yang penting aku tidak sepertimu,” Marie tidak mau kalah, “Aku heran mengapa engkau bisa bicara terus sepanjang hari tanpa membuar bibirmu lelah.”

“Sudah… sudah. Jangan bertengkar,” cegah Lady Xeilan sebelum keduanya bertengkar, “Apakah kalian tidak bisa tenang seperti Kakyu?”

“Benar. Lihat saja Kakyu yang sejak tadi diam saja sementara kalian ribut saja,” tambah Joannie.

Lishie menatap Kakyu yang tetap dengan tenang menghabiskan makan paginya. “Aku tidak tertarik menjadi orang sedingin dia.”

“Kalaupun engkau tertarik, engkau tidak akan pernah dapat setenang Kakyu,” timpal Vonnie, “Disuruh diam sebentar saja engkau tidak mampu apalagi kalau selama-lamanya.”

“Tentu saja. Tidak enak seharian diam seperti dia,” Lishie menyetujui kakaknya.

“Tapi enak kalau terkenal seperti dia,” kata Marie, “Kalau aku terkenal seperti Kakyu, pasti banyak pria tampan yang mengejarku.”

“Engkau yang lamban?” kata Vonnie tak percaya, “Jangan membuatku tertawa dengan khayalanmu itu, Marie.”

“Marie benar, Vonnie. Kalau kita terkenal seperti Kakyu, pasti banyak pemuda tampan yang mengejar kita.”

Kelembutan Dalam Baja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang