Now I live with the regret that my true feelings for them never were revealed.
So I made a promise to myself, to say each day how much he's means to me.
▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒
SETELAH menghabiskan waktu dua hari untuk beristirahat di dalam kamar, akhirnya Jaehyun sudah sedikit sehat hari ini. Kepalanya tidak lagi terasa pening dan seluruh tubuhnya sudah terasa lebih bugar, berterimakasih kepada Ten yang selalu bersedia merawatnya dari pagi hingga petang. Hal itu sedikit membuka pikiran Jaehyunㅡbahwa ia mungkin bisa melepaskan Taeyong agar lelaki mungil itu menemukan kebahagiaan nya.
Menghela nafas, Jaehyun menunggu seseorang di ruang tamu. Ia belum ingin pergi ke kantor, wajahnya masih sedikit pucatㅡtakutnya, nanti Jaehyun malah merepotkan Ten dan yang lain jika ia sakit-sakitan di dalam kantor.
Saat ini keputusan Jaehyun sudah bulat, mulai minggu depan ia akan mengoperasikan perusahaan yang berada di luar Negeri. Awalnya ia tidak mau, tapi memang apa yang bisa Jaehyun lakukan? Ia tidak bisa terlepas dari bayang-bayang seorang Lee Taeyong jika masih terus berada di seoulㅡapalagi saat ini sudah ada Mingyu; sumber kebahagiaan Taeyong.
Dengan menahan lelaki cantik itu terus bersamanya, tandanya Jaehyun tengah merebut semua kebahagiaan milik orang yang ia cintai, dan Jaehyun tidak ingin menjadi egoisㅡwalaupun sebenarnya ia ingin.
Lagi pula tidak ada yang bisa Jaehyun lakukan lagi, perjanjian awalnya menikahi Taeyong adalah hingga lelaki cantik itu kembali menemukan Mingyu, dan sekarang Taeyong sudah bertemu dengan Mingyu. Jaehyun tidak berarti apa-apa selain orang asing yang memaksa Taeyong dalam sebuah ikatan pernikahan.
Pernikahan yang ia pikir akan menjadi awal dari kebahagiaan, Jaehyun pikir, seiring berjalannya waktuㅡmaka Taeyong akan luluh padanya. Namun tidak, itu semua hanya angan-angan semu seorang Jung Jaehyun. Kenyataan nya berbanding terbalik, begitu pahit dan memuakkanㅡhingga rasanya semua kejadian yang terjadi belakangan ini meninggakan lubang besar di dalam rongga dada yang tidak akan pernah sembuh.
Ting tong!
Mengusap air mata, Jaehyun berjalan menuju pintu dan membukanya. Ia tersenyum kecil saat melihat seorang lelaki berjas hitamㅡlelaki itu adalah teman sekolahnya saat Jaehyun berada di Senior High School.
"Aku membawa pesananmu," ujarnya sembari masuk ke dalam rumah Jaehyun karena si empunya sudah mengizinkan.
Mereka duduk di ruang tamu; Jaehyun mengulum bibir bawah dan mengangguk kaku. "Terimakasih Rowoon-ya,"
Rowoon mengangguk, senyum pedih menghiasi wajah lelaki tampan itu. Pekerjaan Rowoon sebagai pengacara membuatnya harus terlibat di dalam keputusan Jaehyunㅡlelaki tampan itu dengan berani menyatakan bahwa ia ingin mengajukan surat cerai.
Bukannya Rowoon tidak tahu, namun ia tahu dengan pasti apa yang terjadi. Berteman bersama Jaehyun dan Taeyong membuat Rowoon pusing setengah mati, ia harus berada di pihak netral walaupun ia ingin sekali membela Jaehyunㅡkarena lelaki tampan itu bukanlah laki-laki berengsek yang pantas di benci.
Seorang Jung Jaehyun adalah lelaki yang paling sempurna yang pernah Rowoon temui di dunia ini. Semua kebaikan ada di dalam diri Jaehyun, maka dari itu, ia sedikit heran kenapa Taeyong begitu membenci suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Tomorrow Never Comes《Jaeyong》✔
Fanfiction[AngstㅡHurt] If Tomorrow Never Comes, will he's know how much i love him? •Jaehyun x Taeyong •BXB || GAY || YAOI •MPREG! •Don't read if u don't like, bitches. •Cerita Asli Milik Rachel (Penulis) Start : 171118 End : -