Arghh!
Nara terus mengerang menahan rasa sakit di perut bagian bawahnya. Dia meremas perutnya dengan kuat. Pasalnya, dia sedang mengalami datang bulan di hari pertamanya.
Sudah bangun telat. Tembus. Harus mencuci. Perut mulas. Tidak ada angkutan umum yang lewat lagi. Sungguh sial nasibnya hari ini. Sebuah mobil avanza berhenti di hadapannya. Menampilkan sosok Radit yang tersenyum dengan hangatnya di pagi ini.
"Lo belum berangkat juga, Na?" tanya Radit saat baru saja keluar dari mobil mewahnya.
"Belum, Dit. Gak ada angkot," jawab Nara masih sembari memegang perutnya.
"Ya udah, lo bareng gue aja yuk?" ajak Radit dan langsung di dapati anggukan oleh Nara.
Tidak ada pilihan lain, kecuali jika dia ingin di hukum dengan keadaan yang tidak memungkinkan akibat perutnya yang masih terasa sakit itu.
Selama perjalanan menuju sekolah pun sama. Nara masih memegangi perutnya sambil sesekali meringis kesakitan.
"Lo kenapa, Na?" tanya Radit, sedikit menoleh karena sedang fokus terhadap jalanan.
"Biasa. PMS," jawab Nara seadanya.
Setelah sampai di depan gerbang SMA Pelita Bangsa, Nara turun dari mobil milik Radit. Banyak sepasang mata yang menatap ke arahnya.
"Makasih ya, Dit. Udah anterin gue," ucap Nara tulus sembari tersenyum.
Tiba-tiba saja Radit membuka jaket yang dipakainya dan langsung mengikatkannya di pinggang Nara.
"Eh? Kenapa?" Nara mengernyit bingung.
"Itu. Rok lo ada merahnya," ucap Radit pelan.
Mata Nara terbelakak kaget, "Hah? Ya ampun. Gue maluuu," panik Nara, refleks melihat ke belakang roknya yang sudah tertutupi oleh jaket yang di pakaikan Radit.
Radit terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan Nara yang terlihat sangat begitu panik itu.
"Iya. Tadi gak sengaja gue liat ad--"
"NARAAAAAAAAAAAA!"
Ucapan Radit terhenti ketika teriakan kedua sahabat Nara memekakkan telinganya.
"Ehh, Radit?" kaget Vita saat menyadari keberadaan Radit.
"Hai," sapa Radit dengan tersenyum tipis.
"Lo kenapa disini?" tanya Vita heran.
"Emm itu, Vit. Tadi gue gak ada angkot. Terus gak sengaja ketemu Radit di jalan. Yaudah kita berangkat bareng," jawab Nara cepat.
Dia hampir lupa. Bahkan sebelumnya dia tidak ingat resiko kalau Vita tahu dia dekat dengan Radit. Hari ini dia sangat egois. Yang dia pikirkan hanya ingin cepat sampai di sekolah. Tidak ingat kepada Vita yang masih mempunyai setitik rasa untuk Radit.
"Ohh."
Vita dan April ber-oh ria sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. Untung saja Vita percaya dan tidak tampak menahan amarah sedikit pun.
"Yaudah kalau gitu, gue duluan ya. Takut telat juga. Jaketnya lo balikin ke gue nanti aja, Na. Soalnya sehabis ini kita bakalan sering ketemu juga," pamit Radit sembari melenggang pergi dan mulai memasuki mobil mewahnya.
Mereka bertiga bingung kurang mengerti maksud dari perkataan Radit. Jaket? Bakalan sering ketemu? Bagaimana bisa?
"Lo tembus, Na?" tanya April menyadari jaket yang melingkar di pinggang ramping Nara.
"Jadi, itu jaket Radit?" sambung Vita.
"I-iya. Vit, gue bisa jelasin kok. Ini gak seperti yang lo kira. G-gue tadi--" Nara menggigit bibir bawahnya, sangat gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Comeback? ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNara tetap berdiam di tempat yang sama. Tetap mencintai Sakti dengan sangat. Tetap setia menunggu Sakti kembali menjadi pelengkap hidupnya. Tapi bagaimana dengan Sakti? Masihkah dia ingin sendiri?