21. Problem

335 26 1
                                    

Nara, April, dan Vita. Ketiganya sama-sama terdiam di kantin abah ini. Tidak seperti biasanya. Biasanya mereka akan berceloteh membicarakan apa pun yang akan membuat mereka tertawa. Tapi saat ini berbeda, hening tak bersuara. Semenjak insiden Radit yang menyatakan cintanya kepada Nara, Vita tetap saja tidak mau berbicara sepatah kata pun padanya.

"Kalian mau sampai kapan diam-diaman kayak gini?" sindir April memecah keheningan.

"Vit, gue minta maaf," lirih Nara pelan.

"Hmmm," sahut Vita seadanya.

"Lo benaran maafin gue?"

"Ya."

"Benaran?"

"Ya."

"Gak terpaksa kan?"

"Ya terpaksalah!"

"Lo berdua yang tulus dong maafannya, masa maafan kayak gitu?! Nih ya, kalian harus sambil salaman gini!" sindir April sebal sembari mempersatukan tangan Nara dan Vita agar mereka saling menjabat tangan.

"Vit, jangan marah lagi sama gue ya? Gue gak pernah punya niat buat khianatin lo. Gue gak pernah suka sama Radit. Gue gak mau diam-diaman gini sama lo," pinta Nara dengan menggenggam tangan Vita begitu erat.

"Gue udah maafin lo," jawab Vita masih ketus.

"Lo tulus kan maafin gue?" tanya Nara dengan mata yang berbinar.

"Iya, Nara Almeera. Gue udah maafin lo. Lagi pula ini bukan kesalahan lo sepenuhnya," ucap Vita tersenyum tipis.

Mata bulat Nara berbinar, "Ya ampun Vit, makasih banget lo udah maafin gue," Nara bahagia dan langsung memeluk Vita.

"Nah gitu dong, kalian harus saling memaafkan," komentar April ikut bahagia.

"Eh, gue ikutan pelukan dong," lanjutnya dengan merentangkan kedua tangannya.

"Aaaaaaaaaaaaaa!"

Mereka bertiga berpelukan dengan raut yang bahagia. Walau sebenarnya, di dalam hati Vita masih kesal kepada sahabatnya itu. Tetapi dia berusaha untuk memaafkan. Karena bagaimana pun juga, Nara tetap sahabatnya.

***

Setelah bertemu dengan kedua sahabatnya di kantin, Nara bergegas ke ruang OSIS untuk mempersiapkan acara puncak PORSENI yang tersisa tinggal tiga hari lagi. Dia mengambil kantung keresek berisi kertas krep yang akan dia gunakan sebagai hiasan acara puncak PORSENI nanti. Dia mulai membentuk kertas krep itu menjadi berbagai bunga. Walau pun dia mengerjakannya sendiri dikarenakan anggota OSIS yang lain sedang menjadi panitia perlombaan, tetapi dia tetap asyik mengerjakan kerajinan tangan untuk bahan hiasan itu.

Ekhemmm!

Nara menengok ke sampingnya. Tanpa di sadari ternyata sudah ada Radit yang terduduk santai disana.

"Lo lagi ngapain?" tanya Radit, terduduk di sebelahnya.

"Kelihatannya?" Nara menjawab ketus, masih sembari membentuk kertas krep menjadi berbagai bunga.

Tangan Radit terulur mengambil kertas krep berwarna merah, "Gue bantu ya?"

Nara mengangguk samar, "Soal yang kemarin, maaf ya." gumam Nara pelan.

"Gak papa kok. Gue ngerti," ucap Radit tersenyum tipis.

"Btw, kapan sih lo mau move on?" lanjutnya sembari menatap Nara yang tengah fokus membentuk kertas krep berwarna birunya.

"Gak tahu," jawab Nara singkat dan seadanya.

Radit berdecak, "Kalau gak di coba ya gak bakalan bisa. Kalau gak usaha dan bisanya cuma ngomong aja, sama aja bohong."

Will You Comeback? ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang