Nara sangat membenci hari Senin. Saat ini pun, dia sedang melangkahkan kakinya malas menuju kelas. Pandangannya menyapu bersih ke seluruh penjuru kelas. Menengok ke kanan dan ke kiri. Namun seseorang yang dicarinya tak kunjung tertangkap juga oleh retina miliknya. Coba katakan, bagaimana cara agar dia bisa melupakan? Jika setiap kali dia memasuki ruangan itu saja, yang pertama kali dia cari adalah-- Sakti.
"MORNING EPIBADEHHH!" teriak seorang, ralat! Dua orang perempuan memasuki kelas, membuat Nara terkejut dan menoleh seketika.
"April?"
Dengan gembiranya Nara langsung menghampiri dan memeluk sahabatnya yang sudah dua minggu ini tidak menampakkan diri di sekolah.
"April, gue kangen," ucapnya masih sembari memeluk erat.
"Ekhemmm," deham Vita.
"Kok cuma April yang di peluk? Gue di anggurin!" lanjutnya sedikit menyindir.
Mereka beralih menatap Vita, sedetik kemudian mereka bertiga tertawa dan mulai saling berpelukan.
"Uuuuuuuu Vitakkkk!"
Lengkap sudah kebahagiaan mereka. Bisa berkumpul bertiga seperti semula, bukan hanya berdua. Dua minggu ini April memang tidak bersekolah karena dia izin pulang ke kampung halamannya di Bogor.
"Na, lo kok kurusan sih?" tanya April memperhatikan tubuh Nara yang menang semakin terlihat kurus.
Nara mengerjap, "Hah? Masa sih?"
"Lo sih ketinggalan info, Pril. Nara kurus karena dia abis putus sama Sss---"
"APPAAHHHH?!" teriak April dengan sangat terkejutnya.
"Lo jadi putus sama si Uloh, Na? Lo hutang cerita sama gue! Pokoknya lo harus cerita titikkkk!" lanjutnya.
Tak usah heran jika April menyebut Sakti dengan sebutan Uloh. Tidak tahu kenapa, dari dulu dia memang mempunyai panggilan khusus untuk mantan kekasih dari sahabatnya itu.
"Apaan sih? Udah lama juga kali putusnya. Sebenarnya gue jadi kurus gini karena gue punya penyakit sendi," ungkap Nara dengan menunduk lesu.
"Penyakit? Sendi?"
Kedua sahabatnya tampak serius menanggapi perkataan Nara.
"Iya, penyakit sendi. Sendirian maksud gue."
Tatapan keprihatinan pun berubah. Mereka berdua tertawa terbahak-bahak menertawakan nasib Nara. Nara pun ikut tertawa mengingat ekspresi kedua sahabatnya yang tampak serius saat menanggapi perkataannya.
Bel masuk pun berbunyi. Semua murid SMA Pelita Bangsa berhamburan ke lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.
***
Ada sebuah keberuntungan untuk seluruh murid SMA Pelita Bangsa. Hari ini akan diadakan pertandingan futsal antara SMA Pelita Bangsa melawan SMA Nusa Indah, membuat aktivitas belajar mengajar di sekolah tidak efektif. Dengan sangat antusiasnya semua murid terutama kaum perempuan mulai menuju area lapang futsal. Tak terkecuali dengan Nara dan kedua sahabatnya.
"Huuuuuuuuu!" mereka bertiga berteriak heboh seolah-olah memberi semangat untuk tim futsal sekolahnya.
"Na, lo semangatin Sakti kek. Lo teriak gini, Sakti sayang semangat! Nara disini selalu mendukungmu, gituuuu!" seru April dengan hebohnya.
"OGAH!" tolak Nara mentah-mentah.
Berbanding terbalik dengan hatinya. Dia terus melafalkan kalimat -Semangat Sakti- di dalam hatinya sembari memperhatikan gerak-gerik Sakti yang sangat lihai dalam menendang si kulit bundar. Sedikit penyesalan muncul. Dia menyesal karena dulu telah mengekang Sakti untuk tidak terlalu sering bermain futsal. Padahal dia tahu, selain game, futsal adalah hobby sekaligus keahliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Comeback? ✓ [SUDAH TERBIT]
Ficção AdolescenteNara tetap berdiam di tempat yang sama. Tetap mencintai Sakti dengan sangat. Tetap setia menunggu Sakti kembali menjadi pelengkap hidupnya. Tapi bagaimana dengan Sakti? Masihkah dia ingin sendiri?