Desember

31 5 2
                                    

Bulan dua belas dari kalender masehi. Dimana aku menuliskan sebuah kisah tentang dedikasi remaja masa kini. Dimana wanita menjadi prioritas kaum muda mudi. Atau sebagian dari mereka menjadi budak cinta. Atau sebagian yang lain tidak peduli dengan cinta wanita, mereka hanya tahu satu cinta yaitu yang membuat mereka bahagia hingga menuju surga.

Aku menyadari akhir tahun ini drama diantara kita makin menjadi. Egosentrisme kita menjadi pokok utama dari argumen kita. Rasa dalam hati ini tak lagi murni oleh penyucian yang kita sebut saling menyayangi. Di antara kata memaki, rasionalisme argumen kita menjadi tak berarti.

Desember kali ini memang berwarna kelam, bukan bicara lagi melainkan saling meninggalkan untuk melupakan rasa sakit dalam hati dua insan. Mungkin tahun depan, kau tak lagi dapat diajak diskusi. Menjadikan benang ruwet pada setiap plot kisah kita ini.

"Terserah", katamu
"Tidak apa-apa", katamu
"Tidak peka", katamu

Kau yang ingin pergi atau aku yang pergi atau kita berdua bersama-sama pergi? Bukan bersama pergi meninggalkan atau ke pelaminan tetapi pergi dari menghindari masalah.

Aku jaga sejarah awal kita bertemu menjadi sepasang merpati. Kau rakit kembali kenangan kita menjadi trisula untuk menghadapi masalah di antra kita. Bersama kita menjadi Rama Shinta dengan alur bernuansa sakura atau nusantara.

Di pengujung bulan Desember. Seluruh kejadian menjadi jarum hujan melalui sebuah renungan malam. Penaku terus menari di atas kertas menuliskan permintaan maaf.

Untukmu Gadis Belia
Berparas Bidadari

Surga

Kini aku telah menjadi buta karena cinta
Tak mungkin jika aku mendua
Apalagi dengan dia
Si pemberi luka dan drama

Kau bidadariku
Tak lagi berbahagia oleh semestaku
Raga dan sukma menjadi lesu
Kini cinta melesu oleh waktu

Dirimu adalah virus dalam hatiku
Tak ingin aku membunuhmu
Aku biarkan dirimu menguasaiku
Janganlah kau kabur oleh waktu

Refleksimu takkan hilang dariku
Rasaku tak terdistorsi oleh waktu
Dirimu bidadari surgaku
Maafkan aku


Paradox desember kita mungkin tak serumit alam semesta. Gugusan bintang memang banyak dan bercaya tapi tak selalu mereka terlihat oleh kita. Seperti masalah diantara kita mereka akan muncul melalui fase purnama.

Dua belas bulan kan menjadi kenangan. Tahun baru segera datang dengan kearifan lokal. Bunga mekar diantariksa dunia menjadi suatu kebudayaan dimana kita bersama menjadi sepasang manusia bahagia.

Kumohon berbahagialah, senyummu sungguh membutakan nuraniku. Desember mungkin akan kita sebut Denganmu Semua Menjadi Berwarna.

Pengisi Waktu LuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang