Domba Menghangatkan

17 3 0
                                    

Dirimu berjalan di antara dua kebun lavender. Tersenyum, berseri-seri, dan berkaca-kaca ekspresi wajahmu. Sinar mentari yang sedari tadi menampakkan sosoknya menambah pesona keindahan seorang yang ku anggap bidadari.

Kau terus melangkah menuju ujung kebun tempat harapan akan terkabul. Tak peduli apakah tempat itu ada atau hanya fiksi seperti janji yang belum terlaksana. Setiap jengkal langkah kakimu, kesedihanku berderu.

Angin musim semi datang kepadaku, menyapaku dengan kesejukan. Dedaunan berguguran merasakan keresahan dalam hatiku. Angin pun sekali lagi berhembus, menabrakku dan menuju tempat kau berada. Kau yang terlalu fokus pada ujung kebun, sekalipun tak menyadari angin yang tiba-tiba datang memberi sebuah pesan.

Malam pun tiba, kau yang terus berjalan akhirnya melihat danau tak bertuan. Sebuah danau penuh keindahan di antara ladang kesunyian dengan ribuan kunang-kunang kerinduan. Kau terkesima, terhipnotis bagai boneka malam. Sebuah kabut tak lama kemudian datang, membawamu kepada titik kekekalan penghuni danau.

Dirimu terperangkap pada kabut pengekal yang rindu kepemilikan. Berunrung kunang-kunang tak membiarkanmu tersesat dalam kegelapan. Mereka melingkarimu dengan cahaya harapan. Kau pun berharap seseorang datangーmembebaskanーdirimu dari kutukan pengekalan danau. Alam pun mendengarmu, membuatnya mengirimkan pesan kepadaku.

Semakin larut, dirimu mulai tak kuasa menahan dingin. Semakin berharap segera ditemukan oleh diaーyang kau inginkan. Kantuk pun semakin menjadi, kau tertidur dalam ketakutan di bawah purnama dan kabut pengekang. Tanpa kau sadari, aku yang tak kau harapkan, datang membawamu pergi dengan kehangatan bulu domba dan secangkir kopi.

Pengisi Waktu LuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang