Jembatan Kayu

17 2 0
                                    

Rerumputan berdesik di ujung jurang keputasaan. Aku perlahan mendekati batu bertuliskan 'selamat jalan' dengan tatapan kosong. Aku pun termenung, menunggu sebuah keajaiban yang membuat diri ini berhenti menyakiti raga maupun sukma untuk mendapatkan idealisme cinta.

"Kamu adalah malaikat dikala ribuan duri menusuk setiap sendi kehidupaku"

Di bawah matahari yang menyinari kilauan rambutnya, ia pun merebahkan dirinya di atas rerumputan. Aku menatap awan, membayangkan setiap perubahan bentuknya hingga terlelaplah ia di bawah birunya cakrawala.

"Kamu juga adalah setan yang membelenggu diriku untuk terus mencintaimu"

Sinar mentari ternyata tak membiarkanku berada pada kenyamanan alam mimpi. Ia membangunkanku, memaksaku melihat pada sebuah jembatan usang yang terbuat dari kayu. Netraku tak berkedip menyaksikan indahnya lilitan mawar merah dan putih di setiap sisi jembatan.

"Kedatanganmu selalu membuatku menemukan keindahan di balik redupnya kepercayaan"

Tak ku sangka, lilitan mawar itu membuatku teringat pada dirimu yang menyapaku pada malam kegelisahan. Sebuah malam kelam dimana aku menyerah pada kehidupan. Kamu datang dengan senyuman malaikat beraura setan.

"Senyummu bagaikan rembulan saat aku diam seribu bahasa yang membuatku terhipnotis untuk berusaha"

Aku terpikat olehmu bersamaan dengan kegelisahan yang menghantui jalanku. Di bawah angkasa nan biru, angin serasa membisikkan pesan untuk melangkah majuー memperjuangkanmu. Dirimu membuatku melangkah pada jembatan kayu yang menghubungkan antara aku dan kamu. Kamu adalah setan dan malaikat yang menuntunku pada jembatan cerita roman baru.

Pengisi Waktu LuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang