Saat Kau Merasa Dikhianati

62 9 11
                                    

Arloji telah menunjukan saat dimana fakta akan menghapus fatamorgana yang tercipta dalam dirimu. Pupil matamu mengecil pertanda kekecewaan pada orang yang kau suka. Ekspektasimu akan dirinya yang sempurna menjadi kabur oleh ranah rasa yang menusuk ke dalam sukma. Tak apa, setidaknya kau belum terlambat menyaksikan ketidak setiaannya.

"Katakan saja bila tak ingin bersama. Aku hanya mencari yang setia".

Malam kali ini bulan tak menampakkan wujudnya yang bulat sempurna. Hanya separuh dari tubuhnya yang terlihat oleh mata. Tak ada bintang atau cahaya terang yang bersamanya. Ia hanya sendiri seperti diri ini,yang tiada orang mau mendekat dikala seorang pejuang sedang sekarat. Hatinya remuk, menyisakan goresan luka yang estetika.

"Kamu setia tapi tidak mau berusaha menjaga. Apa gunanya?"

Kau dan aku adalah sepasang merpati. Terbang kesana sini untuk mengarungi rasa kasih yang dihasilkan oleh hati. Kau begitu berani mengarungi langit dan bumi. Namun sayang kau hanya peduli pada dirimu sendiri. Aku hanyalah penjaga di kala yang lain tak ada. Kau begitu gembira hingga yang menunggupun terluka. Aku hanyalah penunggu bidadari yang mungkin takkan kembali.

"Seharusnya kau tak usah mendekat bila hanya ingin menjadikanku yang kedua".

Setelah mengenalmu aku ingin melamarmu. Di kala aku rindu aku memikirkan rencanamu, pemikiranmu akan diriku. Namun aku menjadi ragu ketika kau mulai menjauh dariku. Kau mulai kembali menjadi dekat dengannya. Perlahan-lahan kau memberiku sebuah arahan untuk merelakan dengan segala perilakumu yang tak lagi mengharapkan.

Mulailah kau menjadi kabut dikala pagi. Semakin tebal dan menjadi hilang ketika mentari menyinari. Aku hanya sendiri membuktikan kesetiaan ini. Hingga seorang datang dengan ketulusan hati.

"Aku buta karena cinta.Tapi aku tidak buta akan rasa manusia".

Pengisi Waktu LuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang