Memory "Dia Kenapa?"

1.5K 56 16
                                    

"DDUUUMM"
Terdengar suara ledakan yang kuat sekali. Aku lari ketakutan dilorong yang sunyi, ku lari dengan pandangan lurus ke depan, tak ada ku dapati tempat untuk bersembunyi. Aku takut, takut dan sangat takut. Aku berlari kencang sekali sampai aku menabrak sebuah tiang dan....

Aku tebangun dari mimpi burukku ! keringatku bercucuran, aku bergegas duduk dan tak henti aku beristighfar, Aku takut sekali. Ku tenangkan diriku, terus ku pandu diriku untuk berdzikir dan menyebut Allah Allah Allah.

Ku kuatkan kakiku untuk berdiri, tapi kakiku terasa lemah. Seakan kakiku baru selesai berlari kencang seperti dimimpi yang ku alami tadi. Tak bisa aku paksakan, aku dudukkan kembali tubuhku. Aku bersandar diatas tempat tidur dan ku kerahkan tenagaku untuk menjangkau botol air yang memang sengaja aku letakkan diatas meja tepat disamping tempat tidurku. Ku teguk air itu, ku rasakan bulir demi bulir masuk ditenggorokanku dan aku berharap aku bisa lebih tenang.

***
"Intan, kamu sudah jahit baju untuk lamaranmu?" ku baca wa dari fiska dengan hati yang biasa saja. Sama sekali tidak ada bulir kebahagiaan dihatiku.

Ku putuskan untuk tidak membalas wa dari fiska. Aku lanjutkan menyusun pakaianku kedalam koper. Namun dalam fikiranku masih terus terngiang ngiang wa dari fiska tadi "kamu sudah jahit baju untuk lamaran?"

Ku hentikan aktivitasku. Hatiku merasa bersalah karena mengabaikan chat dari fiska dan aku putuskan untuk mengambil handphoneku dan menelponnya. Baru saja aku mencari nomornya tiba tiba "ibu" itulah nama yang tertulis di layar handphoneku. Ibuku menelponku.

"Assalammualaikum kak"
"Waalaikumsalam bu"
"Jadi pulang hari minggu besok?" tanya ibuku.
"Iya, Inshaallah jadi bu"
"Sudah beli kue untuk buka puasa belum?" tanya nya lagi.
"Belum bu, ini lagi masukin baju ke koper untuk pulang kampung" jawabku dengan mengambarkan rasa semangatku karena sebentar lagi akan bertemu dengannya.
"ya sudah, lanjut lah dulu kak. Setelah itu langsung keluar beli buka puasa ya, ntar keburu mau maghrib".
"Iya bu" jawabku singkat.

10 hari lagi lebaran idul fitri. Hari ini merupakan hari terakhir aku masuk kerja dan akan menjalani libur panjang. Aku sudah tidak sabar ingin pulang kampung, bertemu dengan ibu dan adikku. Aku sangat merindukan berbuka puasa dan bersahur bersama mereka. Aku membayangkan suasana itu, air mataku hampir mengalir. Aku rindu sekali pada mereka berdua.

***
Selesai sholat tarawih ku baringkan tubuh ku dikasur. Ku lihat handphone yang tergeletak diatas kasurku dan aku langsung teringat chat fiska yang sama sekali belum aku respond. Aku tau dia akan kesal padaku sebab tak memperdulikan isi chatnya tapi aku pun tak sanggup untuk menjelaskan padanya bahwa saat ini aku RAGU, aku RAGU ! bagaimana mungkin aku bisa menjahit baju untuk lamaranku jika hatiku saja sedang tak menentu. Oh... Ya Rabbi...

Dua minggu lagi hari lamaranku, rencananya lebaran ke 4 keluarga bang akbar akan menyusulku ke kampung. Namun, saat ini aku hampir tidak pernah berkomunikasi lagi dengan bang akbar. Kami semakin renggang dan jauh. Aku bisa merasakan itu semua.
Saat ini aku semakin menyadari bahwa aku dan bang akbar semakin tidak cocok. Dan aku yakin bang akbar pun menyadarinya.

Aku yang berencana ingin menyusun tumpukan buku buku sehabis membuat soal ujian muridku, ku urungkan niat itu. Saat ini aku hanya ingin berbaring dan mungkin sambil membaca kata-kata motivasi di akun Instagramku. Semakin aku memaksakan hati dan fikiranku untuk fokus ke instagramku semakin aku merasakan gelisah dan akhirnya tangis itu pun pecah. Aku menangis sejadi jadinya. Aku tak tau apa yang terjadi dengan diriku. Hatiku kaku dan rasanya aku ingin berteriak sekencang kencangnya.

Ku biarkan air mataku jatuh, aku bisa merasakan pipiku yang tertanam pada bantal tempat aku berbaring sudah sangat basah. Ku kerah kan tenagaku untuk menguatkan hatiku. Ku paksakan tubuhku untuk bangun, ku seka air mata dipipiku.
"Astaghfirullahhalazim, Astaghfirullahhalazim, Astaghfirullahhalazim. Hatiku mulai tenang.

Kutemui Kau Dalam SujudkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang