|06| Rooftop

4.5K 531 45
                                    

Haechan sudah menceritakan semuanya pada Jeno, begitu pun tentang Jaemin yang sudah meninggal. Jelas itu membuat hati Jeno sedih, kesal, marah. Dia marah pada dirinya sendiri, dia bahkan marah sama Renjun.

Hilang sudah harapannya untuk kembali bersama Jaemin, orang yang pernah menghiasi hidupnya. Tapi, satu hal yang belum Jeno ketahui adalah, penyebab sebenarnya Jaemin meninggal.

Flashback

"Kenapa Jaemin bisa meninggal?" tanya Haechan datar menahan kesal dan sedih, setelah mendengar kebenaran bahwa Jaemin sudah meninggal.

"Dia.. Dia kecelakaan, Chan." alibi Renjun merasa belum saatnya dia memberi tahu semua ini.

"Lo yakin?" Haechan nampak tidak percaya dengan apa yang Renjun katakan.

"Gue berani sumpah."

Flashback off

"Jen!" panggil Renjun mencoba menghentikan langkah kaki Jeno.
"Apa lagi?! Lo mau coba buat gue senyum lagi?!" tegas Jeno menatap dingin Renjun.

"Ya, itu.. Itu kan permintaan terakhir Jaemin. Dia nyuruh aku buatㅡ"

"Udah lah! Bisa gak sih lo jauhin gue!? Jangan lo coba-coba jadi dia! Lo bukan dia!" bentak Jeno. Renjun diam menunduk, air matanya mengalir. Hatinya rapuh begitu suara bentakkan di dengar telinganya.

"Eh.. Sorry itu... Em.. Gue gak sengaja ngebentak lo." gagap Jeno mendapati Renjun menangis, sakit rasanya sama seperti melihat Jaemin menangis. Hatinya jadi gak tega, nyesel udah ngebentak Renjun saking keselnya.

Tanpa bicara lagi, Renjun segera berlari meninggalkan Jeno yang berdecak mengacak rambutnya frustasi.

Di koridor, tanpa sengaja Renjun menyenggol bahu kanan Mark dan dia sedikit menengadahkan kepalanya, membuat Mark dapat melihat air mata itu.

"Renjun? Lo kenapa nangis?" tanya Mark seraya memegang bahu Renjun. Dia tidak menjawab, hanya menggeleng kecil dan berlalu meninggalkan Mark.

Langkah kakinya berhenti di rooftop sekolah. Tangisnya pecah, Renjun merasakan sesak sulit bernafas. Apa yang salah pada dirinya? Dia hanya mengabulkan permintaan terakhir orang yang sudah memberi kehidupan baru kepadanya.

Renjun terkejut, namun dia belum bisa menetralkan perasaanya untuk berhenti menangis. Ada sepasang tangan kekar yang memeluknya dari belakang, mencoba memberi kehangatan dan ketenangan untuknya.

"Lepasin aku Mark!" seru Renjun, begitu nama Mark yang terlintas di pikirannya. Tapi, bukan. Orang itu bukan Mark, melainkan Jeno. Lee Jeno yang terkenal akan kedinginannya.

"Ini gue, Jeno. Gue minta maaf udah buat lo nangis kayak gini, gue gak bermaksud. Cuma, mungkin gue belum ngikhalasin kepergian Jaemin. Gue mohon minta maaf sama lo." ujar Jeno dengan penuh penyesalan.

"Jen, kamu bener. Aku emang bukan Jaemin, tapi seenggaknya aku mau berusaha buat kamu senyum lagi. Sama kayak apa yang Jaemin lakuin dulu. Aku gak akan nyerah Jeno." isak Renjun dan begitu dia menoleh, dia sedikit terkejut mendapati wajah Jeno yang sedikit lebab.

"Muka kamuㅡ" tangan mungil Renjun meraih wajah memar Jeno membuatnya meringis kesakitan.

"Gak apa, cuma bekas pukulan tadi." kata Jeno beralasan.

"Mark?" Jeno mengangguk dan menatap Renjun penasaran. "Jaemin yang ngasih tau semuanya. Kamu sama Mark, musuhan kan?"

"Ya gitu lah. Mungkin itu bakal kejadian buat kedua kalinya." ujar Jeno dengan senyum jahilnya.

~×~

"Mau lo sebenernya apa sih?! Lo gak puas udah ngerebut Jaemin dari gue?!"

Mark dan Jeno bertatapan sangat tajam, seakan saling ingin membunuh. Mungkin kejadian beberapa waktu silam akan terulang kembali, mereka menyukai satu orang yang sama.

"Gue cuma mau lo jauhin Renjun! Apa susahnya sih?! Lo tinggal cari aja yang lain, gampang kan!"

Kesal, Mark hampir saja melayangkan satu tinjuan pada wajah Jeno yang sebelumnya sudah lebam. Sampai Renjun datang dan menghentikan semua itu.

"Kalian bisa gak sih akur kayak dulu?! Kalian ini kakak adik!"

Oh ya? Mereka bersaudara. Siapa yang menyangka? Tidak ada satu muridpun yang tahu, bahkan Haechan pun tidak. Kecuali Jaemin.

~{•}~

Weeo.... Garing banget ga seh..? Next?

Smile For Him//<NoRen> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang