|09| Accident

4.5K 437 4
                                    

"Nju. Aku juga minta tolong ya.."

"Kamu mau minta tolong apalagi? Aku bakal turutin semuanya buat kamu."

"Aku mau, kamu juga bikin Mark sama Jeno akur lagi. Mereka itu saudara."

"Jadi?"

"Iya, kamu mau janji kan?"

"Aku janji."












"Mark?"

Renjun lumayan terkejut mendapati Mark yang sedari tadi menjadi pelaku dari bunyi bel rumahnya.

Renjun hanya duduk diam di bangku penumpang sambil melihat jalanan yang lamayan ramai dari jendela mobil. Angin malam berhembus menerpa wajah tenang Renjun. Diam sunyi, terkadang Mark juga diam diam memperhatikan Renjun yang membuat hatinya nyaman.

"Mark? Sebenernya kamu mau bawa aku kemana?" tanya Renjun yang sudah penasaran sejak tadi.

"Aku mau bawa kamu ke bukit yang biasa aku datengin bareng Jaemin dulu." jawab Mark seraya tersenyum hangat pada Renjun.

Renjun diam, tidak banyak bicara, entah kenapa. Perasaannya aneh, seperti rasa takut kehilangan.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai di perbukitan yang memang sangat Indah di malam hari seperti ini, dengan banyaknya lampu terlihat dari pemukiman yang keberadaannya lebih rendah dari perbukitan itu.

"Renjun, aku tau semuanya tentang kamu dan Jaemin. Kalian bersahabatkan dan Jaemin udah meninggal." ucap Mark dengan nada sendunya saat mereka sudah duduk di perbukitan itu.

"Dulu, aku sama Jeno juga suka sama Jaemin. Kamu pasti tau itu kan?" Renjun cuma ngangguk.

"Sayangnya, Jaemin lebih milih Jeno sampai dia pergi. Sekarang semua itu terjadi lagi, dan untuk kedua kalinya aku gak mau kalah dari Jeno. Aku mau kamu milih aku." ucap Mark akhirnya. Renjun tak bisa berkata apa - apa lagi, jujur Renjun bingung karena sebenarnya dia sudah mencintai Jeno.

"Aku sayang sama kam, Renjun."

Mark semakin mendekatkan wajahnya dengan Renjun, menghapus jarak diantara mereka dan dengan lembut Mark mencium tepat di kening Renjun.

~×~

Renjun terus mempercepat langkah kakinya di lorong rumah sakit, mencari dimana ruang UGD berada. Air matanya tak dapat di bendung lagi, pikirannya kacau sesaat setelah dia menerima telpon yang mengabarkan Jeno kecelakaan dan mendapat banyak luka serius.

"Bagaimana keadaan Jeno, Tan?" tanya Renjun tak sabaran pada ibunda Jeno begitu menemukan tempat Jeno ditangani.

"Kamu tenang dulu sayang. Jeno pasti baik baik aja ya?" kata ibunda Jeno menenangkan Renjun yang sudah menangis.

"Bunda!"

Baik Renjun maupun ibu Jeno sama-sama menoleh ke arah sumber suara yang tengah berlari kearah mereka.

"Mark!!"

Ya, ibunda Jeno mengenali orang itu. Mark Lee yang bukan lain adalah anaknya sendiri.

Mark berlari menghampiri dan mememluk ibunya. Dia sangat merindukan sosok yang sudah lama tak dia peluk seperti ini.

"Gimana keadaan Jeno, bun?" tanya Mark yang juga terlihat khawatir.

Biarpun Mark dan Jeno pernah menjadi musuh. Tapi tetap saja perasaan seorang kakak saat mengetahui adiknya celaka, pasti akan sangat khawatir.

Lumayan lama mereka menunggu kabar tentang keadaan Jeno sambil terus berdoa, dan dokterpun keluar dari ruangan tersebut dengan wajah lesu.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya bunda Jeno segera.

"Keadaan anak ibu sangat parah. Dan untuk saat ini dia mengalami koma, entah kapan dia akan tersadar dari komanya."

Pernyataan dokter barusan benar benar membuat ketiga orang terdekat Jeno, menjadi hancur hatinya. Sakit mendengar kenyataan itu.

"Jeno.."

Smile For Him//<NoRen> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang