Sudah hampir 2 bulan Jeno belum juga sadar dari komanya dan Renjun senantiasa ada di samping laki-laki itu, menemaninya, menunggunya sadar dari koma.
Renjun merindukan Jeno, walau terkadang sikap Jeno yang tidak perduli akan kehadiran Renjun. Tapi tetap saja dia Jeno bisa merebut hatinya.
Sedangkan Mark, dia juga datang tetapi tak pernah sampai ke kamar Jeno hanya berdiri di ambang pintu. Memperhatikan Jenoㅡadiknyaㅡyang sedang tertidur tak berdaya dan tentu saja Renjun yang setia di sisi Jeno. Hantinya sakit tentu saja. Kecuali saat Renjun pulang dan ibunda datang, maka Mark akan menjenguk Jeno secara langsung.
"Jeno.. Kapan kamu bangun? Aku kangen sama kamu. Apa kamu bisa denger aku? Plis jangan tinggalin aku, Jen." lirih Renjun seraya mengelus punggung tangan Jeno yang terasa hangat.
Seperti biasa Mark melihat semua itu, rasanya Mark akan kalah lagi dari Jeno untuk kedua kalinya. Biar dia mengalah, bukankah itu yang harus dilakukan seorang kakak?
"Jen, lo harusnya cepet bangun. Gue gak tega ngeliat Renjun terus-terusan sedih kayak gini, gue sadar Renjun cuma bisa bahagia sama lo, Jen!" monolog Mark frustasi akan semua keadaan itu. Hatinya lebih sakit melihat Renjun sengsara di bandingkan melihat Renjun dengan Jeno.
Mark hanya menatap kosong kedepan di atas rooftop rumah sakit, membiarkan angin malam menerpa tubuhnya.
"Mark?"
Perlahan Renjun menghapiri Mark, dia sempat melihat Mark di luar ruangan Jeno dan menuju ke rooftop. Maka dari itu Renjun memutuskan untuk menemuinya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Renjun yang sudah berdiri di samping Mark.
"Seperti yang kau lihat." jawabnya datar seperti merasa bersalah. Ya Mark sangat merasa bersalah.
Hening.
"Maaf kan aku Renjun..." kata Mark pelan dengan matanya yang sudah penuh akan air mata yang siap jatuh, membuat Renjun menoleh kearahnya.
"..maaf gara-gara aku, Jeno jadi koma kayak gini. Kalo aja gak ada aku disini, pasti kamu udah bahagia sama Jeno." lanjutnya.
"Semua bukan salah kamu, Mark. Ini udah takdir, jadi jangan salahin diri kamu, ya." jawab Renjun menenangkan Mark.
"I'm sorry."
~×~
Flashback
Malam itu, tepat dimana Mark dan Renjun sedang berada di perbukitan. Hanya berdua. Jeno yang saat itu baru pulang dari kediaman Haechan, tak sengaja melihat mereka. Lebih tepatnya melihat saat Mark mencium kening Renjun.
Hati Jeno sakit, dia hancur. Tentu saja, siapa sangka seorang Lee Jeno telah jatuh hari pada Huang Renjun.
"Mark! Lo udah bikin gue makin benci sama lo!" geram Jeno dan segera mengendarai motornya kembali dengan kecepatan tinggi.
Pikirannya kacau, kalut, rasa benci menguasainya. Rasanya ingin sekali dia menghabisi Mark dengan tangannya sendiri, tapi... Aaakhh sudahlah.
Hal itu membuat Jeno bertabrakan dengan sebuah mobil yang berlawanan arah dengannya. Tubuh Jeno jatuh bahkan helm yang dia kenakan terkepas, darah banyak keluar dari kepalanya yang terbentur trotoar. Di tambah adanya luka di bagian tubuhnya dan patah tulang kaki.
Segera warga sekitar membantu Jeno dan menelpon ambulan untuk membawanya ke rumah sakit.
"Renjun.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile For Him//<NoRen> ✔
Fanfiction"Bisa gak sih lo jauhin gue!? Jangan lo coba-coba jadi dia! Lo bukan dia!" ~{•}~ Ini ff pertama aku yang pake bahasa non baku. Buat yang kurang suka bisa bilang aja ya di comment. Gomawo... :)