|03| Story

4.8K 600 59
                                    

Malam ini tiba-tiba Renjun mengingat sesuatu. Diapun segera mengambil benda yang ada di laci meja belajarnya.

Dairy

Benda sudah berada di hadapannya, entah mengapa air matanya tiba-tiba menetes tanpa izin.

Mungkin dairy itu menyimpan sesuatu yang sangat membekas di hatinya. Tapi entah apa itu?

"Jadi dia ya yang namanya Mark? Yang pernah kamu ceritain ke aku waktu kamu masih ada di dunia ini." gumamnya sambil terus menangis sendu.

"Tapi aku takut. Aku takut gagal buat ngelaksanain permintaan kamu. Aku takut gak bisa ngembaliin senyum dia." lanjutnya.





Renjun segera membuka pintu kamar saat ada yang mengetuknya.

Hwang Minhyun. Kakak dari Renjun yang terkenal ramahnya.

"Kenapa kak?" tanya Renjun.

"Buru siap-siapnya, jangan lama! Ada yang nungguin kamu." jawab Minhyun.

"Nungguin aku? Siapa?"

"Gak tau. Gak kenal. Mungkin temen baru kamu dari SMA."

"Temen?"

"Ihhh.... Banyak nanya banget sih! Tinggal temuin aja, apa susahnya?" Minhyun membuat Renjun meringis kesakitan karena dia baru saja mencubit pipi adiknya itu. Gemas katanya.

Dari pada mendapat cubitan lagi, Renjun pun segera menuju ruang tamu. Renjun sedikit kaget pasalnya yang datang itu Mark. Kakak kelas yang dia temui kemarin.

"Kak Mark?" panggil Renjun pelan. "Kok kakak ada di sini?"

"Iya kakak mau berangkat bareng sama kamu."

"Hah?!"










"Gimana keadaan luka kamu?" tanya Mark berusaha memecah keheningan di dalam mobil.

"Udah baikan kok kak." jawab Renjun singkat pasalnya, pikirannya saat ini masih tentang permintaan orang itu. Orang yang pernah sangat berjasa di hidupnya.

Sesampainya di sekolah, Mark dan Renju berjalan bersama menuju kelas karena kebetulan kelas mereka searah.

Saat melewati koridor, tanpa disadari mereka berpapasan dengan Jeno. Tatapan mata Mark kini berubah menjadi sangat tajam mengarah ke Jeno, begitupun sebaliknya.

"Hi Jenㅡ"

"Jangan sebut nama gue!" tegas Jeno memotong perkataan Renjun yang berniat menyapanya. Tanpa memperdulikan siapapun, Jeno segera berlalu melewati Mark dan Renjun.

"Kalo lo belum bisa ngelupain dia, jangan lampiasin ke orang lain bisa?" sindir Mark tak di hiraukan Jeno.

‘aku harus tau semuanya, apa yang terjadi? Dia belum cerita sepenuhnya kepadaku. Tapi, aku harus nanya sama siapa? Haechan?’

~×~

"Jadi, buat apa lo ngajak gue ngomong berdua gini?" tanya Haechan to the point saat bersama Renjun di kantin.

"Aku mau tau beberapa hal dari kamu." jawab Renjun.

"Apa? Tanyain aja. Selama gue masih bisa jawab, ya gue bakal jawab..."

"Tadi aku liat Jeno sama Mark papasan, tapi tatapan mereka tu kayak saling benci. Sebernya diantara mereka tu ada masalah apa sih?"

"Kenapa lo nanyain hal itu?" ekspresi wajah Haechan seketika berubah menjadi datar berbeda dengan sebelumnya.

"Ya, aku cuma mau tau aja."

"Mereka itu musuh. Dulu mereka pernah suka sama satu orang yang sama..."

"Trus dimana orang itu sekarang?"

"Dia pergi. Gak tau kemana. Katanya sih dia pindah ke Aussie, tapi sampe sekarang gak ada sama sekali kabar dari dia."

"Apa, nama dia Na Jaemin?"

Wajah Haechan berubah menjadi pucat. Dari mana Renjun tau tentang Na Jaemin?

"Dari mana loㅡ"

"Aku sahabat dia selama di Aussie."

"Gue gak percaya,"

"Aku sama sekali gak bohong."

"Gimana gue mau percaya?"

"Jaemin pernah bilang, kamu sama Jeno itu sering kabur buat bolos. Tapi, selalu ketahuan sama Jaemin. Kamu juga sering pergi ke kantin sama Jeno di jam istirahat, begitu Jaemin nemuin kamu sama Jeno, dia langsung ngejewer kuping kamu kan?"

Tanpa sadar kini tangan Haechan mengelus telinga kanan ysng biasa di jewer Jaemin. Jujur dia kangen sahabatnya itu.

"Dulu Jaemin itu anak baru sama kayak aku. Dia duduk di samping Jeno yang sikapnya dingin, tapi lama kelamaan Jaemin bisa ngerubah sikap Jeno jadi lebih ramah dan murah senyum. Semenjak itu kalian bersahabat kan?"

"Udah cukup! Dimana dia sekarang!?"

Raut wajah Renjun berubah menjadi sedih.

"Dia udah meninggal."

~{•}~

Garing!!!!! Next g?

Smile For Him//<NoRen> ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang