-9-

2K 48 0
                                    

Dewangga tertegun setelah mendapatkan kabar dari Ishana. Riani meminta bertemu dengannya dan juga dengan Shana. Ia benar-benar tidak berani menebak-nebak apa yang akan dikatakan Riani nanti.

Ia segera bersiap-siap, mengenakan pakaian yang lebih rapi dari yang biasa ia gunakan. Dewangga merasa sangat grogi untuk menemui Riani. Ia melihat mama sedang menonton televisi di ruang keluarga. Ia menghampiri mamanya, dan mengecup pipi mamanya.

            "Mau kemana Ngga, tumben kamu wangi banget," ujar mamanya menyelidik.

            "Angga pergi dulu ya ma, mau ketemu sama Ishana."

Mamanya tersenyum menggoda. "Bener kan perkiraan mama, suatu saat pasti kamu jadi sama Ishana. Mama setuju banget lho Ngga kalau punya menantu dia."

Dewangga memutar matanya. Mamanya tidak pernah bosan berharap ia dan Ishana menjadi lebih dari sekedar sahabat. "Salah banget Ma, aku tuh sayang banget sama Shana, dan bukan sayang sebagai pasangan. Dia itu sahabatku Ma, inget, sahabat, bukan pacar."

Dewangga berlari-lari kecil menuju ke garasi rumahnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, suara tawa mama masih terdengar dari dalam rumah.

Sesampainya di sebuah restoran tempat Riani mengajak mereka bertemu, Ian melihat mobil Ishana sudah ada di parkiran. Ia menghembuskan nafasnya, ini kesempatan terakhirnya, pikir Dewangga.

Ia melihat Shana dan Riani sudah duduk di meja. Dewangga perlahan berjalan mendekati mereka.

            "Hai, maaf aku yang paling telat datengnya."

            Riani berusaha mengatur mimik wajahnya, menguatkan hatinya. Ia melirik kearah Dewangga.

            "Udah sana Ngga, kamu duduk di depan aku aja," celetuk Ishana.

            Dewangga berusaha tidak melirik Riani, tetapi ia tahu bahwa Riani sedang memperhatikannya.

            Riani memanggil waitress, "Kalian mau pesan apa?" tanya Riani.

            Dewangga membuka buku menu yang ada di depannya. Ia sadar sepertinya ia tidak akan bisa memakan apapun. Ishana yang mengerti keresahan Dewangga pun memandangnya tajam, mengingatkannya agar tidak bersikap konyol.

            "Aku pesan ayam bakar sama lemon squash aja Mas," pinta Ishana. "Kalian mau makan apa?" tanyanya pada Riani dan Dewangga.

            "Garang asem," jawab Riani dan Dewangga bersamaan. Mereka saling melirik, tidak menyangka bahwa mereka akan menjawab bersamaan, dan menu makanan yang sama pula.

            Dewangga berdeham, "Kamu mau pesan apa Ri?"

            "Aku garang asem sama es jeruk, mas."

            "Aku juga garang asem , minumnya es kelapa muda aja," pinta Dewangga.

Ishana terkekeh melihat Dewangga dan Riani salah tingkah. "Udah deh, kalian berdua itu, saltingnya jangan kelamaan."

Dewangga menginjak kaki Ishana, bersamaan dengan Riani mencubit lengannya. "Aduh, kalian itu, emang sama-sama jahatnya deh sama aku, yang satu nginjek kaki, satunya nyubit." Ishana menggeleng-gelengkan kepalanya. Riani dan Dewangga hanya mampu terdiam, menahan malu mereka.

            Riani menghela nafasnya, "Aku minta ketemu kalian di sini karena aku mau minta penjelasan dari kalian berdua," ujarnya.

            "Mungkin kemarin Shana udah cerita sedikit tentang persahabatan kami," Dewangga memandang Ishana, Ishana mengangguk pelan, menguatkannya.

GORESAN LUKA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang