-7-

2.2K 48 0
                                    

Riani terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Ia tidak ingat bagaimana malamnya kemarin berakhir. Ia melihat sekelilingnya, ia berada di suatu kamar yang tidak ia kenali.

Suara dengkuran halus terdengar dari sampingnya. Riani terhenyak, melihat seseorang tidur di sampingnya. Ia berteriak kencang dan merasakan kesadarannya mulai menghilang.

**

Riani terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi terburuk dari semua mimpi buruknya. Air matanya perlahan mulai tumpah. Ia merasa sangat kotor. Tidak peduli seberapa seringnya ia membersihkan dirinya.

Kenangan buruk itu yang membuatnya sangat membenci Dewangga. Ia sama sekali tidak ingat hal kotor apa yang sudah dilakukan Dewangga padanya. Dewangga berulangkali berusaha meminta maaf padanya. Namun, setiap kali ia melihat lelaki itu, kesadarannya akan menghilang.

Riani menggigit bibirnya hingga terasa sesuatu yang asin di mulutnya. Ia mengepalkan jemarinya hingga memutih, berusaha keras menenangkan dirinya. Sudah bertahun-tahun, tapi ia tetap dihantui semua kenangan itu.

Akibat kenangan itu, Riani sempat berusaha membunuh dirinya, tetapi ia berhasil diselamatkan. Ia mulai melakukan terapi untuk menyembuhkan traumanya. Butuh waktu yang sangat lama bagi Riani untuk beradaptasi lagi, menjalani kehidupan seperti orang normal lainnya.

Setelah kejadian itu, keluarga Riani memutuskan bahwa ia harus pindah sekolah. Akhirnya Riani masuk ke sekolah yang baru dan ia bertemu dengan Ishana. Ishana adalah satu-satunya teman yang memahami keanehan emosi Riani. Ia selalu mendampingi Riani, menemaninya di saat-saat yang buruk. Ia juga orang pertama diluar keluarganya yang berhasil mendapatkan kepercayaan penuh dari Riani.

Riani bersyukur ia selalu bertemu seseorang yang dapat membantunya mengatasi semua masalah dan traumanya. Walalupun jauh lebih banyak orang yang mencemoohnya, dukungan dari orang-orang yang menyayanginya berhasil membuatnya kuat.

Riani tertatih-tatih berjalan menuju kamar mandinya. Ia duduk dibawah shower yang dibiarkan menyala sembari menangis tersedu-sedu. Ia tidak ingat berapa lama ia menangis dibawah shower hingga ia mendengar teriakan nyaring mamanya.

Mama berusaha menarik Riani keluar dari kamar mandi. Samar-samar ia mendengar isakan mamanya. Mama membawanya ke kamarnya, berusaha mengeringkan tubuh basah Riani. Eyang membawakannya susu coklat panas untuk menghangatkan tubuh Riani. Mama memeluk Riani, menciumi dahi dan pipi Riani.

"Maafkan mama Riani, karena mama terlalu lemah, kamu harus mengalami semua ini," isak mama.

Riani membuka matanya perlahan. Ia kembali  melakukan hal yang paling ia benci. Membuat mama dan Eyang menangis karenanya lagi.

**

Riani terbangun ketika mendengar seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat Ishana duduk di ujung tempat tidurnya, melihatnya dengan tatapan sedih.

"Kenapa sih Ri, kamu gini lagi?" tanyanya. "Seinget aku udah lama banget kamu nggak bersikap kayak gini."

Riani menarik nafas dalam-dalam. Sembari mencengkeram ujung selimutnya, ia berbisik, "Dia datang lagi, Na. Aku ketemu dia lagi."

Ishana mengerutkan keningnya. Ia diam, menunggu Riani melanjutkan ceritanya.

"Kemarin aku ketemu Dewangga, Na. Aku kira aku udah lebih kuat, aku udah nggak selemah dulu. Ternyata aku salah," Riani tertunduk.

"Kamu ketemu Dewangga dimana, Ri?"

"Di sekolah, Na. Ternyata dia saudaranya Bu Janis."

"Bu Janis tahu, Ri?"

Riani menggelengkan kepalanya. "Bu Janis kayaknya sih kerasa Na, kalau ada sesuatu antara aku sama Dewangga. Tapi mungkin Dewangga nggak cerita apa-apa," sahutnya.

GORESAN LUKA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang