-10-

2K 38 0
                                    

Ishana memperhatikan raut wajah Riani. Ia benar-benar bahagia kedua sahabatnya bisa menyelesaikan masalah mereka berdua yang sudah bertahun-tahun membelit mereka. Ishana berharap setelah semua kesalahpahaman mereka selesai, hubungan mereka bisa berjalan lebih baik lagi.

Riani memang tidak pernah menceritakan perasaannya tentang Dewangga secara gamblang, tapi ia tahu, betapa dalamnya nama Dewangga tertanam dihati Riani, hingga kebencian Riani pada Dewangga tetap tidak mampu menghancurkan perasaan Riani untuk Dewangga.

"Ehem..ehem, daritadi ngelamun aja Non," celetuk Ishana.

Riani tergagap. Ia merasa bersalah sejak tadi ia asyik melamun sehingga kurang  mengindahkan keberadaan Ishana.  Ia menggigit bibirnya, menahan senyumnya. "Nggak ngelamun Na." Riani memukul pelan lengan Ishana. "Kamu daritadi ngegodain aku terus."

Ishana tertawa terbahak-bahak. "Tapi ada yang buat aku penasaran, Ri. Sebenernya perasaan kamu ke Angga itu gimana? Berapa tahun coba kamu curhat soal Angga, tapi kamu nggak pernah ngasih tahu hati kamu yang sebenernya," tanya Ishana.

Riani terdiam, ia menimbang-nimbang semua yang ia pikirkan. "Aku masih bingung Na. Aku memang selalu ngerasain sesuatu yang beda untuk Dewangga, tapi aku nggak yakin aku mampu. Aku masih belum bisa lepas sepenuhnya dari trauma-trauma itu. Tadi pun waktu di deket Dewangga, sebenernya aku berusaha mati-matian untuk nggak lepas kontrol," ungkap Riani sembari menghela nafas.

"Ri, perlahan-lahan kamu harus bisa melepaskan semua ketakutan kamu. Jadikan hidupmu itu milikmu sendiri. Kamu yang harus bisa mengatur hidupmu. Jangan biarin ketakutanmu yang selamanya mengontrol hidupmu."

"Iya aku tahu Na. Emm Na, ada sesuatu yang belum aku ceritain ke kamu."

Ishana memandang Riani dengan rasa ingin tahu.

"Akhir-akhir ini aku sepertinya semakin dekat dengan seseorang."

"Seseorang, seorang cowok?" sambar Ishana.

Riani menganggukkan kepalanya. Ishana tercekat.

"Dia ayah salah seorang muridku. Awalnya aku nggak terlalu memperhatikannya. Muridku itu memang sangat dekat denganku. Dia sering sekali datang ke rumahku, bahkan dia sudah dekat sekali dengan mama."

"Tumben kamu bisa dekat dengan lelaki, Ri?"

"Tadinya aku cuma berusaha bersikap profesional, karena interaksi bagi guru sepertiku dan orangtua murid sangat penting. Tapi makin lama, aku semakin merasa nyaman bila bersama mereka, dan yang semakin buat aku bingung, muridku kemarin baru aja memintaku untuk menjadi ibu barunya."

Ishana ternganga. Ia tersenyum pada Riani. "Sayang, untuk pasangan hidupmu, kamu harus memilih seseorang yang benar-benar kamu cintai. Apapun pilihanmu, aku akan selalu mendukung kamu."

**

            Riani tersenyum ketika melihat Dewangga sedang duduk di tempat favoritnya di kantin. "Hei, kamu udah sampai sini," sapa Riani.

            "Iya dong, kan aku janji mau ngajakin kamu makan siang."

            Riani memperhatikan tas besar yang dibawa Dewangga. "Kamu ngapain bawa tas segede itu? Eh yuk kita pesen makan dulu."

            Dewangga menarik tangan Riani ketika beranjak berdiri dari kursinya. "Nggak usah mesen makan. Aku bawa sesuatu."

            Dewangga membuka tas besarnya, mengeluarkan beberapa kotak makanan. Ia juga mengeluarkan sebotol besar minuman dingin, lengkap dengan gelas plastik dan sedotannya.

            Riani tertawa melihat semua bawaan Dewangga. Dewangga memberengut melihat tawa lepas Riani.

            "Kenapa ketawa Ri?"

GORESAN LUKA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang