-2-

4.8K 68 0
                                    

"Hari ini pelajaran kita sampai disini dulu ya anak-anak. Besok kita ketemu lagi. Tugasnya tolong dikerjakan, jadi besok bisa dikumpulkan ke Ibu," ujar Riani sembari memandangi wajah-wajah polos muridnya. Mereka adalah anak-anak yang memiliki pengendalian emosi yang kurang baik. Sama sepertinya dulu. Akibat kontrol emosi yang kurang itu, mereka kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga broken home, walaupun tidak semua anak yang berasal dari broken home akan memiliki kontrol emosi yang tidak baik. Biasanya mereka merasa tidak diterima oleh lingkungan sekitar mereka sehingga mereka cenderung merasa rendah diri dan menutup diri.

Perlu waktu bagi Riani untuk dapat diterima oleh mereka. Namun sekarang, mereka sudah bisa berinteraksi lebih baik dengannya. Mungkin karena Riani dulu memiliki problem yang kurang lebih sama dengan mereka, sehingga sedikit banyak dia memahami pola pikir mereka.

"Iya Bu, selamat siang Bu," ucap mereka.

Beberapa tahun yang lalu pada masa-masa kelamnya, Riani bertemu dengan Ibu Janis, pemilik sekolah ini. Itu adalah saat pertama kali Riani bisa merasa nyaman ada di dekat orang yang baru ia kenal. Rasanya seperti ia sudah mengenalnya selama hidupnya, ia pun seperti sangat memahami Riani.

Beliau bercerita tentang anak semata wayangnya yang sudah tiada. Anaknya mengalami kecenderungan untuk selalu membenci dirinya sendiri dan beranggapan tidak diterima oleh orang lain. Awalnya Bu Janis tidak terlalu memerhatikan sikap anaknya. Beliau dulu merupakan wanita karier yang sukses sehingga kurang memerhatikan keluarganya. Namun, suatu ketika anaknya mencoba untuk membunuh dirinya sendiri. Semenjak itu, Bu Janis berhenti dari pekerjaannya dan mulai menjadi ibu rumah tangga secara total. Sayangnya, semua upaya Bu Janis sudah terlambat.

Bu Janis dan suaminya mendirikan sekolah ini karena mereka mengerti bahwa ada beberapa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus sehingga memerlukan pendidikan khusus pula. Sekolah yang terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB ini merupakan sekolah luar biasa terlengkap dan terbesar di kota ini, Semarang.

Bu Janis mengajak Riani untuk melihat-lihat sekolah ini. Riani terpana melihat murid-murid disini, dimana mereka adalah anak-anak yang memiliki semangat berjuang yang sangat tinggi. Bahkan banyak dari mereka yang berhasil menjuarai berbagai kompetisi hingga internasional. Semenjak itu, setiap kali Riani merasa emosinya mulai meluap, ia selalu datang ke sekolah ini. Sepertinya hal itu berhasil menjadi terapinya.

Riani merasa mendapatkan tempat di sekolah ini. Semenjak ia kecil, Riani tidak memiliki banyak teman. Teman-teman sekolahnya selalu menjauhinya karena mereka mengetahui siapa mamanya. Orang tua mereka pun selalu melarang anak-anak mereka bergaul dengannya. Tidak jarang mereka menjahilinya dengan segala macam hal yang mungkin hanya bisa dilihat orang lain di sinetron. Hal itu yang menjadi penyebab Riani selalu menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Riani selalu memendam amarahnya pada semua orang dan melampiaskannya pada keluarganya.

Tidak jarang Riani dikeluarkan dari sekolah karena lebih sering membolos daripada masuk kelas. Eyangnya selalu memindahkannya ke sekolah lain, tapi pola tersebut selalu terjadi. Mungkin orang-orang mengira anak kecil adalah makhluk paling lugu di dunia ini. Padahal kenyataannya, mereka mulai membully Riani sejak ia masih bersekolah di sekolah dasar.

Ada seorang anak laki-laki yang sudah Riani kenal sejak ia kecil. Awalnya ia dan Riani adalah teman yang sangat dekat. Namun, ia mulai berubah ketika mereka masuk ke sekolah dasar. Bahkan ia menjadi pemimpin kelompok anak-anak yang selalu mengasari Riani. Ia dan teman-temannya beranggapan bahwa anak dari seorang wanita gila tidak berhak bersekolah di tempat yang sama dengannya. Apabila ada seorang anak yang mulai berteman dengan Riani, ia dan kelompoknya akan mulai mengganggu anak itu hingga anak itu tidak mau berteman dengan Riani lagi. Anak laki-laki itulah yang menjadi alasan Riani mulai tidak menyukai sekolah hingga akhirnya ia berkali-kali pindah sekolah.

GORESAN LUKA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang