Moza POV
Disinilah aku dan Hyunjin sekarang, disebuah supermarket yang terbilang cukup sepi. Bahkan saat kami datang hanya ada satu orang wanita paruh baya yang datang. Sekarang supermarket benar benar sepi, sehingga kami leluasa untuk bergerak.
Benar ternyata, menjadi seorang idol itu sulit. Dia tidak bisa bergerak bebas melakukan apapun yang dia mau. Bahkan Hyunjin harus menutupi wajahnya dengan masker agar tidak ketahuan. Entah aku harus bersyukur atau tidak, setidaknya aku pernah berharap menjadi seorang idol.
"Kamu beli apa?" Tanya Hyunjin.
"Ini, hanya makanan ringan untuk diruang kerja" Hyunjin melirik kearah keranjang belanjaan.
"Banyak sekali, kamu tidak takut gendut?"
"Hhh, aku tidak akan menghabiskan ini semua untukku, ini juga untuk Rachel. Mana mungkin aku melupakan teman kecilku itu, jika aku melupakannya maka aku akan merasa sangat bersalah padanya"
Tidak ada percakapan lagi setelah itu. Hyunjin sempat terdiam sebentar, kemudian melanjutkan mengambil apa yang dia mau beli.
Aku berhenti saat Hyunjin berhenti di rak minuman. Dia menatap kearah botol alkohol atau soju di rak itu. Aku menatap kearah Hyunjin dan tepat setelah itu dia menatapku membuatku terkejut.
"Jangan memperhatikanku seperti itu, aku tidak akan membeli soju" Hyunjin lalu mengambil coca cola dan menyimpannya di keranjang.
Setelah membayar belanjaan kami, dia mengajakku untuk duduk dulu di meja depan supermarket. Hari semakin gelap, jalanan yang sudah sepi semakin sepi.
'Benar benar daerah yang cocok untuk seorang idol beraktivitas' Pikirku.
Sudah pukul setengah tujuh malam, Hyunjin masih diam dan tidak mengatakan apapun. Dia hanya meminum coca cola yang dia ambil tadi.
"Hyunjin-"
"Bagaimana kamu bisa kenal dengan Kak Nesa?" Aku menautkan alis, kenapa dia tiba tiba bertanya seperti itu?
"Maaf tapi-"
"Tidak papa jika kamu tidak mau menjawab"
"Ah apa, tidak tidak aku akan menjawabnya" Aku mulai gugup saat Hyunjin menatapku lekat.
"Aku kenal Kak Nesa saat aku kuliah dulu, dia adalah kakak tingkatku""Psikologi?"
"Heem"
Hyunjin diam kembali dan cukup lama sampai akhirnya mengajak pulang.
"Ayo pulang, yang lain akan khawatir jika kita pulang terlalu larut" Aku mengikutinya dari belakang.'Apa hanya itu? Tidak mungkin, aku harus mencoba lebih dekat lagi dengan dia agar dia mau menceritakan semuanya'
Sesampainya di dorm, Bangchan hyung dan Woojin hyung menatap kami dengan tatapan seram. Aku menunduk menghindari tatapan mereka.
"Darimana saja kalian?" Tanya Bangchan hyung.
"Kenapa tidak ada yang jawab?""Eh, apa yang kamu bawa Za?" Tanya Woojin hyung. Kurasa Woojin hyung sedikit lebih tenang dibandingkan Bangchan hyung.
"Maaf hyung, kami dari supermarket. Tadi ada beberapa fans, jadi kami bersembunyi dulu" Jawab Hyunjin final membuatku mengangkat kepala.
"Benarkah itu Moza?"
"Ah, iya itu benar" Aku tersenyum kaku.
"Yasudah kalian masuk kekamar kalian"
Kami pun masuk dan kembali ke kamar masing masing. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur dan memejamkan mata.
"Darimana saja sih? Lama sekali"
"Dari supermarket" Jawabku masih dengan mata terpejam.
"Itu makanannya ada di kantong keresek atas meja""Wahhh asikk terima kasih Moza"
"Heem"
Tiba tiba handphoneku berbunyi. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
Jika kamu suka udara segar, maka temuilah aku disana
'Nomor siapa ini?'
Aku berpikir maksud sari pesan ini. Udara segar? Yang benar saja, ini terlalu sulit untuk ditebak. Aku berdecak kesal."Kamu kenapa huh?" Tanya Rachel dengan sebuah coklat ditangan dan mulutnya.
"Tidak"
"Aku mau pergi tidur, jika ada sesuatu bangunkan aku"🍃🍃🍃🍃🍃
Aku terbangun dan melihat jam diponselku. 12:15 PM. Oke, ini tengah malam. Rachel masih tertidur dikasurnya. Aku yang kehausan, pergi keluar kamar dengan hati hati agar tidak mengangganggu.
"Ahhh segarnya" aku menaruh gelas diatas meja.
"Oh yaampun, aku lupa belum memeriksa berkas berkas itu"Aku pun bergegas naik ke lantai 2. Saat aku akan masuk ke ruang kerja, aku melihat siluet seorang lelaki tinggi, membelakangiku.
'Apakah itu hantu penunggu rumah ini?' Pikirku.
Aku segera membuang pikiranku itu setelah melihat bahwa lelaki itu adalah Hyunjin. Aku mendekat kearahnya.
"Hyunjin?" Hyunjin terperanjat dari tempatnya.
"Kamu mengejutkanku!"
"Hehe, maaf. Apa yang kamu lakukan disini? Dan ini tengah malam"
"Tidak, aku hanya menikmati udara segar. Aku pikir kamu tidak akan datang"
Aku mengernyit bingung. Sepertinya aku ingat sesuatu.
"Oh, jadi yang mengirimiku pesan itu adalah kamu?" Bukannya menjawab dia malah tersenyum dan menyesap kopinya."Ada apa menyuruhku kesini? Ada yang ingin dibicarakan?"
'Kurasa ini waktu yang tepat untuk mengetahui masalahnya'
"Tidak ada, aku hanya ingin kamu menemaniku untuk meminum kopi" Aku membulatkan mata terkejut.
"Hanya itu?"
"Iya, memangnya apalagi?" Aku menghela nafas kasar.
Hyunjin duduk dikursi masih dengan menyesap kopinya.
"Duduklah" Aku menurutinya dan duduk dikursi sebelahnya."Jangan cemberut dong"
"Siapa yang cemberut"
"Hahaha" Ini pertama kalinya aku melihat dia tertawa seperti itu. Tawa yang lepas tanpa ada beban.
'Tampan'
"Kenapa menatapku seperti itu? Aku tampan ya?"
"Ihh, kegeeran" Dia tertawa lagi.
"Maafkan aku. Eum, ada yang ingin aku tanyakan lagi padamu"
"Apa lagi?"
Enjoy it and sorry for typo(s)

KAMU SEDANG MEMBACA
[Paused] Mental illness + hhj
Fanfiction▪ Mental illness ▪ (n) berbagai kondisi yang mempengaruhi suasana hati, berpikir, dan perilaku Kisah klasik(?) Ancur Tak berfaedah Absurd Kalo penasaran baca aja hehe Hope you like it guys!💕