9

176 19 0
                                    

Moza POV

Sudah 15 menit berlalu, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari Kak Nesa.
"Apa yang bisa aku bantu?" Aku menatap Kak Nesa, kemudian tersenyum.

"Aku rasa Kak Nesa sudah tahu apa yang mau aku tanyakan"

"Hhh, Hyunjin?" Aku mengangguk.

Kak Nesa menatap kearah jalanan.
"Akan sulit untuk menebak dia, semuanya sudah dia tutup rapat rapat" aku menunduk menatap kopi cappucino milikku.

"Kalau kamu bertanya tentang masa lalunya, maka aku tidak bisa menjawab secara pasti. Yang aku tahu, dia memang mengalami trauma karena pernah di bully" lanjutnya.
"Aku juga tidak terlalu mengerti, tapi kurasa dia menyimpan semua masalahnya sendiri, karena saat aku bertanya pada orang tuanya tidak ada yang aneh"

'Apa ini ada hubungannya dengan 2 lelaki di supermarket itu?'

"Tapi aku yakin, kamu pasti bisa membantu dia, iya 'kan?" Kak Nesa menatapku penuh harap.
"Hyunjin sudah kuanggap seperti adikku sendiri, karena dia mengingatkanku pada adikku di Indonesia. Jadi kumohon, bantu dia keluar dari masalahnya ya?"
"Hanya kamu satu satunya harapanku, Za"

"I-iya kak, aku pasti bantu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin"

"Terimakasih, aku yakin kamu pasti bisa" Kak Nesa tersenyum, tatapannya benar benar membuatku tertekan. Aku merasa bersalah telah mengatakan sesuatu yang belum tentu aku bisa lakukan.

"Oh ya, kamu bisa mencari tahu informasi tentangnya disekitar tempat dia tinggal bersama orang tuanya dan sekitar sekolahnya. Disana banyak orang orang yang bisa kamu tanyakan"
"Waktu itu aku belum sempat kesana karena Hyunjin tahu rencanaku dan aku dipindah tugaskan"

"Apa kakak masih punya informasi tempat dia sekolah dan tinggal?"

"Sayangnya tidak, Hyunjin sudah menghapus datanya" aku membuang nafas kasar.

"Oh iya kak, kenapa kakak tidak memberitahuku sejak awal tentang ini?"

"Maafkan aku, aku berjanji pada Hyunjin untuk tidak memberitau siapapun kalau dia pernah di bully, oleh karena itu, tolong rahasiakan pertemuan kita ini dari Hyunjin. Dia bisa sangat marah padaku jika aku ketahuan memberi tahumu tentang ini"

"Iya kak, aku akan merahasiakannya"

🍃🍃🍃🍃🍃

Aku mengutak atik laptop dan berkas milik Hyunjin. Aku sedang berusaha mencari tahu tempat dia sekolah dulu. Tiba tiba pintu ruang kerja terbuka menunjukan Rachel, sang pelaku. Dia mendekat kearahku.

"Ckckck, ini sudah malam dan kamu masih berkutat dengan pekerjaanmu. Ayolah, istirahatlah dulu"

"Tidak bisa Rachel, aku harus menyelesaikannya malam ini"

"Yasudah terserah kamu, aku sudah menyiapkan bolu, dimakan ya"

"Iya, terimakasih ya" Rachel keluar dari ruang kerja.

●●●
Rachel POV

Aku benar benar tidak habis pikir dengan Moza, dia benar benar berusaha dan bekerja keras.

'Dia tidak pernah berubah' batinku.

Aku berjalan ke balkon dan menemukan Seungmin sedang menulis sesuatu dikertas.
"Hey" Seungmin terlonjak kaget dan segera menyembunyikan kertas yang dia pegang. Aneh.

"E-eh Rachel, ada apa?" Aku menatapnya selidik.
"Kenapa?"

"Aku yang harusnya bertanya begitu, kamu kenapa? Seperti menyembunyikan sesuatu"

"Ah tidak, perasaanmu saja"

"Ya ya ya baiklah. Tumben kamu disini, ngapain?"

"Eum... mencari angin" Seungmin tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Hanya itu?"

"Ya, didalam sangat membosankan makanya aku kesini" aku mengangguk.

"Aku kedalam dulu ya, aku mengantuk. Night, mimpiin aku ya" ucapnya lalu melakukan wink dan pergi masuk.

Aku membeku.

Deg deg deg

Aku menggeleng.
"Tidak tidak, yaampun kenapa jantungku ini! Semenjak pindah kesini lebih sering berpacu dengan sangat cepat! Aku tidak mau mati mudaaa"
"Dasar Kim Seungmin!"

Aku segera pergi turun untuk tidur, tapi saat aku mau masuk kamar, aku melihat pintu kamar milik Hyunjin, Felix dan Jeongin terbuka. Aku yang penasaran, mendekati kamar mereka.

Kosong.

Tap.

Aku terlonjak kaget saat Hyunjin menepuk bahuku.
"H-hyunjin"

"Ada apa Rachel?"

"Tidak papa, hehehe. Tadi aku lihat pintu kamar kalian terbuka jadi aku pergi untuj memeriksa, maaf aku tidak sopan sudah mengintip" ucapku tidak enak.

"Ah santai saja, yasudah aku masuk ya. Selamat malam Rachel"

"Malam Hyunjin"

Saat Hyunjin lewat, ada yang menarik perhatianku. Tangannyam ada yang aneh dengan tangannya. Seperti ada luka, apa mungkin perasaanku saja?

"Rachel?"

"Eh Jeongin, Felix"

"Kenapa melamun?" Tanya Jeongin.

"Tidak papa, aku pergi tidur ya! Malam Jeongin Felix!"

Aku masuk ke kamar dan menidurkan tubuhku dikasur. Nyaman. Tapi aku teringat lagi dengan Hyunjin. Mataku tidak mungkin salah lihat, tanganya luka.

"Ah sudahlah, aku tanyakan saja besok" aku pun menutup mataku dan pergi kealam mimpi.





Hello I'm back!
Ada yang nungguin cerita ini kah?
Cuman mau bilang makasih buat yang votement, bener bener mendorong aku buat terus pertahanin cerita ini~
Thank U so much!
-Big Love❤

[Paused] Mental illness + hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang