Moza POV
Disinilah aku sekarang, bersama dengan keempat teman Hyunjin. 2 orang tadi, Woobin dan Hyena mengajakku bertemu dengan kedua temannya yang lain.
"Moza, ini Liam dan Sora mereka teman kami dan juga teman Hyunjin" ucap Woobin.
"Moza, aku harap kalian juga bisa membantu"
"Ada apa sih, ganggu orang lagi kerja aja" sinis Sora.
"Moza disini ingin meminta bantuan kita, memangnya tidak bisa kamu izin sebentar?" Ucap Hyena kesal.
"Maaf sebelumnya jika mengganggu pekerjaan dan urusan kalian, aku benar benar membutuhkan bantuan kalian untuk menceritakan tentang Hyunjin, bisa 'kan?" Sora tampak terkejut saat aku menyebut nama Hyunjin.
"Iya tentu saja" jawab Liam.
"Hyunjin adalah anak yang sangat baik, selain itu dia juga termasuk anak yang pandai dikelasnya dan juga sangat peduli pada teman temannya ditambah dengan wajah tampannya membuat kesan 'sempurna' padanya semakin jelas" Liam memberi jeda.
"Dia memiliki banyak pengagum, dan itu yang membuatku sempat iri padanya- hhhh, aku benar benar menyesal sempat iri padanya" ucap Liam menyesal.
Hening sejenak.
"Hyunjin, anak itu benar benar hebat dan kuat bisa bertahan dilingkungan yang sekejam itu. Mungkin jika aku ada diposisinya aku sudah tidak bisa menahan emosi" ucap Woobin sambil mengepalkan tangannya."Banyak sekali yang iri pada Hyunjin saat masih sekolah, mereka selalu mengusik dan mengganggunya, tapi yang paling parah adalah Dohan. Berpura pura baik tapi aslinya hanya ingin menjatuhkan Hyunjin" ucap Hyena.
"Pernah sekali dia menelfon Hyunjin untuk datang ke belakang sekolah, tapi saat datang tidak ada siapa siapa justru dia malah menemukan Changmin yang babak belur dan Anna yang pingsan dan berlumuran darah" Hyena memberi jeda.
"Karena masalah itu, Hyunjin di skors selama 1 minggu dari sekolah dan harus membiayai semua perawatan Changmin dan Anna, padahal dia tidak melakukan apapun. Justru Dohan dan teman temannya yang melakukan itu malah terbebas dari hukuman"
"Semenjak saat itu, Hyunjin mulai berubah. Dia memang tersenyum seperti biasa, tapi kami tahu ada yang berbeda dari senyumnya. Dia jadi lebih sering sendiri dan belajar terlalu keras. Alasannya selalu sama 'aku harus menggapai cita citaku' itu yang selalu dia katakan, dan itu yang membuat kami semua sedih melihatnya mati matian belajar" ucap Liam.
"Percayalah, senyum yang selama ini dia tunjukan bukanlah senyumnya yang paling tulus, senyum tulusnya bahkan lebih indah dari yang biasa ditunjukan" ucap Sora sambil menatap kearahku.
Matanya terlihat berkaca kaca. Tatapannya sendu mencoba terlihat kuat. Tapi saat Liam memegang tangannya pertahanannya runtuh. Sora menangis dengan kencang.
Sekelebat bayangan masa lalu teringat olehku. Mengingatkanku padanya yang dulu kusebut dengan 'sahabat'. Waktu terus berjalan beriringan dengan cerita dan tangis yang berlanjut.
🍃🍃🍃🍃🍃
Autohor POV
Moza berlarian kearah kelasnya. Pintu kelas dibuka dengan keras, tapi nihil dia tidak menemukan orang yang dia cari. Moza berkeliling sekolah mencari Shelin, sahabatnya. Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore tapi dia belum juga menemukan Shelin. Saat Moza berjalan ke gerbang, dia menemukan Shelin sedang bergandengan tangan dengan Dimas -gebetannya-.
Emosi Moza semakin memuncak melihat itu, dia berjalan kearah Shelin dengan langkah besar dan muka yang merah padam.
"Shelin" si pemilik nama terkejut melihat Moza.
"M-moza"
"Shel, gak usah pura pura takut gitu, aku udah tau semuanya termasuk kenapa kamu mau temenan sama aku, aku juga udah tau"
Wajah Shelin yang tadinya takut menjadi sombong dan menunjukan smirknya.
"Oh jadi kamu udah tau? Syukur deh kalo gitu aku gak usah cape cape akting didepan kamu lagi"
"Kamu emang tega ya ngelakuin hal itu sama sahabat kamu sendiri"
"Sahabat? No no no, we're not bestfriend. Sampai kapanpun kita gak akan pernah jadi temen apalagi sahabat. Orang kayak kamu mana mungkin jadi sahabat aku"
Moza mengepalkan tangannya.
"Semiskin apasih kamu sampe mau pura pura temenan sama aku? Seberapa banyak uang yang kamu butuhin hah? Sebodo apasih kamu sampe mau ngelakuin hal itu? Oh iya, sekarang aku ngerti, kamu emang gak punya otak untuk berfikir 'kan""A-apa?" Wajah Shelin merah menahan emosi.
"Shel, kamu itu harusnya bersyukur punya orang tua yang baik dan masih bisa ngurus semua kebutuhan kamu, bukannya malah diusir dan jual rumahnya untuk keperluan gak penting kamu"
"Kamu diem ya, itu urusan keluarga aku"
"Tentu aja gak bisa, apapun yang berurusan dengan kamu akan jadi urusanku, karena kamu 'sahabatku'"
"Aku gak tau apa yang ada dipikiran kamu sampe kamu berani ngusir orang tua kamu, seberharga itukah uang sampe kamu rela ngusir orang tua kamu?""CUKUP MOZA, AKU UDAH MUAK DENGER OCEHAN KAMU! INI HIDUP AKU, KAMU GAK USAH IKUT CAMPUR!"
Orang orang mulai berkumpul mendengar teriakan Shelin. Moza tersenyum miris.
"Ternyata benar kata Rachel, kamu bukan orang yang bisa dipercaya. Pantes aja kamu gak punya temen. Hanya karena modal wajah kamu bisa menarik perhatian mereka, termasuk Dimas""Kamu kalau iri sama kecantikan aku ngomong aja! Gak usah bertele tele, dasar orang orangan sawah!"
"Shel aku-"
"Udah deh Za, kamu gak malu apa diliatin banyak orang" potong Dimas.
"Kamu masih mau jalan sama dia setelah tau kalau dia rela ngusir orang tuanya demi uang?"
"Emangnya kenapa? Lagian orang tuanya juga gak papa 'kan? Kenapa harus dipermasalahkan"
"Wahh kalian emang cocok, sama sama gak punya otak dan perasaan. Ternyata selama ini aku salah nilai kamu Dim, aku pikir kamu orang yang baik ternyata kamu sama aja kayak Shelin. Kalian bahkan lebih buruk dari sampah"
Moza berjalan meninggalkan Shelin dan Dimas dengan emosi yang masih memuncak.
Tes tes tes.
Perlahan hujan turun beriringan dengan air matanya yang tumpah. Sekarang Moza benar benar trauma. Tidak ada yang bisa dia percaya lagi selain orang tuanya dan Rachel.
Finally, I've update the stroy:")
Hope you like it guys, jika ada saran boleh comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
[Paused] Mental illness + hhj
Fanfiction▪ Mental illness ▪ (n) berbagai kondisi yang mempengaruhi suasana hati, berpikir, dan perilaku Kisah klasik(?) Ancur Tak berfaedah Absurd Kalo penasaran baca aja hehe Hope you like it guys!💕