8

176 20 0
                                    

Moza POV

Aku terbangun karena suara alarm menginterupsiku untuk segera bangun. Setelah mematikan alarm, aku membangungkan Rachel dan bergegas pergi mandi. Setelah aku dan Rachel selesai mandi, kami segera pergi keruang makan.

Kami sudah kembali dari liburan, karena kami hanya 2 hari disana. Dan selama itu pula aku tidak mengobrol dengan Hyunjin.

Semuanya sudah berkumpul diruang makan lengkap dengan sarapan yang sudah bertengger diatas meja. Kami makan dengan tenang.

"Sekarang yang mencuci piring Hyunjin dan Moza, oke" Ucap Bangchan hyung.

'Hal yang paling aku tidak inginkan terjadi juga' Batinku.

Aku membereskan piring dan membawanya ke wastafel dibantu oleh Hyunjin. Benar benar canggung. Tidak ada percakapan. Hanya suara air mengalir dan suara pertemuan piring dengan piring.

Aku tahu seharusnya tidak seperti ini, tapi entah kenapa rasanya sangat sulit untuk berbaur lagi dengannya. Kurasa luka lamaku terbuka lagi karenanya.

Dengan nyali yang kukumpulkan, aku mencoba memulai percakapan.
"Hyunjin" Tidak ada jawaban.
"Maafkan aku" Masih tidak ada jawaban.

Hening.

"Aku yang seharusnya minta maaf" Aku menghentikan sejenak kegiatanku lalu melanjutkannya.
"Maaf karena telah membentakmu, seharusnya aku tidak perlu semarah itu padamu"

Aku mengulum senyum.
"Tidak papa, aku mengerti kok"

Semuanya hening kembali sampai kami selesai mencuci piring.

🍃🍃🍃🍃🍃

"Hatchuu!" Aku terlonjak kaget saat Felix bersin disebelahku. Hidungnya memerah.

"Sejak kapan kamu flu?" Tanyaku.

"Entah, mungkin -hatchuu! Mungkin kemarin"

"Sudah minum obat?" Dia menggeleng.

"Kenapa?"

"Rachel masih membuat obatnya"

Tidak lama Rachel datang dengan sebuah gelas ditangannya. Wedang jahe, pikirku.
"Minumlah, ini akan membantumu" Ucap Rachel memberikan gelas itu pada Felix.

"Apa ini?"

"Minum saja"

"Minumlah, itu tidak beracun" Sambungku. Felix pun meminumnya. Dari ekspresinya aku tahu dia tidak terlalu menyukainya.

Aku dan Rachel terkekeh melihat ekspresinya.
"Mau ikut denganku?" Aku menatap kearah suara itu berasal. Hyunjin.

"Kemana?"

"Supermarket"

🍃🍃🍃🍃🍃

Dan disinilah kami berada di kursi depan supermarket yang waktu itu kami kunjungi. Dengan segelas kopi ditangannya, dia menyesap kopi itu.

"Membingungkan bukan?" Aku mengernyitkan dahi.
"Hhh, masa laluku"

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti"

"Tidak perlu mengerti" Dia kembali menyesap kopinya.

Aku menggelengkan jengah. Dia benar benar membingungkan. Tiba tiba ada 2 orang lelaki yang keluar dari supermarket, mereka duduk tepat disebelahku.

"Hey kamu tahu? Hyunjin benar benar telah berubah"

"Berubah apanya? Dia masih tetap sama, Hyunjin yang cengeng dan pengecut"
"Buktinya saat dia mendapat rumor tukang bully dia malah menangis"

"Hahaha benar, kamu benar benar hebat bisa membuat bualan seperti itu menjadi tenar"

"Yaaa sampai kapanpun aku tidak akan pernah membiarkannya tenang. Apa apaan dia itu! Hanya modal tampang tapi so hebat so jago!"

"Benar! Dia lebih cocok seperti dulu, jadi bawahan kita!"

"Sudahlah, kita pulang saja"

Kedua lelaki itu pergi meninggalkan supermarket. Sebenarnya aku tidak berniat menguping pembicaraan mereka, tapi suara mereka yang cukup keras membuatku mampu mendengarnya dan aku yakin Hyunjin pun dapat mendengarya.

Aku memegang tangannya yang terkepal. Aku mulai mengerti sekarang. Aku menatap kearahnya.

"Semua akan baik baik saja"

Tanpa menjawab, Hyunjin langsung berdiri dan berjalan meninggalkan supermarket lalu disusul olehku dibelakangnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Sepulang dari supermarket Hyunjin benar benar berubah menjadi murung. Bahkan Jeongin pun dia abaikan. Aku segera pergi keruang kerjaku dan mencari berkas.

Yap! Kutemukan.

Kubaca baik baik berkas miliknya, Hyunjin. Tidak ada yang aneh, bahkan di berkas ini tidak ada yang menyatakan kalau dia mengalami trauma. Tapi, ada sebuah kalimat yang menarik perhatianku.

Tidak masalah, mereka bukan masalah besar bagiku

"Mereka?" Aku menyandar punggungku pada lemari. Apa maksud dari mereka itu 2 lelaki tadi?

12 januari 2019
Oleh dr. Nesa Amalia

Aku mengembangkan senyum. Aku meraih handphoneku dan mengetikan pesan untuk seseorang.

'Aku harap dia bisa membantu'

🍃🍃🍃🍃🍃

Aku memainkan jariku diatas meja sambil menunggu. Sekarang aku sedang berada disebuah cafe, tempat dimana aku bertemu dengan orang yang kukirimi pesan tadi.

Tidak lama orang yang kutunggu datang.
"Maaf aku terlambat dan membuatmu menunggu"

"Tidak papa, aku juga baru datang kok"

"Aahh, iyaa"

"Mau pesan apa? Biar aku yang traktir"

"Jangan seperti itu, aku jadi tidak enak setelah membuatmu menunggu aku malah di traktir"

"Tidak papa, lagi pula sudah lama kita tidak bertemu dan terakhir kali kak Nesa 'kan yang mentraktirku?"

"Iya deh terserah kamu saja, pesanannya samakan denganmu"

"Oke, aku pesankan dulu ya"

Setelah memesan, tidak lama pesanan kami datang.

"Jadi, ada apa kamu mengajakku bertemu?" Tanya kak Nesa sambil menyesap Ice Cappucino miliknya.

"Eum... sebenernya ada yang ingin aku tanyakan, dan aku harap kak Nesa dapat menjawabnya dengan sedetail detailnya"

Kak Nesa menatapku serius. Tidak biasanya dia seperti itu.
"Kakak mau membantuku 'kan?"




Hello readers~
New update! Hope you like it guys💕

[Paused] Mental illness + hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang