KEEMPAT PULUH TUJUH : PEMIKIRAN RANITA

2.6K 238 34
                                    

———

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

———

Ranita menatap Ara di hadapannya datar. Bahkan tak sekedar tersenyum atau menghampirinya seperti kemarin-kemarin.

"Ta!"

Ranita berbalik dan melangkah meninggalkan Ara yang menatapnya bingung.

"Taaaa!"

Ara berlari mengejar Ranita dan menggapai tangannya.

"Gaperlu ganggu gue lagi Aleara Nadhine"

Ara terkejut mendengar nada suara Ranita yang sangat jauh dari nada suaranya kamarin-kemarin.

Ara menghela nafas begitu Ranita menghentakan tangannya dan pergi menjauh.

Dengan lesu Ara melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya. Hari ini Ara memilih kembali masuk sekolah setelah hampir dua minggu meninggalkan sekolah.

Sebenarnya sudah tidak wajib  karena dia sudah melewati Penilaian akhir semester sekitar hampir tiga minggu yang lalu, tapi kemarin Ara mendapat pesan jika hari ini siswa wajib sekolah karena besok akan di laksanakan pembagian hasil kerja selama satu semester alias pembagian rapor.

———

"Ta, lo kok pindah sih??"

"Kenapa, gasuka??"

Ara menghela nafas lesu dan melangkah kembali menuju mejanya. Fikirannya melayang dengan apa yang terjadi pada temannya itu hingga Ranita mengabaikannya dan membencinya sedemikian rupa.

Lamunannya membuyar begitu pak Damdi mengucapkan ucapan selamat pagi.

"Oke, kalau begitu saya tak ingin banyak basa-basi karena tugas saya masih banyak. Yang jelas besok kalian wajib datang ke sekolah untuk pengambilan rapor pukul 08.00 pagi. Selain itu untuk pengambilan rapor usahakan kalian membawa orang tua perwakilan masing-masing alias rapor tak boleh diambil oleh sendiri! Mengerti!"

Jawaban mengerti di berikan siswa dan siswi kelas XMIA-2 secara serentak.

"Baik, ada pertanyaan??"

"Libur pak! Libur kapan??" Nugar si biang kenakalan kelas XMIA-2 bersuara.

"Kalalu itu akan bapak umumkan esok hari. Jadi, sekian pengumuman hari ini."

Pak Damdi berjalan meninggalkan kelas sembari membawa kertas-kertas yang tak Ara tahu datangnya dari mana.

"Kalau cuman gitu doang, kenapa gak di Gc ajaa coba??" Gadis berambut pendek yang duduk di barisan paling belakang bersuara yang di balas anggukan gadis di sampingnya

"Lumayan jatah uang jajan." Nugar dengan santainya melangkah meninggalkan kelas.

Sedangkan tanpa Ara sadari, semua tingkah lakunya di perhatikan oleh lelaki yang sempat tinggal satu atap dengannya, Akzan Ranjasana.

Entah kenapa Akzan merasa sedikit kecewa mengetahui jika Ara terlihat baik-baik saja setelah tak bertemu empat hari lamanya dengan dirinya, atau mungkin dirinya yang berlebihan?

Dengan santai Akzan berjalan menuju meja Ara yang baru di sadarinya jika gadis itu duduk sendirian hari ini, padahal dirinya yakin jika sebelum masuk tadi dia sempat melihat sosok Ranita di dalam kelas. Tapi kemana gadis itu?

Akzan memutar wajahnya mencari keberadaan sahabat gadisnya itu. Akzan tercenung menyadari jika batinnya baru saja mengucapkan kata gadisnya seolah Ara adalah miliknya meski nyatanya, bukan.

15th Voltage [Tegangan 15] ✔(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang