KETIGA PULUH EMPAT : CHECK UP

2.7K 234 8
                                    

Second publish for today!!

———

HAPPY READING!!!

———

Ara melangkahkan kakinya menuju bagian penyakit dalam.

Hari ini Ara memilih menjalani kegiatan check up nya sendiri. Tanpa siapapun.
Tanpa Zona, meski sebenarnya hanya Zona yang mengetahui hal ini.

Tadi setelah kejadian di taman, Ara kembali mengkonsumsi obatnya. Baik itu pereda rasa sakitnya ataupun penenangnya.

Setidaknya obat itu masih berguna hingga saat ini.

Ara melangkahkan kakinya begitu namanya di panggil oleh suster.

Ara tersenyum menatap Dr.Marga, Dokter yang kemarin menanganinya dan menyarankannya check up.

Ara mendudukan tubuhnya di atas kursi di hadapan Dr.Marga.

"Apa ada keluhan hari ini?"

Ara menatap Dokter sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Khmm—" berdehem pelan Ara menatap dokter dan mulai menjawab, "Tadi pagi rasa sakitnya kambuh. Tepat saat saya menuju sekolah, tiba-tiba dada saya sesak. Saya berlari menuju toilet,namun di tengah jalan badan saya melemah. Saya bahkan tak bisa mengeluarkan suara, sampai saya berhasil meminum pil pereda rasa sakit.  Tak sampai se-jam dari kejadian itu saya mimisan dan akhirnya saya kembali meminum pil itu. "

Dokter terlihat menganggukan kepalanya mengerti.

"Baiklah. Sebaiknya kita periksa lebih lanjut. Sepertinya sel kanker telah berkembang lebih cepat."

Ara menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah dokter.

———

Akzan melongokan kepalanya ke arah kamar yang terletak di samping kamarnya. Entahlah, rasanya ia sedikit simpatik dengan gadis itu.

Entah berapa kali dirinya mendapati sesuatu yang salah pada gadis itu.

Di dorong rasa penasaran, Akzan berjalan menuju kamar gadis itu. Kamar Aleara Nadhine.

Sejujurnya Akzan tak terlalu menyukai jiwa simpatik nya ini. Namun demi apapun, dirinya tak cukup kuat untuk melawan jiwa simpatiknya.

Ceklek

Melongokan kepalanya, Aman. Tak ada gadis itu.

Akzan membuka pintu dan memasukan badannya lalu kembali menutup pintu dengan gesit. Terakhir kali dirinya ke kamar ini adalah saat Rere —sepupunya menginap di sini. Itupun sudah lebih dari satu tahun yang lalu.

Ini adalah kamar kosong yang di siapkan mama untuk tamu. Namun ada yang aneh dengan mama nya itu. Bagaimana bisa kamar tamu terletak di tengah-tengah kamar anak-anaknya?

Akzan tak pernah mengerti pemikiran mamanya yang abstrak. Rasanya pemikiran papa nya lebih logis jika menjadikan kamar ini menjadi ruang yang lebih berguna seperti ruang musik atau perpustakaan.

Namun kembali lagi, Mama adalah ratu di rumah ini. Dan papanya tak akan mungkin menang melawan mama nya.

Akzan menggelengkan kepalanya mengusir pemikiran konyolnya. Kembali berjalan, hingga kakinya menginjak sebuah kertas yang terlihat di lipat dengan sengaja.

Melawan ego-nya. Akhirnya Akzan memilih menggapai kertas itu dan membacanya.

Selasa,12 Mei  2016

15th Voltage [Tegangan 15] ✔(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang