14. ALUNAN SENDU

67 5 5
                                    

SOALNYA gue suka serem kalo lagi ngamuk, asal lo tahu aja.

Aku ingat Gatha pernah mengatakan itu padaku. Dan sekarang, aku tau benar maksudnya.

Baru dalam hitungan detik aku menyadari kedatangannya, dari teriakan kalap dan sarat amarahnya, ketika dia tau tau melesat dan menghempaskan mata pisau yang menggores leher ibunya. Dengan tangan kosong.

Tante Karin menjerit melihat Gatha melemparkan mata pisau hingga melukai telapak tangannya, namun Gatha tampak tidak peduli. Ditendangnya kaki pria yang menyandera ibunya dan ditariknya sang ibu menjauh. Tante Karin spontan berdiri menuju telepon rumah dan menghubungi seseorang—atau mungkin kantor polisi.

2 pria yang melumpuhkanku teralihkan oleh tindakan Tante Karin. Mereka meninggalkanku begitu saja, berniat menyergap Tante Karin, namun lagi lagi Gatha berhasil mencegatnya tepat waktu. Ditonjoknya pria itu tepat di muka hingga terdengar bunyi krak mengerikan—aku yakin itu berasal dari hidungnya—dan melakukan tendangan memutar untuk menghantam pria yang satunya.

2 pria—yang tadi kena tembak di lutut dan paha olehku—menerjang Gatha bersamaan, namun cowok itu lagi lagi lebih cekatan. Dengan kecepatan mengerikan, ia menghindari pukulan dan tau tau berada di belakang lawannya. Ia menyambar lengan salah satu pria, memelintirnya ke belakang. Pria itu berteriak spontan, namun bukannya menghempaskannya, Gatha menguatkan cekalannya.

Aku menahan nafas. Cowok itu memang sangat jago, namun tidak seperti Melody yang suka langsung melumpuhkan lawan, gaya bertarung Gatha adalah menyiksa lawannya. Dan cowok itu…tampak tidak ragu ragu.

Ketika serangan mendekat dari belakang, barulah Gatha menghempaskan pria itu. Yang seketika langsung ambruk dan meratapi tangannya. Kepada lawan barunya—yang menyerangnya dengan tinju dari belakang—Gatha membungkuk refleks tanpa menoleh sehingga itu membuatnya terhindar dari pukulan. Diserangnya kaki lawan hingga keseimbangannya jatuh, dan tau tau saja ia menginjak paha orang itu.

Aku menahan pekikan. Orang itu jelas jelas kena tembak olehku di bagian sana. Dan injakan kaki Gatha membuatnya berteriak kesakitan.

Orang yang tadi menyandra Tante Karin kembali menerjang Gatha, menabraknya dari belakang. Cowok itu memang tak bisa menghindar, namun secepat kilat ia membalik posisi hingga dirinya berhasil membanting dan menindih lawan dengan lututnya. Dan dengan makian serta kekuatan penuh, dia hujamkan pukulan pada wajah pria itu.

“GATHA!!” seruan seseorang terdengar. Aku mendongak, dan mendapati Arjuna dan Melody tiba di pintu masuk. Arjuna menatapku sejenak, tampak terkejut dengan keberadaanku. Ketika aku menuntunnya menatap Gatha, dia lebih terkejut lagi. Atau lebih tepatnya…panik?

“Gatha, stop, lo ngapain?!” tanyanya, menghampiri Gatha dan berusaha menariknya menjauh. Namun cowok itu seolah kalap tak terkendali. Ia tetap memukuli pria itu tanpa ampun. “Gatha, lo bisa bunuh dia, bego!!” seru Arjuna, namun ia tetap di hiraukan. Dia menatap ke arahku dan Melody bergantian, dan serta merta kami tau maksudnya. Kami berdua maju, ikut menarik Gatha.

Cowok itu berteriak kalap ketika dirinya di jauhkan dari lawannya, namun gerakannya spontan melemah ketika Arjuna mendaratkan pukulan di wajahnya.

Terdengar suara mengerikan dari tinju Arjuna yang menghantam wajah Gatha. Membuatku dan Melody tersentak. Meski begitu, Gatha akhirnya berhasil dihentikan.

“KENDALIIN DIRI LO, BEGO!! NYOKAP LO UDAH TELEPON POLISI, LO MAU MASUK PENJARA KARENA MAIN HAKIM SENDIRI?!” bentak Arjuna, menggelegar. Gatha terdiam. Hanya ritme nafasnya yang tersengal sengal yang terdengar. “Kalo lo nggak bisa ngontrol emosi lo begini, lo bakal bikin semua orang takut sama lo!” ujar Arjuna, lagi, kali ini sudah lebih tenang.

DEAR YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang