25. ABHIMANYU AGATHA

71 6 6
                                    

"BEGITU rupanya..."

"Kenapa? Ada yang aneh sama percakapan gue dan Niar?" pertanyaan Ursil itu berhasil membuatku kembali menoleh padanya.

Berhubung kami harus segera mengumpulkan bukti, kubiarkan si Mbak KOSIS menghampiri pasangan suami istri yang katanya adalah Pak Rahmat dan Istrinya di kantin, sementara aku menuju kamar Ursil sesuai dengan instruksinya.

Dan ada fakta menarik dari interogasi yang kulakukan sama mantanku ini-bukannya aku bangga dia pernah jadi pacarku ya, amit amit.

"Enggak, nggak ada yang aneh. Biasa aja." Elakku, menjawab pertanyaannya.

Aku tahu dari Luna bahwa Ursil lah yang merekomendasikan penginapan itu, tapi nyatanya Ursil menemukan tempat itu waktu browsing browsing bareng Niar.

"Gue sama Niar lagi di perpus waktu itu, dia yang ngajak buat cari cari tempat keren buat liburan kami. Awalnya sih cuman nyari pantai dan tempat tempat wisata gitu. Terus dia bilang kayaknya lebih seru kalo nyoba hal hal baru, macam outbond dan sebagainya. Kami browsing browsing lagi-dia sih yang ngetik-dan akhirnya nemu penginapan itu. Dari gambar dan infonya keliatannya itu keren banget. Dan karena gue pikir pasti hebat kalo gue pernah kesana, jadi gue bilang aja kalo gue udah pernah kesana. Toh gue bisa cari tahu tempat itu lebih banyak lewat internet."

"Jadi sebenernya....lo belum pernah kesana?" tanyaku, waktu dia selesai menjelaskan. Ursil menggeleng pelan.
Aku memutar bola mata, membatin betapa kekanak kanakannya cewek ini. Berbohong kayak gitu cuman supaya dianggap hebat? Kurang kerjaan aja.

Tapi...aku lebih tertarik pada bagaimana dia dipancing dan diarahkan untuk berbohong seperti itu tanpa dibuat curiga.

"Terus gimana dengan kecelakaan itu? Kenapa kalian bisa nabrak pohon pinggir jalan?" tanyaku, lagi. Dia mengalihkan pandangan, "Sejujurnya...gue ngga begitu inget." Jawabnya, ragu. Aku mengernyit, "Maksud lo?"
"Yah...gue udah sibuk buat benerin posisi karena luka luka gue sama Niar kesenggol terus. Ditengah jalan, karena haus, gue minum air mineral di dasbor mobil, terus setelah itu gue tidur biar ngga ngerasa sakit sakit banget. Tapi bangun bangun, gue udah di rumah sakit ini." Jelasnya.

"Lo ngerasa ngantuk setelah minum...atau udah ngantuk dari berangkat?" tanyaku, memastikan.

"Gue ngga yakin sih, pokoknya habis minum itu gue langsung tidur."

Aku terdiam sejenak. Kalo Ursil bicara jujur, berarti udah jelas Niar yang paling mencurigakan. Dan yah...semua motif dan dugaanku bakal benar adanya kalau dia memang pelakunya. Mungkin satu satunya misteri yang tersisa adalah dengan siapa dia bekerja sama, atau dengan kata lain identitas dari si Hyde or Jekyll ini.
Sedang sibuk berpikir, ponselku tiba tiba berdering. Kurogoh benda itu dari saku celana dan mendapati nama Si Manisi tertera di layarnya.

"Iya, say?"

"Pak Rahmat dan Istrinya ternyata juga diserang." Sahut suaranya, dari seberang. Menyadari dia tidak membahas sapaan sayang ku, cewek itu pasti lagi serius seriusnya. "Diserang gimana maksud lo?" tanyaku, meminta penjelasan.

"Malam setelah aku sama temen temenku datang, Pak Rahmat di bius dan dibawa ke rumah kosong di atas bukit, rumah yang katanya berhantu itu. Dia disekap disana selama hampir 3 hari, tanpa makan minum yang cukup, dan baru setelah itu dibawa ke rumah sakit."

"Dibawa ke rumah sakit? Sama siapa?"

"Mereka juga nggak tahu. Mereka udah lemes banget, sampe hampir pingsan. Katanya, hal terakhir yang mereka inget, mereka dikasih minum sama seorang cowok, tapi mereka lupa wajah cowok itu."

Seorang cowok. Apa dia si Hyde or Jekyll? Tapi kalau benar dia, kenapa dia harus repot repot membawa sanderanya ke rumah sakit?

"Gatha? Ini kamu lagi dimana?" pertanyaan itu menyadarkanku. Aku berdehem pelan, "Gue masih di kamar Ursil. Gue juga..." ucapanku terpotong oleh bunyi sirine yang tiba tiba saja meraung raung. Sambungan langsung terputus, dan kegaduhan tiba tiba saja terjadi. Aku bangkit, berniat menemui Luna secepat mungkin. Tapi lenganku ditahan oleh seseorang.

DEAR YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang