Vita duduk di gazebo sendirian sambil mengurus data-data penerimaan siswa baru di SMA Aston. Vita menghitungi piagam-piagam kebanggaannya sebagai syarat untuk mendapatkan beasiswa di universitas negeri, sejak awal dia harus mempersiapkan segalanya termasuk kuliahnya nanti meskipun saat ini dia juga belum resmi masuk SMA.
Tangan Vita tiba-tiba gemetar setelah Radit berdiri di belakangnya dengan tiba-tiba. Suara bass itu membuat Vita bergidik ngeri saat mendengarnya.
"Eh, lo, bocah kampung. Ngapain lo disini? Ini gazebo gue. Sana lo jauh-jauh sana", usir Radit sambil menyingkirkan berkas-berkas Vita dengan kakinya yang lancang.
Vita awalnya takut, tapi dia berani melawan. "Gue tau kalo lo pemilik rumah gede ini. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya ngelakuin apa aja ke gue", jawab Vita sambil menyusun berkasnya.
"Oooh... Lo udah berani ngelawan gue? Baik, tunggu aja selanjutnya!", Radit mulai menumpahkan jus jeruk yang ia minum ke atas piagam Pramuka milik Vita. Sontak Vita menjauhkan piagam itu lalu mengelapnya.
"Heh, bego. Lo apa-apaan sih. Punya otak kagak lo? Ini piagam penting banget buat gue!", bentak Vita sambil melotot dan menunjuk-nunjuk piagam yang basah itu kepada Radit.
"Gue kagak mau tau seputar hidup lo yang melarat itu", jawab Radit santai sambil meminum habis sisa jusnya lalu duduk di kursi kayu.
Vita sadar bahwa dia hanya menumpang. Dia tidak akan mungkin melawan anak pemilik rumah yang ditumpanginya itu. Lebih baik ia masuk lalu menenangkan diri agar tidak terlampau emosi pada Radit. Saat Vita hendak beranjak, tangan Radit menahan pergelangan tangan Vita. Mereka terdiam, seperti ada getaran aneh saat Radit menyentuh Vita. Namun Vita tetap beranjak sambil membawa piagam-piagamnya meninggalkan Radit padahal Radit tadi memegangnya hanya ini minta tolong bawakan gelas jus tersebut ke dalam.
"Hey, lo, miskin. Gue gak ada maksud nyentuh lo. Gue minta bawain nih gelas!", seru Radit lalu melempar gelas itu ke semak-semak hingga pecah karena Vita mengacuhkannya.
***
Hari ini adalah libur kenaikan kelas. Radit naik ke kelas sebelas sedangkan Vita akan masuk ke kelas sepuluh. meski ayah Radit adalah pemilik Aston International High School, namun Radit bukanlah tergolong siswa yang cerdas. Dia dimasukkan oleh Pak Arif ke kelas yang sesuai dengan tingkat kecerdasan Radit. Meski tidak masuk ke kelas unggulan, Radit tidak protes. Radit naik ke kelas XI IPS 7, lokal paling terakhir dari seluruh kelas sebelas IPS. Di sana banyak siswa-siswa nakal.
Berbeda dengan Vita, dia seorang murid yang cerdas meski berasal dari desa. Pak Arif berencana memasukkan Vita ke kelas X. IPA 1, kelasnya seluruh siswa pintar tingkat kelas sepuluh. Bukan karena faktor lain, Vita memang cerdas sehingga dia pantas masuk ke kelas tersebut.
***
Bu Angie baru saja pergi ke bandara internasional hendak ke Pakistan karena dia harus memantau yayasan yang ia kelola di sana sekaligus menemui putrinya. Alhasil Radit dan Vita hanya ditemani oleh Bi Inah, Pak Bagas dan Pak Man. Kira-kira Bu Angie akan berada di Pakistan kurang lebih satu bulan, ditambah Pak Arif juga sedang pergi Malang mengawasi cafe bakso yang baru ia rintis bulan lalu. Lengkap sudah penderitaan Vita, jauh dari orang tua, kesepian di rumah, serta ancaman kekerasan dari Radit.
🌐🌐🌐
Kamar Vita ada di lantai 2, dia menatapi kolam renang yang airnya tak lagi tenang karena ada seseorang yang baru saja terjun ke sana. Karena Vita itu orangnya kepo, dia mengamati siapa yang berenang di panas terik seperti ini. Dia beranggapan kalau itu Radit, tapi dia juga mengira kalau itu adalah Pak Man yang baru saja membersihkan kolam renang.
Byuuurr...
Terlihat seorang yang gagah keluar dari kolam. Dia berenang ke tepian kolam lalu duduk di pinggir. Vita membulatkan matanya kaget melihat bentuk tubuh Radit. Kulitnya eksotis, lengan kekar berotot, dada bidang, dab tubuh six pack. Padahal dia masih muda untuk memiliki bentuk tubuh sempurna seperti itu, mungkin dia sering nge-gym sejak dulu.
Radit mendapati Vita memperhatikannya dari balik jendela kaca di atas. Vita terlonjak kaget lalu menutup jendela tersebut dengan tirai. Bagaimana tidak, itu bukan jendela biasa melainkan jendela tanpa kusen yang dibatasi kaca bening, ukurannya juga sangat besar. Maklum kalau Radit dapat melihat Vita dari luar.
Vita duduk di ranjang sambil membuang pikiran kotornya terhadap Radit. Dia terus saja mengucap istighfar agar kejadian tadi tak diingatnya. Mungkin saja Radit akan marah padanya karena lancang melihat tubuhnya, atau mungkin sengaja melihat tubuhnya. Vita jadi gemetaran sendiri.
Tok... Tok... Tok...
Vita dengan santainya membuka pintu. Setelah dibuka dia langsung berkeringat mendapati sesosok pria di depannya.
"Ngapain lo ngintipin gue?", tanya Radit penuh penekanan.
"Siapa juga yang ngintipin lo? Gue tadi tuh cuma... Anu... ", ujar Vita gelisah.
"Lo kok jadi takut gitu? Gak papa kok, gue malah seneng kalo lo nafsu ama gue", sahut Radit lalu bersandar di kusen pintu kamar Vita.
Vita bergidik ngeri. Dia langsung mendorong Radit keluar lalu menutup pintu. Dari luar Radit terus berteriak kepada Vita.
"Woy, goblok. Bukain gue belum selesai bicara nih!"
"Gak usah bicara lagi. Gue eneg liat tampang lo yang sok cakep itu"
"Heh, bego. Berani ya lo ngomong kayak gitu!"
"Emang gue takut ama lo?"
"Hey lo tuh cuma numpang!"
Tak ada sahutan dari dalam. Vita sama sekali tak bergeming.
"Woy, tau diri dong. Udah numpang, ngelunjak lagi sama pemilik rumah. Emang lo disini makan gak ditanggung. Asal lo tau, Papa gue yang tanggung hidup lo. Tanpa dia lo cuma jadi babu!", bentak Radit.
Lagi, tak ada sahutan dari dalam kamar Vita. Radit mulai heran.
"Lo tersinggung ya? Ga usah lebay deh, emang kenyataan lo itu orang miskin"
Radit mengintip ke dalam kamar Vita melalui lubang kunci. Ternyata Vita tertidur sambil mengenakan headset di kepalanya. Radit menjadi marah dan memukul pintu kamar Vita lalu beranjak pergi. Vita keheranan dengan suara pintu yang seperti baru dipukul. Namun dia mengacuhkannya dan melanjutkan tidurnya.
———————————
Nah, sob. Buat kalian yang belum vote silakan di vote dulu ya!
InsyaAllah update nya lancar.
Kira-kira kapan ya Vita ketemu sama Joe?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku Saja
Teen FictionVita selalu bingung bagaimana cara menghadapi tingkah possessive dari kedua pecintanya ini. Padahal dahulu mereka membenci Vita, namun Radit dan Joe seakan telah melupakan hal itu. Radit dengan kekuasaan ayahnya dan Joe dengan kehebatan dirinya mam...