Bagian 6

12 0 0
                                    

"Eh, Vit, sini deh!", seru Tari yang membuat Vita lalu menghampirinya. "Ada apa?", tanya Vita pada teman sebangkunya itu.

Tari memperlihatkan status Radit di whatsapp yang memerintahkan agar setiap warga sekolah yang melihat Vita, mereka harus menjambak rambutnya. "Kenapa Radit buat status kayak gini?", tanya Tari sambil mencomot pizzanya.

Vita menggidikkan bahunya. "Gak tau", jawab Vita seadanya.

"Lo gak ada konflik kan sama si ganteng Radit?", kini tatapan Tari mulai berfokus pada Vita.

Vita menggeleng cepat. Dia tidak mau semua orang tahu kalau dia terus disiksa oleh Radit.

"Gue saranin ya", sambung Tari. "Radit tuh orang yang berbahaya, lo jangan sembarangan kalo berurusan sama dia".

Vita mulai menyimak. "Dia punya geng berbahaya loh di sekolah Aston ini!", ujar Tari yang membuat Vita terkejut.

"Dia punya geng?", tanya Vita.

Tari mengangguk. "Dan dia itu ketuanya, dia berkuasa atas pembullyan yang ada di sekolah ini!", sambung Tari.

Vita mencerna ucapan Tari, dia mulai berpikir langkah apa yang akan dipilihnya. Saat ini dia sudah jadi korban atas bully yang dilakukan oleh Radit, dia bingung harus mengadu atau tidak.

"Berhubung lo lagi dibully, bolehkan gue jambak rambut lo?", tanya Tari sambil tersenyum-senyum.

"Ih, lo apaan sih", sahut Vita.

Kayaknya gue harus pergi deh dari rumah itu. Gue gak tahan kalo terus dijahatin sama si goblok itu, batin Vita.

***

Kring... Kring...

Bel pulang berdering. Semua murid Aston berlarian keluar kelas. Seperti biasa, Vita menunggu di halte bus untuk menaiki bus menuju rumah Radit. Inilah yang akan terjadi bila Pak Arif atau Bu Angie tidak ada di rumah, mereka tidak bisa menjemput Vita. Apalagi Radit, dia tentu tidak mau mengantar Vita pulang ke rumahnya, padahal Pak Arif telah berpesan kalau Radit harus memberi tumpangan pada Vita.

Radit sudah tahu kalau Vita pasti akan menunggu di halte bus, dia beserta rombongan gengnya menunggu di rooftop sekolah untuk memberikan kejutan kepada Vita. Salah satu anggota geng diutus untuk menghampiri Vita dan mengajaknya ke atas.

"Hey, lo Vita, kan?", tanya Marc, anggota geng Radit.

Vita hanya mengangguk.

Marc menatap kearah Vita dari bawah ke atas. Vita begitu cantik dengan wajah dan bentuk tubuh sempurna menurutnya, hanya saja dia itu sedikit lebih pendek. Kira-kira tingginya sekitar bahu Marc.

"Ngapain lo liat-liat?", tanya Vita ketus sambil menatap sinis ke arah Marc.

Marc terperanjat. "Temen lo yang namanya Tari, ngigau-ngigau gak jelas di rooftop. Dia manggilin nama lo terus", tipu Marc.

"Tari ngigau? Ya udah, gue kesana dulu", Vita langsung beranjak.

Setelah sampai di rooftop dengan nafas terengah-engah, Vita dikagetkan dengan berberapa pria yang berdiri sambil tersenyum nakal kearah Vita. Vita langsung membalikkan badan dan menuju turun, namun dia malah menabrak Marc yang tadi menyusulnya. Alhasil tubuh pendeknya pun terjengkang ke belakang.

"Seret anak kampung itu kesini!", titah orang yang berdiri di tengah pria-pria itu. Vita sepertinya cukup familiar dengan suara itu, benar saja tebakannya bahwa pria itu adalah Radit.

Marc dan Dion menyeret paksa tubuh Vita hingga bajunya kotor dan lututnya lecet karena gesekan dengan lantai. Vita meringis kesakitan menahan perih di lututnya yang terus saja tergesek. Dion menghentikan pekerjaannya, dia menatap iba pada Vita. Lalu dia memeriksa keadaan lutut Vita yang terluka lalu mencoba menghapus air mata Vita hingga akhirnya sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

"Goblok lo, gak usah sok peduli ama nih bocah kampung!", bentak Radit.

Dion tak bisa menahan rasa ibanya pada Vita, apalagi dia ini adalah seorang perempuan yang baik. Tanpa pikir panjang, Dion balas menampar pipi Radit. Seketika suasana menjadi hening.

"Lo berani nampar gue?", Radit mengangkat sebelah alisnya.

"Dia tuh cewek, bos. Gue gak bisa biarin dia menderita", ujar Dion.

"Kalo gitu mendingan lo urusin dia lalu keluar dari geng kita!", bentak Radit dengan nada tinggi.

Terdiam sejenak, Dion lalu merangkul Vita dan menggendongnya. Dia kecewa dengan Radit yang beraninya menganiaya seorang perempuan baik, padahal semenjak Dion menjadi anggota gengnya, mereka hanya menyiksa siswa laki-laki yang membuat onar di sekolah, tak lebih dari itu. Dion tanpa berat hati keluar dari geng maksiat ini.

"Iya, gue bakal cabut. Tapi tolong jangan pernah siksa cewek lagi", pesan Dion yang masih menggendong Vita lalu beranjak turun.

Radit dan anggota gengnya yang masih tersisa hanya bisa menahan amarah, bagaimana pun juga Dion telah banyak berjasa dalam membangun geng tersebut. Mana mungkin mereka akan menghajar Vita yang masih ada di pelukan Dion, sama saja mereka menghajar orang yang telah berjasa dalam geng mereka, yaitu Dion.

Dion membawa Vita ke kafe, mengobati lukanya, lalu memesan makanan untuknya. Vita sedari tadi diam dengan perlakuan Dion terhadapnya. Saat di rooftop, Dion dengan tega menyeret Vita hingga lututnya terluka, namun sekarang dia begitu mengkhawatirkan Vita dan membawanya ke kafe ini.

"Maafin gue ya, karna gue lo jadi keluar dari geng lo", Vita memecah keheningan.

"Udah, nyantai aja. Geng penyiksa cewek cuma buat gue emosi doang", sahut Dion.

Vita terdiam menatap Dion, dia tidak menyangka pria tampan dan kaya di depannya itu adalah pria yang baik. Dia merelakan gengnya hanya untuk menolong seorang gadis yang tengah disiksa oleh gengnya itu. Ternyata di Jakarta masih ada orang yang sebaik dia.

Kali ini Dion tersenyum simpul kepada Vita. "Lo tenang aja, gue gak bakalan gabung ke geng yang kayak gituan lagi", ucapnya sambil menyambut minuman yang baru saja diantarkan pelayan kafe. Vita membalasnya dengan senyum yang sama.

"Iya, nanti tunggu aja gue di ta-", Joe tercekat menghentikan aktivitas menelponnya ketika melihat Vita ada di kafe Mamanya.

Ngapain tuh cewek ada di kafe Mama, itu kayak Dion deh di sampingnya, batin Joe.

Joe menutup teleponnya lalu duduk di kursi kafe sambil memperhatikan mereka. Karena letak meja Joe dan meja Vita agak jauh, jadi Joe tidak bisa mendengar obrolan Vita dan Dion.

Sial, mereka ngomong apa sih, keluh Joe dalam hati.

Selanjutnya bang Joe bakalan ngapain ya?

Simak terus ceritanya, Vote dan Comment juga!

Next

Pilih Aku SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang