"Hah, Kak Joe!", seru Vita terkaget-kaget mendapati Joe terbaring di pinggir jembatan dengan wajah babak belur. Vita menghampiri Joe, lalu membawa Joe ke tempat yang lebih aman yaitu di warung bakso terdekat.
Vita mendudukkan Joe yang pingsan di tempat duduk lesehan di warung bakso tersebut. Vita menyodorkan minyak kayu putih sambil mengipasinya, tak lupa dia meletakkan kepala Joe pada pahanya.
"Kak... Kak... Bangun!", seru Vita sambil menepuk-nepuk pipi Joe yang masih pingsan diatas pahanya tersebut.
20 menit berlalu, Joe akhirnya membuka matanya setelah Vita mengocok-kocok kepalanya. Kepala Joe sedikit pusing akibat kocokan tersebut.
"Eh, Kak Joe udah sadar", seru Vita menghentikan kocokannya lalu berusaha mendudukkan Joe.
Joe menekan dahinya dengan jarinya, lalu dia merasa senang mendapati Vita yang dia nantikan tadi telah duduk manis di depannya.
"Kak Joe kok lebam gini sih?", tanya Vita sembari menekan luka lebam di pipi Joe. "Aduh, sakit", keluh Joe spontan.
Vita memasang ekspresi bersalah lalu menunduk malu. "Maaf, Kak!", ujarnya.
Nih anak kalo mukanya memelas kayak gitu bikin nambah imut aja, batin Joe.
Joe lalu tersadar dari lamunannya ketika pemilik warung menegur mereka.
"Hey, Dek. Warung saya bukan tempat pacaran. Kalo mau pesen ya pesen aja, jangan jadiin modus buat PDKT-an!", seru pemilik warung tesebut.
Joe geram dan berniat membalas perkataan pria paruh baya tersebut, namun Vita menghentikannya.
"Ya udah, Pak. Saya pesen baksonya satu mangkok deh sama teh anget satu gelas!", pinta Vita yang langsung membuat mata pedagang itu berbinar.
"Siap, Neng!", jawab pemilik warung tersebut semangat.
Tuh orang baik kalau ada maunya, batin Joe.
Tak menunggu lama, pesanan mereka datang. Setelah memberikan pesanan Vita, pedagang bakso tersebut beranjak.
"Ini Kak, supaya Kakak gak sakit lagi!", ucap Vita sambil menyodorkan bakso tersebut kepada Joe. Dahi Joe mengernyit heran.
"Gue gak mau makan makanan ini. Kebersihannya gak terjamin, mending gue makan makanan di kafe nyokap gue", ujar Joe arogan.
"Kak, Kakak gak boleh ngomong gitu. Udah pasti kok kebersihannya terjamin. Kalo gak terjamin mana mugkin baksonya laris dibeli banyak orang!", jelas Vita.
Joe mengiyakan ucapan Vita. Tanpa pikir panjang lagi Joe melahap bakso tersebut hingga membuat Vita terkekeh pelan. Lagi pula Joe sudah kelaparan karena dia belum makan siang.
Joe menghentikan aktivitas makannya. "Kenapa lo ketawa?", tanya Joe sambil memegang sendok yang akan masuk ke mulutnya.
Lagi, Vita terkekeh melihat Joe yang berbicara dengan mulut yang penuh isi.
"Ngapain ketawa?", tanya Joe tegas sambil menggebrak meja.
"Eng... Enggak... Kkk... Kok!", jawab Vita gemetaran. Joe menjadi iba melihat ekspresi Vita yang ketakutan, dia menyuapi Vita dengan dalih membuang rasa takutnya.
Vita terpaku dengan perlakuan Joe yang mendadak romantis. Joe keheranan melihat Vita mematung setelah dia menyuapinya. Vita memang benar-benar gadis yang lugu, bahkan saat disuapi saja dia menjadi kaget.
"Ngapain, lo?", tanya Joe membuyarkan lamunan Vita.
Vita gelagapan. "Gak ngapa-ngapain, kok", jawab Vita salah tingkah. Dalam pikiran Vita berkecamuk perasaan aneh yang bergejolak setelah Joe menyuapinya, padahal itu adalah hal kecil nan sederhana tapi kenapa mampu menggetarkan hati Vita hingga sedalam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku Saja
Teen FictionVita selalu bingung bagaimana cara menghadapi tingkah possessive dari kedua pecintanya ini. Padahal dahulu mereka membenci Vita, namun Radit dan Joe seakan telah melupakan hal itu. Radit dengan kekuasaan ayahnya dan Joe dengan kehebatan dirinya mam...