Hanya isak tangis yang menyelimuti Vita di dalam kamarnya. Bi Inah bertanya melalui pintu kamar Vita yang dikuncinya rapat tentang bagaimana keadaan Vita yang membuatnya menangis itu. Vita tidak menjawab dan melanjutkan tangisannya yang semakin menjadi-jadi.
Setelah itu Radit datang menghampiri Bi Inah dan menyuruhnya turun melanjutkan tugasnya, Bi Inah menurut saja. Dia pergi lalu mengerjakan pekerjaan rumah yang sempat tertinggal.
"Hey, kampungan. Berhenti deh nangis. Jangan bikin orang berpikiran kalo gue tuh jahat!", seru Radit dari luar pintu.
Kali ini Vita tidak lagi dapat menahan amarahnya, dia menyahut perkataan Radit dengan ketus meskipun Vita enggan menemuinya karena sedikit takut.
"Jangan panggil kampungan. Lo mau gue panggil setan, iblis, goblok, bangsat, bodoh, jahat, dan edan?", bentak Vita dari dalam kamar.
Emosi Radit semakin memuncak, dia mendobrak pintu dan akhirnya terbuka. Dia senang melihat ekspresi wajah Vita ketakutan. Namun dia heran, awalnya Vita gemetaran melihatnya namun kini dia menyeringai nakal kearahnya. Tanpa pikir panjang lagi, Radit menghampiri Vita dan mengambil ancang-ancang hendak memukulnya.
"RADIT!", langkah Radit terhenti mendengar suara menggelegar memanggil namanya.
Plakkk
Seketika tamparan mendarat mulus di pipi anak laki-laki berumur 16 tahun itu. Radit membulatkan matanya menatap Papanya yang kini di hadapannya yang melotot marah.
"Apa yang akan kamu lakuin ke Vita?", tanya Pak Arif geram.
Radit terdiam, mendadak suasana menjadi hening. Vita hanya menatap Pak Arif dan Radit dengan gemetar, takut kalau Vita juga akan menerima tamparan.
"Bocah kampung itu-", belum sempat Radit menjelaskan, Pak Arif telah memotongnya. "Dia adalah anak sahabat Papa, bukan bocah kampung!", bentak Pak Arif.
Papa rela nampar gue demi si bego itu, emang keterlaluan dah si Vita. Gara-gara dia gue ditampar, batin Radit.
"Kamu seharusnya tak bersikap seperti itu, kamu adalah penerus Papa. Papa tidak mau kamu berakhlak buruk dan berlaku sesuka hatimu!", nada bicara Pak Arif mulai menurun.
Radit hanya tarpaku memandangi Papanya, dia benar-benar tak terima jika dia ditampar hanya karena Vita sebagai alasannya. Radit memutuskan beranjak meninggalkan Pak Arif yang entah kapan dia pulang.
Pak Arif diam saja membiarkan anaknya itu berlalu, dia menghampiri Vita yang terduduk lalu dia berjongkok menyetarakan tubuhnya pada Vita.
"Nak, jangan pikirkan apa yang barusan Radit perbuat kepadamu!", pesan Pak Arif.
Vita hanya mengangguk. "Jangan segan untuk mengadu kepada om jika dia berbuat jahat kepadamu, mengerti?", lagi, Vita hanya mengangguk.
Kini Pak Arif beranjak dari jongkoknya dan berdiri membelakangi Vita. "Kamu begitu berharga bagi ayahmu, Om tidak mau jika Om tidak bisa menjalankan amanah ayahmu yang dia berikan kepada Om, yaitu menjagamu!", jelas Pak Arif.
Vita menyimaknya lalu dia berdiri. "Tenang saja, Om. Vita ini udah gede, kok. Urusan jaga diri mah mudah", sahut Vita sambil tersenyum paksa.
Pak Arif berpaling menghadap Vita. "Iya, Nak. Om percaya sama kamu", jawab Pak Arif lalu memeluk Vita. Vita pun membalas pelukan Pak Arif.
***
Seluruh barang-barang Radit berserakan karena kemarahannya yang bisa dibendung. Kebenciannya kepada gadis kampung itu semakin bergejolak. Berbagai rencana mengerikan untuk menyiksa Vita mulai mengelilingi otaknya. Alasannya sepele, hanya karena sebuah tamparan dari Papanya yang memang seharusnya dia dapatkan.
Gimana kalo gue bully aja tuh bocah di sekolah. Toh juga orang di sekolah semuanya patuh ama gue, gak mungkin mereka bakal ngadu ke Papa. Gue bisa libatkan geng gue supaya gue bisa cari kambing hitam semisal gue ketahuan sama Papa, batin Radit.
Radit menelpon Dion, Akmal, dan Marc, mereka semua anggota geng Radit di sekolah. Radit adalah ketua geng bergengsi tersebut, meski banya yang mengajukan diri menjadi anggota geng, Radit tetap tidak menambah jumlah anggotanya.
Setelah selesai menelpon anggota gengnya dan menyampaikan rencana kotornya, Radit membersihkan diri untuk menyejukkan pikirannya yang kotor. Di bath up Radit tersenyum-senyum.
Wahh Radit semakin ganas aja, ya?
Kira-kira apa yang akan dilakukan Radit ya? Tapi tenang aja, bakalan ada bang Joe yang pastinya akan membantu Vita.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku Saja
Roman pour AdolescentsVita selalu bingung bagaimana cara menghadapi tingkah possessive dari kedua pecintanya ini. Padahal dahulu mereka membenci Vita, namun Radit dan Joe seakan telah melupakan hal itu. Radit dengan kekuasaan ayahnya dan Joe dengan kehebatan dirinya mam...