Bagian 8

12 0 0
                                    

Vita mengemasi barang-barangnya lalu pergi ke kafe tempat dia pernah berjumpa dengan Joe karena dia menjajikan bertemu dengan Joe disana. Untung saja Pak Man dan Pak Bagas sudah pulang, Bi Inah sudah tidur, dan Radit kelayapan entah kemana, membuat kegiatan minggat Vita berjalan mulus. Dia memesan taxi online menuju kafe karena barang bawaannya lumayan banyak.

Setelah sampai, Vita masuk ke kafe. Dia mendapati Joe tengah duduk di meja ujung dekat dinding kaca sambil menatapnya datar. Vita tergopoh-gopoh membawa barang-barangnya menuju posisi Joe duduk. Lalu dia duduk berhadapan dengan Joe.

"Udah lama, kak?", tanya Vita memulai obrolan.

Karena Joe tidak suka berbasa-basi, dia langsung memberikan sebuah kunci apartemen yang barusan Joe sewa. "Ini, kunci apartemen buat lo".

Vita mengernyitkan dahinya, dia masih belum paham dengan perkataan Joe barusan.

Joe menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ekspresi Vita. "Ayo, bawa barang-barang lo ke mobil gue", titahnya lalu beranjak meninggalkan Vita menuju mobil.

Vita mengangguk patuh dengan perintah Joe. Vita kembali menenteng barang-barangnya lalu mengekori Joe. Mereka melesat dengan cepat ke apartemen Joe dengan mobil mewah berwarna abu-abu milik Joe.

Mereka hanya terdiam, suasana hening seketika. Ditambah jalanan yang lancar tidak ada kemacetan membuat mereka agak canggung.

"Kak Joe!", seru Vita memecah keheningan.

Tak ada sahutan dari Joe. "Makasih banyak udah mau nolongin aku", sambung Vita.

Lagi, tak ada sahutan.

Vita mengernyitkan dahinya menatap Joe yang ekspresinya datar. Vita sempat mengira kalau Joe adalah mayat hidup, namun perkiraannya salah setelah Joe angkat bicara.

"Lo tenang aja, urusan sewa apartemen sama biaya hidup lo gue yang tanggung!", ujar Joe yang masih fokus pada jalanan.

Seketika mata Vita berbinar-binar mendengar pernyataan Joe, dia tidak menyangka jika di Jakarta masih ada orang yang baik seperti Joe. Vita mengucapkan banyak terima kasih, bahkan dia berniat ingin sujud di hadapan Joe.

"Makasih banyak, Kak. Tapi aku gak enak sama kakak", Vita berkata pada Joe dengan penuh syukur. "Gimana caranya agar aku bisa membalas Budi kakak?".

Lagi, Joe tidak menyahut. Dia masih fokus dengan kegiatan menyetirnya.

"Apa aku harus jadi babunya kakak supaya-", kalimat Vita terpotong. "Besok lo harus bekerja di kafe Mama gue, itu sebagai bayaran buat sewa apartemen sama biaya hidup lo", ucap Joe tanpa bertele-tele.

Vita melongok. Joe hanya menatap sekilas longokan Vita yang membuatnya menjadi sangat menggemaskan. "Dan satu lagi", kata Joe membuat Vita penasaran.

"Apa itu, Kak?", Vita mulai menyimak Joe dengan saksama. "Jadi asisten gue di sekolah!", ucap Joe singkat. "Hah?".

Vita membulatkan matanya penuh mendengar perkataan Joe barusan. Vita menjadi asistennya, apa benar. Joe adalah orang yang rajin dan terampil, mana mungkin dia mau menjadikan Vita sebagai asistennya, yang ada Vita malah akan menghancurkan reputasinya di sekolah.

"Kakak yakin?" Vita penasaran. Hanya anggukan singkat yang Joe berikan. Vita masih tidak percaya akan apa yang dia peroleh.

***

Vita merapikan barang-barangnya setelah sampai di apartemen barunya. Kemudian dia membersihkan apartemen tersebut lalu beranjak mandi. Hari yang melelahkan bagi Vita, karena dia harus menerima siksaan pedih dari Radit dan pindah secara mendadak. Dia bahkan tidak berpikir apa yang akan dilakukan Pak Arif dan ayahnya jika sampai tahu Vita ada disini.

Tokk... Tokk... Tokk...

Vita beranjak dari sofa lalu membuka pintu ketika ada orang yang mengetok pintu. Dia mendapati dua orang gadis sebaya sambil membawa sepiring cheese crackers hand made. Vita tersenyum ramah pada mereka berdua.

"Hai!", sapa salah satu gadi yang berdiri di sebelah kanan. Vita membalas sapaannya dengan ramah. "Hai juga!".

"Kamu anggota apartemen baru disini, ini suatu piagam untukmu", ujar gadis yang membawakan cheese crackers tersebut sambil menyodorkannya kepada Vita. Vita menyambut baik pemberian tersebut. "Piagam?", tanya Vita keheranan.

"Iya, ini adalah tanda terima kasih karena kamu sudah menyewa apartemen ini dan menjadi anggota kami!", ujar gadis di sebelah kanan sambil tersenyum lebar.

"Namaku Destia Rani, panggil aku Rani!", ucapnya sambil menjabat tangan Vita. "Dan di sebelahku ini namanya Nabila Zahira, panggil aja Bila!", sambungnya.

Gadis yang diketahui bernama Bila itu langsung menjabat tangan Vita lalu bertanya, "nama kamu siapa?".

"Namaku Vitari Jasmine, panggil aja Vita", ucap Vita memperkenalkan dirinya.

"Nama yang bagus!", ucap Rani dan Bila serempak. Vita hanya tersenyum manis lalu mempersilakan mereka berdua masuk.

Mereka masuk ke apartemen Vita. Vita segera menyediakan makanan dan minuman yang sempat ia bawa dari kafe Bu Yanti tadi dan menyuguhkan-nya kepada Rani dan Bila. Mereka berdua antusias melahap suguhan tersebut, mereka tahu kalau makanan ini berasal dari kafe mewah dan terkenal di Jakarta, bahkan berstatus kafe internasional.

"Lo sekolah dimana, Vit?", tanya Rani yang mulai meggunakan bahasa 'Lo-Gue' kepada Vita.

"Di SMA Aston", jawab Vita santai. Sontak membuat Rani dan Bila tersedak.

"Kenapa?", tanya Vita heran. Rani segera minum lalu menjelaskan pertanyaan Vita.

"Sekolah Aston tuh sekolah favorit, dia terhubung langsung sama sekolah di luar negeri, bahkan sama klub sepakbola Aston Villa", jelas Rani dengan gaya cerewetnya.

Vita menganggap itu hal yang biasa, dia sendiri heran kenapa sekolah itu menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi namun anak pemilik sekolah itu malah jauh dari kata prestasi. Siapa lagi yang Vita maksud kalau bukan Radit.

"Dan hanya orang-orang tajir yang bisa jadi siswa di sana", Bila menambahi.

Vita memutar malas bola matanya, sekali lagi dia mendengar pujian berlebihan mengenai sekolahnya yang padahal di luar fakta. Rasanya Vita ingin sekali mengungkap keburukan sekolahnya itu, namun dia tidak melakukannya karena Pak Arif selaku pemilik sekolah tersebut sangatlah baik kepadanya.

Drttt... Drttt... Drttt...

Ponsel Vita bergetar tanda ada panggilan masuk. Dia melihat layar ponselnya dan mendapati Joe menelponnya. Langsung saja Vita menjawab panggilan tersebut.

"Halo?"

"Lo kesini sekarang, ke jembatan deket sekolah. Gue minta tolong sama lo. Cepetan dateng!", suara Joe di seberang sana.

Vita panik dan akhirnya permisi pada Rani dan Bila sebentar. Mereka berdua mengerti kalau Vita ada masalah, mereka memutuskan untuk pergi ke kamar mereka masing-masing. Vita lalu beranjak dari apartemennya menuju tempat yang diarahkan Joe kepadanya.

***

Wah, Joe kenapa ya ada di jembatan dekat sekolah lalu meminta Vita datang kepadanya?

Simak ceritanya, jangan lupa Vote dan Comment

Instagram : @auliaputri.puput

Next

Pilih Aku SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang