Bagian 7

11 0 0
                                    

Joe menatap kesal pada Vita yang terlihat akrab dengan Dion, entah kenapa Joe merasa kesal, padahal dia ingin memanfaatkan Vita sebagai pencari informasi mengenai gengnya Radit. Joe mengepal marah tangannya mendapati Dion mengacak pelan rambut Vita, Vita hanya tertawa. Sepertinya Vita dan Dion sudah akrab karena humor-humor yang menyelimuti obrolan mereka.

Tak lama kemudian Dion menawarkan tumpangan gratis untuk Vita pulang ke rumah. Berhubung Vita takut kalau nanti Dion tahu Vita pulang ke rumah Radit, maka Vita menolaknya dengan sopan. Dion awalnya memaksa, namun akhirnya dia pasrah dan meninggalkan Vita di kafe tersebut. Akhirnya Vita duduk sendirian, dia berniat untuk pulang juga dengan menggunakan ojek online.

Saat Vita hendak beranjak dari tempat duduknya, tangannya ditahan oleh tangan kekar putih milik seseorang, membuat Vita kembali duduk di kursinya.

Terlihat Joe yang menarik tangannya lalu duduk di samping kursinya. Masih ingat dengan Joe? Joe adalah kakak kelas yang waktu itu tanpa sengaja pernah sakit perut karena dihantam siku Vita saat mereka berdiri di depan mading saat hari pertama sekolah.

"Loh, kakak?", Vita keheranan. "Ngapain nyuruh aku duduk disini? Lagian ini tanganku kenapa belum dilepas", sambung Vita.

Joe langsung melepas cengkeramannya dari pergelangan tangan Vita. Ekspresi datarnya bercampur aduk dengan ekspresi kikuk membuat Vita keheranan.

"Kakak ada perlu?", tanya Vita mengangkat kedua alisnya.

Joe hanya mengangguk singkat.

"Perlu apa?", tanya Vita yang mulai melipat kedua tangannya di atas meja dengan maksud menyimak Joe.

Joe adalah orang yang tak suka basa-basi, dia langsung mengutarakan niatnya. "Gue pengen lo cari informasi mengenai Radit dan gengnya, terus kasih ke gue".

Vita mengernyitkan dahinya. "Buat apa?", tanya Vita. "Gak usah banyak nanya, ntar gue bayar", jawab Joe dengan wajah datarnya yang mempesona.

Nih orang ngapain nyuruh gue cari informasi tentang Radit sih, gue kan gak mau berurusan sama Radit meskipun dibayar, batin Vita.

Vita menolak permintaan Joe dengan sangat sopan. "Maaf sebelumnya, kak. Saya itu cu-", Joe memotong perkataan Vita.

"Makasih, udah mau bekerja sama. Ntar gue bayar lo secepatnya, kalo lo bohongin gue, gue bakal kasih perhitungan!", ujar Joe memotong perkataan Vita.

"Masalahnya bukan itu, kak!", sanggah Vita sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus?"

"Saya tuh gak punya hubungan apa-apa sama dia, apalagi mau cari informasi tentang dia. Mana mungkin saya bisa", ujar Vita.

"Saya lihat kamu itu satu-satunya cewek yang dekat sama Radit, gak mungkin kamu gak tau apa-apa tentang dia", sahut Joe dengan ekspresi datarnya.

"Tapi kan-", lagi-lagi ucapan Vita terpotong. "Makasih, kita sekarang partner!", jawab Joe memotong ucapan adik kelasnya itu.

Joe beranjak dari duduknya dan masuk ke ruangan pemilik kafe, ke ruangan pemilik kafe? Ya, Bu Yanti selaku pemilik kafe mewah dan besar ini adakah ibunya. Wajar saja kan kalau dia masuk ke ruangan ibunya, toh juga ibunya takkan marah. Namun Vita masih keheranan kenapa Joe masuk ke ruang tersebut, pikirannya mengatakan jika Joe adalah pemilik kafe ini.

***

Vita sampai di rumah keluarga Radit setelah diantar pulang oleh supir ojek online yang dia pesan, Pak Man selaku satpam membukakan pintu untuk Vita.

"Baru pulang, neng", sapa Pak Man. Vita hanya tersenyum lalu berjalan menuju pintu rumah.

Langkah Vita tercekat ketika Radit berjalan menghampirinya. Dia diam di tempat sementara Radit terus mendekat. Ketika semakin dekat, Vita menutup matanya meredam ketakutannya pada Radit setelah kejadian pulang sekolah tadi. Lama Vita menutup mata, ternyata Radit sudah melewati Vita yang terdiam menutup mata. Vita menoleh ke belakang melihat punggung Radit yang semakin menjauh hingga terhenti di pos Pak Man dan Pak Bagas selaku satpam rumah.

Pilih Aku SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang