Kring... Kring... Kring...
Bel istirahat berbunyi. Vita awalnya diajak ke kantin oleh teman sebangkunya yaitu Tari, namun dia menolak dengan alasan dia membawa bekal dari rumah. Tari menyarankan agar Vita tidak usah membeli makan di kantin namun duduk saja disana sambil memakan makanan yang dia bawa. Karena dipaksa beberapa kali akhirnya Vita setuju.
Mereka duduk di meja paling tengah karena meja di pinggiran semuanya sudah penuh oleh orang-orang yang pacaran. Tari membeli bermacam makanan seperti bakso, ayam goreng, cheese burger, gorengan, roti coklat, es kelapa muda dan jus campuran buah. Vita menganga melihat bermacam makanan yang dibeli Tari, apa dia mampu memakan semua itu. Tapi memang sebenarnya Tari kalau makan memang sebanyak itu, itu karena dia makan sehari hanya satu kali. Tapi tubuh Tari tetap langsing meskipun makannya banyak. Sedang Vita hanya membawa beberapa potong sandwich dengan lumuran mozarella yang memenuhinya. Sedari dulu Vita memang tidak banyak makan.
Radit ke kantin karena dia pengen beli tuna panggang sekalian menggoda cewek-cewek tentunya. Setelah selesai memesan dan menunggu pesanannya diantarkan, Radit merayu beberapa cewek cantik yang terlihat genit dengannya. Tapi Radit sama sekali tidak berminat dengan mereka. Radit duduk di mejanya disusul beberapa orang gadis lalu duduk semeja dengannya, beberapa gadis menjadi salah tingkah. Bahkan saking nakalnya si Radit, dia tanpa malu menawarkan pangkuannya kepada seorang wanita pengagumnya. Langsung saja si wanita itu senang lalu duduk manis di pangkuan Radit. Cewek-cewek di kantin menjadi salah tingkah semua. Berhubung kantin itu sangat sangat sangat besar sekali, Vita tidak tahu kalau ada Radit yang tengah memancing keramaian di sudit sana. Vita tidak sadar kalau ada Radit, namun Radit sadar kalau ada Vita.
Eh itu kan si bocah kampung. Gue udah dari kemaren gak ketemu dia. Gue jadi kangen, kangen buak nonjok muka dia jadi hancur. Karna dia muka gue jadi bonyok gini, mana belum sembuh lagi, batin Radit.
Radit lalu menggeser bokong wanita yang ada di pahanya lalu menuntunnya ke atas kursi, wanita itu mendengus kesal karena Radit beranjak pergi meninggalkannya yang masih ingin duduk di pangkuan Radit.
Radit berjalan lurus kearah Vita yang sedang asyik dengan teman sebangkunya itu. Tanpa pikir panjang, Radit mengambil kursi lalu duduk bersama mereka berdua. Radit tersenyum misterius seakan merencanakan hal buruk. Tapi Vita dan Tari mengacuhkannya seakan tak melihat Radit ada di antara mereka.
"Kenapa lo kabur dari rumah?", tanya Radit langsung. Kali ini ekspresinya seperti mengintimidasi. Tari melongo kaget dengan yang barusan dia dengar kalau Vita kabur dari rumah Radit. Berarti Vita serumah dengan Radit. Vita menyadari ekspresi heran dari Tari, Vita lalu menginjak kaki Radit membuat Radit mengerang. Vita menatap Radit seakan meminta Radit untuk bungkam tentang hal tersebut.
"Apaan sih lo? Gaje banget", ejek Radit saat Vita menatapnya aneh.
Tari memandangi Radit dan Vita bergantian. "Emang kalian berdua serumah?", tanya Vita.
Vita menjadi gugup karena sejak awal dia menyimpan rahasia ini. "Gak usah percaya. Lo tau kan orang bego ini sukanya ngayal doang", ejek Vita meremahkan.
"Kalo emang gue serumah sama cewek goblok ini kenapa? Lo mau sewot?", Radit kini menyantap paha ayam goreng milik Tari, Radit lupa membawa ikan tunanya ke meja Vita.
Tari mendengus kesal Radit mengambil makanannya tanpa izin. "Emang hubungan kalian apa? Kalian saudara? Kok gue gak tau sih. Lo kan terkenal, bokap lo pemilik sekolah ini dan punya kantor-kantor besar yang bercabang-cabang hingga ke seluruh dunia yang CEO nya cuma bokap lo doang, terus nyokap lo yang memimpin organisasi besar di beberapa negara, serta bisnis keluarga lo yang gak pernah ada putusnya, tapi kenapa gue gak tau kalo Vita saudara-", setelah komat-kamit berceloteh, Vita langsung memotong pembicaraan Tari.
"Gue bukan saudara dia, gue cuma numpang di rumahnya karena gue gak punya rumah", jawab Vita datar.
"Ternyata lo bisa jujur rupanya", puji Radit dengan gaya menghina.
"Kok bisa?", tanya Tari yang mengangkat alis tebalnya tinggi-tinggi hingga ke tengah-tengah dahinya.
"Ya bisalah", jawabku singkat. "Ya udah kita balik ke kelas, yuk!", pinta Vita sambil menarik-narik lengan Tari.
"Ini makanan gue masih banyak, gue juga masih laper", jawab Tari enggan.
"Ya udah sama gue aja!", tawar Radit langsung menarik tangan Vita mengajaknya ke kelasnya. Para wanita di sana jadi histeris melihat Radit menarik tangan Vita. Vita mencoba melepas tangan Radit dari tangannya, karena kekuatan Radit jauh lebih besar, Vita akhirnya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilih Aku Saja
Teen FictionVita selalu bingung bagaimana cara menghadapi tingkah possessive dari kedua pecintanya ini. Padahal dahulu mereka membenci Vita, namun Radit dan Joe seakan telah melupakan hal itu. Radit dengan kekuasaan ayahnya dan Joe dengan kehebatan dirinya mam...