Prolog : The Goblin's Sword

595 29 5
                                    


          Suara riuh dari luar terredam begitu pintu kamar ditutup, beriringan dengan masuknya seorang pria bersurai merah menyala ke sana, sambil menyibak poni di dahinya ia berjalan menghampiri pria lain yang berdiri dengan gugup di depan tempat tidur. Pria itu menepuk bahu temannya pelan,

"Ada apa Josh? Kau bilang ada yang mau kau bicarakan denganku." ucap si rambut merah itu. Lawan bicaranya terlihat menghembuskan napas panjang.

"Kau tahu aku butuh keberanian untuk mengatakan ini padamu Seungcheol." ucap pria yang dipanggilnya Josh itu. Seungcheol si pria berrambut merah itu, mengangguk pelan.

"Oke, lalu apa?" tanya Seungcheol mendesak, ia terlalu tak sabaran menghadapi temannya yang senang bertele-tele itu. Sudah sejak tiga hari yang lalu Joshua bilang ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi dia terus menundanya dengan alasan belum siap.

Memang apa yang perlu disiapkan untuk mengatakan sesuatu? Mental? Oh ayolah, Seungcheol tidak akan langsung membunuh Joshua hanya karena bicara. Seungcheol berharap kali ini Joshua tidak akan membatalkannya dan membuat Seungcheol dirundung rasa penasaran selama berhari-hari.

"Aku berkencan dengan seseorang, sudah dua tahun." ucap Joshua dengan cepat. Telinga Seungcheol menangkap dengan jelas ucapan temannya itu, dan kepalanya tiba-tiba kosong. Ia sama sekali tidak menduga bahwa itulah yang mau Joshua katakan padanya.

"Apa?" sahut Seungcheol tak berekspresi. Joshua tak menjawab, sudah jelas ia tidak bisa mengulang lagi ucapannya.

"Tidak salah kan berkencan, aku juga manusia Cheol, bisa juga merasakan jatuh cinta dan punya rasa ingin disayangi." ucap Joshua dengan suara yang sedikit bergetar. Saat ini Seungcheol menatapnya tanpa berkedip, ia terlihat siap membakar Joshua dengan tatapannya, apalagi dengan rambut merahnya yang sewarna dengan api.

"Kupikir kita saling memiliki, maksudku, kita bertiga belas menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama, kupikir itu cukup bagimu untuk menganggap kami teman dan saudara." tutur Seungcheol panjang lebar.

"Bukan cinta seperti itu yang kumaksud. Ya, kita memang saling menyayangi, tapi bukan itu. Kau sendiri pernah berkencan kan dengan Nayoung, kau yang mengatakannya." balas Joshua. Mendengarnya membuat Seungcheol naik pitam, ia mengusap wajahnya kasar.

"Bodoh, bukan itu juga yang kumaksud. Kita ini saudara, tapi kau merahasiakannya dari kami selama dua tahun. Aku juga berkencan, bahkan Chan juga. Tapi kami terbuka, kami memberitahu semua anggota." ucap Seungcheol sedikit meninggikan nada bicaranya. Joshua menundukan kepalanya menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya.

"Kau boleh merahasiakannya dari dunia bahkan alam semesta, tapi tidak pada kami. Kau anggap apa kami? Kau anggap apa Seventeen sebenarnya?" tanya Seungcheol.

"Aku tidak bermaksud merahasiakannya, aku hanya takut kalian marah." Joshua menjawab berusaha menghindar dari tersalahkan.

"Apa anggota marah waktu tahu Chan atau aku berkencan?" tukas Seungcheol cepat, Joshua diam, ia terlihat mencari balasan untuk kembali menghindari marahnya ketua tim Seventeen itu.

"A..aku menunggu waktu yang tepat..." belum selesai Joshua mengelak, Seungcheol kembali menyela ucapannya,

"Sampai kapan? sampai media tahu, sampai banyak komentar negatif yang ditujukan padamu? Sampai carat merasa kecewa?" tuturnya.

"Makanya aku tidak memberitahu kalian karena aku takut semakin banyak orang yang tahu maka semakin besar kemungkinan ini terbongkar. Aku tidak mau Seventeen jadi berantakan, karena aku." Joshua mulai kehilangan fokusnya, dia merasa tersudut.

"Justru kalau kau cerita pada kami, kami bisa membantumu melindunginya. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Josh, Seventeen tidak akan jatuh semudah itu hanya karena skandal kencanmu tersebar."

Forgone [Joshua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang