13 : Keeping Promise

129 14 0
                                    


          Cahaya putih yang menyilaukan membuatnya terpaksa membuka mata, ia mengerjap beberapa kali. Setelah cukup sadar ia memiringkan kepalanya, mendapati sisi kanan tempat tidurnya kosong ia terperanjat. Dengan gusar ia turun dari tempat tidur dan mencari ke luar kamar, sampai ia menemukan sosok itu tengah beraksi dengan senjatanya.

"Sudah bangun?" ujarnya tanpa berbalik atau melirik sedikit pun ke belakang. Joshua tersenyum, ia berjalan ke arah Nari yang tengah melakukan rutinitasnya sebagai seorang istri, dan calon ibu dari anat mereka, memasak sarapan pagi.

Semenjak Nari menyatakan bahwa dia tengah mengandung anaknya Joshua menjadi seribu kali lipat lebih protektif, mudah cemas terhadap kondisi kesehatan istrinya itu.

Joshua memeluk Nari dari belakang, kemudian mengelus-elus perutnya yang sudah sedikit membesar.

"Kau tidur nyenyak?" tanya Joshua, Nari mengangguk.

"Bisa mundur, aku sedang memasak kau menggangguku." ucapnya setelah itu. Tanpa membantah sedikit pun Joshua mundur, daripada ia harus kena pukul wajan panas, atau parahnya disiram minyak panas, ugh mengerikan khayalannya itu.

"Hari ini aku libur, seharusnya bisa bangun lebih siang." keluh Joshua sambil mendudukan diri di kursi.

"Lalu kenapa kau bangun sekarang?" balas Nari seadanya.

"Karena kalian sudah bangun, aku tidak bisa tidur kalau kau dan anak kita sudah bangun." Nari menahan tawanya mendengar jawaban Joshua yang seperti merajuk.

Setelah itu tidak ada percakapan lagi, Nari fokus pada masakannya, dan Joshua menikmati kegiatannya, menatap punggung Nari dengan rambut panjangnya yang dikucir kuda terayun mengikuti setiap gerakan Nari. Letupan api kecil dan gemericik minyak panas di wajan, atau suara rebusan kaldu menjadi musik yang rutin didengarkan Joshua setiap pagi. Nari menyajikan makanan hasil karyanya di atas meja, tanpa perlu diperintah Joshua langsung melahap sarapannya.

Nadi goreng kimchi, mungkin karena Nari seorang Carat jadi dia tahu menu sarapan rutin Joshua biasanya, jadi sejak mereka tinggal bersama, nasi goreng kimchi adalah menu sarapan setiap harinya. Joshua tidak protes, mulut dan perutnya sudah terbiasa dengan itu, yang tidak biasa adalah porsi yang diberikan nari dua kali lipat lebih banyak dari yang biasa ia dapatkan selama di Korea, sejak enam bulan terakhir bobot tubuhnya sudah naik dua kilogram, itu pun sudah dibarengi olahraga rutin, kalau tidak mungkin bisa naik lima kilogram.

"Kalau sudah makan, simpan saja piringnya di wastafel. Aku menjemur pakaian dulu di belakang." ucap Nari, ia selesai makan lebih dulu karena porsinya lebih sedikit dari Joshua. Joshua mengangguk paham, "okay!" katanya.

"Selain itu, simpan dulu ponselmu selama makananmu belum habis."

Joshua melengos sambil tersenyum kikuk, ia menyimpan ponselnya dan melanjutkan makan.

Selesai makan, ia melakukan apa yang disuruh Nari, menyimpan piring kotornya di wastafel ditumpuk rapih dengan piring bekas Nari. Joshua tidak pernah menyangka ia bisa bosan pada hari libur, biasanya hari libur adalah satu hari paling dinanti selama seribu hari yang ia miliki, mungkin karena sekarang ia terlalu banyak mendapat libur. Ia tidak bisa menebak bagaimana perasaan Nari yang setiap hari diam di rumah, pantas saja wanita itu kadang berjalan-jalan mengelilingi komplek, menyapa tetangga, dan nongkrong di lapangan, mungkin itu caranya mengusir bosan.

Joshua pergi menyusul ke halaman belakang, dan melihat Nari menjemur pakaian mereka.

"Masih banyak 'kah sayang?" tanya Joshua, sambil mencoba membantunya menggantungkan salah satu pakaian.

"Sedikit lagi, ini pekerjaanku jangan menganggu!" serunya sambil cemberut.

"Aku membantu bukan mengganggu." balas Joshua tak terima disebut mengganggu.

Forgone [Joshua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang