03 : House Of Memories

186 25 82
                                    

             Serpihan debu berterbangan di depan wajah Seungcheol begitu ia membuka pintu asrama Seventeen. Terhitung dua tahun lebih, asrama mereka ditinggalkan, karena para penghuninya harus menjalani wajib militer, dia dan sembilan temannya yang lain mengambil keputusan untuk memenuhi panggilan pelatihan militer bersama-sama. Meninggalkan dua teman mereka yang berasal dari negeri tirai bambu untuk mempromosikan grup dengan unit duo baru mereka,  Jun dan Myungho. Meski mereka tidak ikut wajib militer keduanya tidak bisa mengurus dua asrama sekaligus di tengah jadwal padat promosi mereka. 

Mereka hanya menempati satu asrama dan bertanggung jawab atas kebersihannya, dan asrama seventeen yang satunya dibiarkan kosong hingga berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. 

Seungcheol menggaruk hidungnya yang sedikit gatal karena debu-debu tadi. 

"Sepertinya aku yang pertama datang." ujarnya pendek. Ia menyeret kopernya masuk, menjatuhkan ransel hitamnya di sofa dan membiarkan kopernya bertengger di sembarang tempat. Sambil merebah di sofa, ia mengeluarkan ponselnya, menghubungi manager dan teman-temannya. 

Sepertinya aku yang pertama sampai di asrama kita.

Ia mengirimkan pesan itu di ruang obrolan grup mereka. Beberapa orang meninggalkannya setelah membaca pesan itu, tidak ada balasan apa pun dari sebelas orang anggotanya. Seungcheol menghela napas pendek, ia simpan ponselnya di dekat ransel, seraya berdiri dari duduknya. Ia berkeliling mengecek keadaan asrama Seventeen. Memasuki satu per satu kamar para anggota. 

"Jarang sekali melihat kamar mereka rapih seperti ini." gumam Seungcheol sambil tersenyum tipis, saat berada di kamar Seokmin dan Seungkwan. dia keluar dari kamar Seokmin, baru dua langkah ia berjalan tiba-tiba ia berhenti, di depan sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Kamar Joshua, yang sudah dibiarkan kosong selama tujuh tahun. Seungcheol menengok ke kanan dan kirinya, tangannya ragu-ragu memegang knop pintu. 

Ia mendorong pintu itu sampai terbuka selebar mungkin. Perkelahian dirinya dan Joshua kembali terputar di kepalanya seperti film. Dia memasuki kamar itu lebih dalam, duduk termenung cukup lama di atas ranjangnya. 

"Shua-ya, kenapa aku begitu membencimu?" ujarnya dengan napas tertahan dan tangan mengepal kuat.

Berada di sini membuat Seungcheol mengingat kembali perasaannya sewaktu ia memukul Joshua, ia memang sedikit menyesal karena melukai wajah tampan itu, tapi Joshua juga memukulnya, membuat wajahnya memar dan tak bisa keluar selama satu minggu penuh. 

Seungcheol berdiri beriringan dengan suara pintu lemari yang berdecit, terbuka dengan sendirinya. 

Rambut-rambut halus di lengan Seungcheol berdiri, ia mengusap tengkuknya yang merinding. Ditinggalkan dua tahun tak mungkin tiba-tiba asrama mereka berhantu, tapi Seungcheol merasa takut, sejak dulu dia memang termasuk anggota yang pengecut, takut pada hantu. Ia membanting pintu lemari agar membuka lebih lebar. 

Kosong, tidak ada apa pun di dalamnya. Masih penasaran, ia melongok ke dalam dan melihat-lihat lemari kosong itu. Ada selembar kertas  bergambar tergelak sembarangan di dalam sana. Seungcheol memungutnya, ternyata sebuah postcard dari ibunya Joshua. Mungkin Joshua tak sengaja meninggalkannya di sini. 

Seungcheol membaca pesan di postcard itu dengan seksama, 

"Ibu sudah menyiapkan sebuah rumah untuk kalian, tempatnya sangat ramah, warganya tidak mengenal hiburan dari dunia luar. Kuyakin tempat ini cocok untuk persembunyian kalian." Seungcheol bergumam mendikte sebagian isi surat yang dibacanya. Ia membalik postcard itu, melihat gambar yang ada di sana, sebuah pemukiman yang ada di Los Angeles, California, Seungcheol pikir mungkin ini tempat tinggal Joshua sekarang. 

Forgone [Joshua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang