05 : Gone Wrong

189 23 26
                                    


            Hari jumat pagi, cuaca yang cerah menambah semangat untuk memulai aktivitas. Hari ini seperti yang sudah dijanjikan, Joshua akan pergi ke sekolah putri semata wayangnya, menonton acara pertunjukan bakat dan bertukar kado. Joshua sengaja cuti satu hari penuh untuk menemani Anne.

Joshua sudah berada di sekolah Anne, duduk santai menemani sang putri yang duduk tepat di sampingnya. Dia terlihat sangat bersemangat menantikan gilirannya maju ke depan kelas dan menampilkan sesuatu  yang sudah ia persiapkan. Joshua sama sekali tidak tahu apa yang akan Anne lakukan, ia menebak mungkin bernyanyi, atau menari, ibu dan ayahnya sama-sama ahli dalam dua bidang itu, sangat mungkin kalau anaknya mewarisi bakat itu kan? 

Joshua mengecek ponselnya sekali lagi, memastikan tidak ada email dadakan dari bosnya untuk melakukan sesuatu, dan mengecek kotak pesan dari Soonyoung. 

"Belum dibalas." ia bergumam pelan, kemudian segera  menonaktifkan ponselnya dan menyimpannya ke dalam saku jas. Ia tak mau hari ini terganggu dengan tugas-tugas dadakan dari kantor. 

           Ia memang bersenang-senang di sekolah Anne, tapi begitu ia mengaktifkan ponsel, dilihatnya ada tiga puluh satu panggilan tak terjawab dan lima belas pesan singkat yang belum dibaca dari bosnya di kantor. Anne menatap ayahnya bingung karena tidak kunjung melajukan mobil mereka, jujur dia sudah lapar karena sekarang sudah lewat jam makan siang. 

"Sayang, ayah antar kamu ke rumah nenek ya, sepertinya di kantor ada masalah, ayah harus ke sana." tutur Joshua sambil bersiap mengemudikan mobilnya. 

"Asik ke rumah nenek!" Anne memekik girang seolah hendak pergi bertamasya. Joshua hanya tersenyum tipis. 

            Ia mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sang ibu, sampai kapan Joshua bisa berhenti merepotkan ibunya, tapi dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Anne di rumah sendirian, apalagi dengan kondisi belum makan. 

Sampai di tujuan Anne langsung berhambur ke luar dari mobil dan menerobos masuk ke rumah neneknya, diikuti Joshua yang berjalan santai seraya merapihkan pakaiannya. 

"Ya Tuhan, ku kira sedang bermimpi ternyata benar ini cucuku." ucap ibu Joshua begitu melihat Anne dan langsung memeluknya. 

"Sepertinya aku akan merepotkanmu lagi, Bu. Aku mau menitipkan Anne di sini." ujar Joshua terus terang. 

"Repot apanya, aku malah senang cucuku di sini. Berapa lama?" tanyanya. 

"Hanya sampai urusanku di kantor selesai." balas Joshua, ibunya mengerutkan kening, 

"Katanya kamu cuti?" tanyanya heran. 

"Iya, memang, tapi orang-orang kantor menelonpon berkali-kali, kurasa ada sesuatu. Aku harus ke sana." ia menjelaskan. 

"Oh begitu, kau bisa pergi dengan tenang. Joanne aman selama bersamaku." tanpa melonggarkan pelukannya pada Anne, ia berujar dengan senyum lembut di wajahnya. 

"Oh iya, Bu. Anne belum makan siang." ujar Joshua mengingatkan. 

"Ya ampun, pantas saja kamu ringan sekali. Ayo kita masuk dan makan, jangan sampai kau telat makan, nanti kurus kering seperti ayahmu." tuturnya seraya melirik Joshua. 

"Bu!" Joshua menyeru tak terima, Anne tertawa sambil menjulurkan lidahnya pada Joshua. Gadis itu pasti senang ada yang membantunya meledek sang ayah. 

"Katanya kau harus ke kantor, cepat sana pergi." usir sang ibu. Dengan wajah merengut Joshua pamit dan langsung pergi menuju tempatnya bekerja, ia berdoa semoga bukan masalah yang sangat serius yang akan dihadapinya nanti.

           Dia masih sangat tenang, menjaga kemudinya agar terus terkendali, hingga sampai di tempat tujuan. Begitu sampai di kantor, dia langsung memarkirkan mobilnya di basement dan beranjak menuju ruangannya. Tidak ada apa-apa di sana, ia meraih gagang telepon dan menghubungi sekretaris bosnya. 

Forgone [Joshua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang