12.2. Bertemu Lagi

15 2 0
                                    

                                                  Kenapa gue harus ketemu sama lu lagi?

                                 Apa rasa sakit yang lu berikan belum cukup untuk lu?

                                                            -Elena Cantika Davisson-

----------------------------------****************---------------------------------

Elena terkejut melihat sosok itu lagi datang ke kehidupannya. Saat itu juga Elena merasa bahwa ia tidak bisa menopang tubuhnya. Air matanya pun sudah ada di pelupuk matanya yang jika diperkirakan sebentar lagi akan keluar. Tangannya bahkan bergetar dan lidahnya serasa kelu, akhirnya Elena memutuskan untuk menelpon kakaknya.

"Halo, kenapa dek?"  Disebrang sana Elena dapat mendengar suara bang Vincent.

"B-bang kesini bang sekarang c-cepet b-bang."  Elena tergagap karena mulutnya bergetar.

"Hah? Lu kenapa dek? Iya iya gue kesana lu jangan kemana mana!"  Dapat terdengar jelas bahwa disebrang sana bahwa bang Vincent sudah panik. Elena pun hanya bisa duduk di kursi yang disediakan dan menyembunyikan wajahnya agar Rivano tidak dapat melihatnya. Dan untuk Rivano ia masih berdiri sambil membaca beberapa buku dan posisinya juga tidak jauh dari Elena. Air mata Elena sudah mulai mengalir secara perlahan.

Sementara di tempat Vincent, Alan kebingungan melihat Vincent yang panik saat sedang ditelpon Elena. Sebetulnya Alan juga panik karena kedengarannya Elena sedang dalam masalah.

"Kenapa vin? Elena kenapa?"  Tanya Alan sedikit panik. 

"Gatau tadi elen tiba-tiba telpon sambil kayanya mau nangis ayo bang kita susulin ke toko buku."  Mereka berdua pun keluar dari Starbucks dengan tergesa gesa. Sesampainya di toko buka Vincent dan Alan langsung mencari Elena. Setelah menemukan sosok adiknya akhirnya mereka berdua pun langsung menghampiri Elena.

"Kenapa dek? Cerita ke abang kenapa lu nangis."  Ucap Vincent sambil memegang kedua bahu Elena agar Elena mau melihat dan cerita kepadanya. Sedangkan Alan berusaha untuk menenangkan adiknya dengan mengusap punggung Elena. Mereka sempat jadi perhatian publik.

"B-bang jangan d-di sini plis."  Pinta Elena terbata karena sesunggukan.

"Oke oke yuk pindah."  Alan dan Vincent pun menuntun Elena untuk keluar dari toko buku tersebut.

Disisi lain Rivano merasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

"Kok gue kaya ngerasa ada Elena ya disini?"  Batin Rivano dalam hatinya. Sayang, saat Rivano menoleh ke tempat Elena tadi duduk namun Elena sudah beranjak dari duduknya. Saat dijalan Elena tidak berhenti menangis bahkan kedua abangnya bingung kenapa adiknya bisa seperti ini.

"Dek, lu kenapa sih?"  Tanya Alan lembut. Tapi jawaban yang didapatkan hanya gelengan dari Elena. 

"B-bang elen mau pulang b-bang b-bawa elen p-pergi."  Pinta Elena memelas yang tak mungkin dapat ditolak oleh Vincent dan Alan karena mereka tidak tega melihat adiknya.

"Iya iya kita pulang ya sayang."  Ucap Alan penuh kasih sayang sementara itu Vincent tetap memegangi Elena dan menenangkannya. Mereka pun sampai di depan pintu lobby mall dan mereka bertiga sempat berpasan dengan Erik. Erik menatap mereka dengan heran.

"Hoy rik!"  Sapa bang Vincent.

"Bang."  Balas Erik datar. Sesaat Erik melihat Elena dan tatapan mereka bertemu dan itu membuat jantung Elena berdebar, tapi Elena segera memutuskan kontak mata tersebut

"B-bang ayo."  Ajak Elena kepada Vincent dan yang pasti langsung dituruti oleh Vincent.

"Yaudah rik gue duluan."  Pamit Vincent yang dibalas anggukan dari Erik. Alan dan Elena hanya tersenyum tanda pamit  kepada Erik. Sesampainya di parkiran Vincent langsung membantu Elena masuk mobil sementara Alan menyalakan mesin. Sekarang Alan yang menyetir karena tidak memungkinkan Elena menyetir dalam keadaan seperti ini. Diperjalan Elena hanya diam, Vincent dan Alan pun khawatir melihat keadaan Elena.

"Dek, lu kenapa sih tiba-tiba nangis? Ada yang gangguin lu? Kalo ada kasih tau ke gue biar gue hajar."  Kata Vincent.

"Di rumah aja bang nanti Elena kasih tau."  Vincent pun hanya diam menunggu mereka sampai dirumah. Sesampainya di rumah mereka disambut dengan bi Emar.

"Eh, ada aden udah pul- lah  kunaon eta non Elena?"  Tanya bi Emar kebingungan. Alan pun membalasnya dengan senyuman dan ia meminta bi Emar untuk membuatkan teh hangat untuk Elena. Mereka bertiga masuk kedalam rumah, Vincent dan Alan juga menuntun Elena untuk duduk di kursi ruang tv mereka. Di sana Elena menyadari bahwa ia mendapatkan tatapan ingin tahu dari kedua abangnya. Akhirnya Elena menarik nafas sebelum bercerita.

"Dia balik lagi bang, Rivano balik lagi."  Air mata Elena mengalir, lagi. Alan yang posisi duduknya disebelah Elena langsung merengkuh Elena dan menenangkannya.

"Lah bukannya dia di Amerika dek?"  Tanya Vincent heran, karena setau Vincent Rivano pindah ke Amerika.

"E-elen gak tau bang."  Balas Elena sesenggukan.

"B-bang k-kenapa dia h-harus b-balik l-lagi? Apa g-gak c-cukup v-vano nyakitin e-ele?"  Ujar Elena tergagap karena saat itu tangisannya sudah mengalir deras di pelukan Alan. 

"Sstt udah sayang jangan nangis lagi mungkin dia ada tujuan lain kesini abang gak tega liat lu kaya gini."  Ucap Alan menenangkan Elena seraya mengelus kepalanya lembut. Sementara itu Vincent sudah mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia tidak mau adiknya sedih lagi seperti dulu. Dulu saat Vincent tahu Rivano menyakiti Elena Vincent menghajar Rivano habis habisan. Alan yang melihat bahwa Vincent sudah emosi mengisyaratkan Vincent untuk tenang. Setelah memastikan Elena sudah tenang akhirnya Alan menyuruh Elena untuk ke kamar nya.

"Udah ya dek, sekarang mendingan lu istirahat ya oh iya besok mama sama papa pulang kita jemput ke bandara ya paginya."

"Iya bang."  Ucap Elena lesu. Alan juga menyuruh Vincent untuk mengantar Elena ke kamarnya. Elena dan Vincent pun menaiki tangga menuju kamar Elena. Sesampainya di kamar Elena Vincent membaringkan Elena dan menyelimuti tubuh Elena.

"Tidur yang nyenyak ya dek."  Ujar Vincent sambil mengusap kepala Elena dan sebelum Vincent meninggalkan kamar Elena ia mencium kening Elena. Dan perlahan mata Elena terpejam.

"Ya tuhan, kenapa vano harus ada disini? Apa gak cukup rasa sakit yang udah dia kasih ke elen?"  Batin Elena. Lama kelamaan akhirnya Elena pun tertidur.

--------------------------************--------------------------

Hay hay hay!! Gimana yang part ini? Gak jelas ya?

Maaf banget ya kalau part ini gak jelas atau pendek 🙏🏻

Jangan lupa vomment buat yang baca

Dan makasih buat yang udah baca staytuned terus ya sama LOVE HIM 😊

Kira Kira gimana ya kelanjutan ceritanya? Makanya baca terus yaa

Oh iya btw pap Elena 💛

Oh iya btw pap Elena 💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang