Seminggu telah berlalu.Iqbaal memutuskan untuk pindah dari rumah itu ke apartemen, hal itu dia lakukan atas permintaan (namakamu)-readers-dan juga inisiatifnya.
Sementara kasus meninggalnya Bi Inah masih terus di selidiki karena memang daerah itu jarang bahkan hampir tidak pernah di lintasi oleh masyarakat sekitar. Iqbaal belum mengizinkan polisi untuk mengintrogasi (namakamu), keadaan wanita itu masih sangat lemah.
Dan seminggu ini juga Jessica tidak pernah lagi memperlihatkan dirinya, gadis itu menghilang seakan di telan bumi.
"(Namakamu), kamu harus banyak istirahat." Ucap Iqbaal sambil mengelus puncak kepala (namakamu) lembut.
Wajah (namakamu) sudah lebih segar dari seminggu yang lalu, bibir dan kulit wajahnya juga tidak sepucat sebelumnya hanya saja kehitaman seperti memar masih mengelilingi sekitar matanya.
(Namakamu) tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Iqbaal, detik berikutnya dia memalingkan wajahnya begitu juga dengan Iqbaal. Pintu terbuka, dan memperlihatkan sosok Salsha berjalan dengan santai ke arah (namakamu).
"Kondisi bayi baik, sebenarnya kita juga gak bisa bilang kalau anak kamu itu lahir secara prematur, umumnya bayi prematur lahir 35-37 minggu lebih awal..," Salsha menjeda kalimatnya, dia mengedarkan pandangannya dengan sikap mencari sesuatu.
"Sekarang tanggal berapa?"
"19 Oktober." Jawab Iqbaal.
Salsha diam sebentar, keningnya berkerut. "Berarti sekitar tanggal 1 November atau 2 November bayi kalian seharusnya lahir, dan kejadian buruk itu terjadi tanggal..."
"12," (namakamu) bersuara, Iqbaal dan Salsha serempak menoleh ke arah (namakamu) sambil tersenyum ramah.
"Cuma telat 21-22 hari atau 3 minggu lah yah, halah, gak penting juga,"
Tiba-tiba Salsha merasa jengkel dengan sikap formalnya. "Yang penting sekarang anak kalian selamat walaupun kesehatannya gak terlalu baik."
-o-
Bangunan rumah itu sekarang gelap, tidak ada setitikpun cahaya yang menerangi kecuali cahaya rembulan yang menerangi malam. Tempat itu sunyi, sepi seakan tak bernyawa. Di halaman rumah terdapat papan bertulisan 'di larang masuk'.
Sudah seminggu pasca kejadian pembunuhan yang mengegerkan warga setempat, walaupun daerah ini cukup jauh dari warga setempat tapi mereka rela melihat hanya sekedar tidak ingin ketinggalan berita.
Terlebih kejadian pembunuhan di tempat itu mengingatkan para orang-orang tua yang sudah paruh bayah dengan kejadian bertahun-tahun yang lalu.
Rumah itu benar-benar menyeramkan, sangat mengerikan. Bahkan binatang malam pun enggan singgah disitu. Seminggu lebih tidak ada yang menghirup udara di tempat itu.
Tap! Tap! Tap!
Angin berembus kencang seolah menyambut seseorang yang baru saja menginjakkan kakinya di teras rumah. Orang itu mengenakan tuksedo silver sepanjang betisnya, rambutnya dia biarkan terurai di terpa angin malam, wajahnya tidak berekspresi, teman-temannya kebanyakkan menyebutnya patung suci yang memiliki jantung.
"Ah, sudahlah," dia menghembuskan napas. Kebiasaan hidupnya, dia berbicara terlalu formal kepada siapapun dan itu semakin membuatnya seperti sesuatu yang langkah.
"Orang tuaku sudah meninggal, mereka sudah tenang disana, hanya saja mayatnya yang belum di temukan." Dia berkata santai sambil menyentuh pelan pintu rumah lalu terbuka.
Langkah pertamanya masuk ke rumah membuat gorden dan jendela terbanting berkali-kali yang di akibatkan oleh angin kencang.
"Apakah aku akan percaya orang yang sudah mati bisa bangkit kembali? Dan menakuti orang-orang? Huhh, terdengar seperti film horor yang baru-baru ini aku tonton," gumamnya, dia berbalik dan menutup pintu rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/135396574-288-k503414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinocchio
Детектив / ТриллерRepost cerbung Muhammad Aryanda. Udah tamat ya, jangan lupa votenya ❤