5

649 56 0
                                    

Maaf ya semua part 5-nya aku engga nemu jadi langsung aku skip ke part 6.

15+ yang dibawah umur jangan baca ya udah aku kasih tau, nanti aja bacanya pas umur kamu udah mencukupi yaa, jadilah pembaca yang bijak.


***

”Lari!”

”Jangan bersembunyi disitu. Naik ke atap!” 

”Kalau sudah tidak terdengar apa-apa lagi, keluarlah.” 

”Ibu mencintaimu.” 

... 

Seberkas cahaya pekat menerobos masuk dari ventilasi udara, sinar matahari pagi itu menyeruak masuk ke dalam. Mengisi ruang dalam tanpa sinar. 

Iqbaal, yang menghabiskan malamnya hanya setengah berbaring di sofa putih yang berada di kamarnya.

Semalaman dia terjaga karena takut hal aneh kembali terjadi. Yang dia bingung adalah hal aneh apa yang menimpah istrinya, sampai-sampai wanita itu jatuh pingsan setelah suara teriakan itu. 

Iqbaal beranjak dari sofa, melangkah ke tempat tidur tanpa menimbulkan suara. Ya. Iqbaal masih mengingat jelas saat dia baru saja sampai di rumahnya, dan tak lama kemudian terdengar teriakan (namakamu) dari dalam. Dia berlari ke rumah dan mendapati (namakamu) sudah pingsan.

Iqbaal naik ke atas tempat tidur. Memperhatikan garis wajah (namakamu) ketika sedang tidur membuatnya khawatir, di kening wanita itu terdapat kerutan seakan (namakamu) sedang mengalami mimpi buruk.

Tangan Iqbaal bergerak untuk menyentuh wajah (namakamu). Basah. Wanita itu juga berkeringat. Kegelisahan Iqbaal semakin bertambah, dia mengusap wajah (namakamu) yang berkeringat, lalu mengecup kening wanita itu.

Saat bibir Iqbaal masih menempel di kening (namakamu), tiba-tiba saja tubuh (namakamu) bergetar-getar dan Iqbaal bisa merasakan kalau tubuh (namakamu) tersentak.

”Haahh...haahh...haahhh...” Napas (namakamu) memburu, wanita itu menyenderkan punggungnya di kepala tempat tidur, lalu sepasang matanya yang was-was mengedarkan ke segala arah. Dan tak lama, matanya bertumbukkan dengan mata sendu Iqbaal.

(Namakamu) bergerak kedepan, dan menjatuhkan tubuhnya di dalam pelukkan Iqbaal.

Kejadian tadi malam memang sungguh membuat resah pikirannya, sesuatu yang aneh, hal yang tak wajar.

”Aku takut.” (Namakamu) tersedak dan menangis. Seperti semalam, (namakamu) hanya mengucapkan dua kata itu tanpa ada rasa sedikitpun untuk menjelaskan apa yang membuatnya takut.

Iqbaal membelai punggung (namakamu) dengan sikap menenangkan. 

”Tadi malam kenapa kamu teriak?” 
Merenggangkan pelukkannya, (namakamu) mengusap air matanya lalu berkata.

”Tadi malam aku nungguin kamu di sofa depan, waktu aku hampir tidur ada orang yang...cekik aku.”

Kening Iqbaal berkerut, tatapan laki-laki itu menyelidik ke wajah (namakamu). ”Tapi aku yang liat kamu pingsan di sofa, dan gak ada siapa-siapa.”

Merasa kalau tubuhnya merosot, (namakamu) menegakkan tubuhnya dan memandang tajam ke arah Iqbaal. (Namakamu) tidak bohong!

PinocchioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang