Salacca zalacca

741 141 13
                                    

Hari ini Daniel sedang ada urusan bisnis di China.

Dan pikiran nya entah kenapa sangat kacau saat terakhir bertemu dengan Jihoon.

Daniel sangat ingin memperbaiki semuanya.

Sikap Jihoon yang dingin. Daniel sangat ingin merubahnya.

Dan saat ibu Jihoon menawari kesempatan itu, Daniel sungguh merasa ini adalah saat yang tepat.

Namun Jihoon seperti nya tidak berpikir sama.

Ia bahkan mengabaikan puluhan pesan yang Daniel kirim.

"Ibumu baik-baik saja kan?"

"Kau juga baik-baik saja?"

"Aku ingin menjenguk. Tapi aku tidak bisa."

"Aku sedang berbisnis di China"

"Katakan jika ibumu ingin ku belikan oleh-oleh"

"Kau juga. Jika ingin oleh-oleh bilang saja"

"Kau tau kan aku sukses "

CK. Semua pesan telah dibaca, tapi tidak satupun yang dibalas.

Apa pesan Daniel terlalu sombong?

Apa keyword ponsel nya rusak?

Tidak mungkin. Ponsel Jihoon pasti mahal.

Ck. Daniel kembali berdecak dan memutuskan untuk minum malam ini.

Benar. Sudah lama ia tidak mabuk.

Saat sudah tidak memiliki kesadaran lebih. Tiba-tiba ponsel Daniel berdering dengan nama Jihoon disana.

"Ya Park Jihoon kenapa kau mengabaikan ku?"

"Ah Niel. Ini eomma. Kau baik-baik saja?"

"Eomma anakamu mengabaikan aku. Apa aku kurang tampan? Apa aku kurang berkarisma.? Dia tidak membalas satupun pesan ku ." Seru Daniel dengan suara yang sudah merengek.

Karena Daniel benar-benar tidak sadar.

Sementara nyonya Park tersenyum dan memandangi anaknya yang tidur di sebelah nya.

Jihooniennya sekarang terlihat lebih tirus.

"Niel, Jihoon benar-benar sibuk mengurus eomma. Kalau sudah selesai. Kau bisa kan menemui Jihoon. Eomma sangat mempercayakan nya padamu."

"Tentu. Hanya aku yang bisa membahagiakan Jihoon. Ah aku ngantuk "

Dan Daniel tertidur setelah mengatakan itu.

Pagi harinya Daniel terbangun dengan kepala berat dengan mulut yang berbau alkohol.

Tak lama telpon hotel tempat nya menginap berbunyi.

"S-sir?"

"Kenapa menelpon sepagi ini. Kau bilang jadwal ku siang?, Jam dikamar mu mati ? "

"S-sir ibu dari penyanyi Park meninggal "

Dan tanpa sadar Daniel menjatuhkan telpon nya .

"Songin-ah pesankan aku tiket ke Korea yang paling cepat saat ini juga." Daniel menjawab dengan suara bergetar dan pikiran yang entah kemana.

"Ta-tapii sir. Siang ini kau harus menghadiri rapat penting.
"

"CEPAT PESANKAN SEKARANG. KEKASIH KU SEDANG MENANGIS SENDIRI SEKARANG. APA KAU GILA".

Songin mengelus dadanya kaget. Pertama kalinya Daniel berteriak marah padanya.

Jujur Songin ingin bertanya sejak kapan mereka jadi sepasang kekasih ?

Tapi ia tau. Pasti Daniel akan membunuhnya maka ia hanya bisa menyanggupi apa yang bos nya minta.

Tak lama ia akhirnya sampai ke Korea, dengan cepat ia pergi ke rumah duka Ibu Jihoon..

Saat ini pikiran nya hanya tentang Jihoon yang menangis sendiri.

Dan benar saja.
Saat ia sampai matanya langsung tertuju pada orang yang berpakaian hitam yang sedang melamun.

Daniel dengan cepat memberi penghormatan terakhir untuk ibu Jihoon dan langsung berlari memeluk Jihoon.

"Maaf aku terlambat" seru Daniel dengan air mata yang tidak bisa ia tahan

Ia tidak peduli dengan orang-orang yang menatap nya bingung, sedih atau senang.

Yang ada dipikiran nya hanya ingin membuat Jihoon merasa bahwa ia tidak sendiri.

Karena ada Daniel disini.

"Maaf sayang aku benar-benar terlambat".

Jihoon tanpa tahu malu nya membalas pelukan Daniel dengan tangis yang menjadi-jadi . Bahkan sebeleh tangan nya memukuli bahu Daniel.

Jihoon tidak tau kenapa ia benar-benar ingin Daniel menemani dari awal. Menemani Jihoon yang berduka. Bukan datang terlambat .

"Tenanglah aku disini sekarang. Kau tidak sendirian."

Daniel menatap Jihoon dan mengecup sayang kening nya.

Benar-benar moment yang sangat dinantikan oleh para wartawan. Tapi mereka juga tahu diri untuk tidak memotret.

...

Pemakaman selesai, dan tidak sedetik pun Daniel meninggalkan Jihoon.

Bahkan saat ingin buang air pun Daniel menahannya sampai Jihoon tertidur.

Meskipun nyatanya pada dini hari Jihoon terbangun.

"Kau lapar ?"

Daniel yang tidur disebelahnya sadar saat Jihoon terjaga. Dan ia memilih bangkit dari ranjang.

"Berterima kasihlah. Karena pengusaha nomor satu Korea akan memasak untuk mu. Kau tunggu ya"

Daniel sudah sampai di ujung pintu sampai suara dingin Jihoon sampai di indera pendengarannya.

"Kenapa?"

Dan Daniel bingung menjawab seruan Jihoon.

"Kenapa kau peduli padaku Kang Daniel?"

Entah kenapa Jihoon berteriak dengan tatapan yang entah kemana.

Dan Daniel mengerti bahwa Jihoon tertekan.

Ia akhirnya memilih untuk naik ke kasur dan berusaha memeluk Jihoon

"Jangan sentuh aku".

Daniel seperti tuli dan terus memeluk Jihoon.

"Ku bilang jangan sentuh aku bodoh. Eomaa"

Jihoon menangis keras dan tidak lagi melawan pelukan Daniel.

Ia menyamankan dirinya diperlukan Daniel. ..

"Kau tidak sendirian sayang".

Daniel mengelus punggung Jihoon yang bergetar karena tangisan.

"Kau. Ikut ke rumah ku saja. Disana kau tidak akan kesepian. Ada adikku. Kau mau?"

Entah bodoh atau apa. Tapi Jihoon mengangguk.

"Baiklah sekarang aku akan membuat makanan untukmu.

Daniel melepaskan pelukan nya yang entah kenapa Jihoon menahannya

"Bisa seperti ini saja Sampai aku tertidur?"

Daniel terkekeh mendapati pertanyaan Jihoon

"Seumur hidup pun aku tidak keberatan sayang"

"Bodoh."

Daniel tersenyum dan mengeratkan pelukan Jihoon.

....

TBC

Satu atau2 part lagi end ya. Mohon maaf aku ngebut dan feel nya mungkin ga dapet.

FruitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang