Jiho benar-benar menjaga keseimbangan tubuhnya, sekaligus konsentrasi penuh karena ia harus membawa coklat itu ke kamarnya dengan cepat, di dalam kegelapan malam yang membuat Jiho kebelet.
"Waah... ini apa?"
"Wtf--"
Jiho menutup mulutnya sendiri.
Siapa? Itu suara manusia kah?Maksud Jiho... bagaimana mungkin seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa melewati pintu masuk kamar apartemennya terlebih dahulu?
Sementara pintu masuknya berada disamping dapur. Dan jika ada orang yang masuk, pasti Jiho akan melihatnya.
Tapi... apa mungkin dia masuk melewati jendela?
Ini kenyataan, kan? Seumur hidup, Jiho nggak pernah mencicipi yang namanya kemalingan. Atau di rampok dan di bunuh, karena buktinya author gak mau menceritakan kisah orang mati.
"Ini... aku, kan?"
Jiho hampir berteriak kala itu, tapi takutnya dia malah menakuti dirinya sendiri. Karena sebenarnya, suara tangisnya tak kalah berbeda dengan kuntilanak. Beruntungnya tangan kirinya yang tak menggenggam apapun mampu membungkam mulutnya untuk menahan segala sumpah serapah yang nyaris keluar dari sana.
"Lord! Bagaimana bisa dia melukis rupaku sebagus ini?" Jiho mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebagus itukah kata-kata seseorang yang pekerjaannya menjadi maling?
Maling tuh nggak punya otak.
Ok. Itu tadi ngegas. Maaf buat yang pernah maling pulpen di sekolahnya. Tapi yang lebih penting, maling nggak sehebat itu menyamar jadi orang biasa yang pura-pura salah masuk kamar, lalu berbicara dengan lantang di kamar orang yang nggak di kenalnya.
Apalagi, mengambil kesempatan yang cukup sempit dengan memuji karya seni milik orang yang mau di jadikan mangsanya dengan kalimat yang begitu indah nan panjang?
Kalau bukan maling, pasti ini orang sakti!
Duh, rasanya Jiho mau mati saja kalau dia tahu bakal mendapatkan kejadian mengerikan seperti ini.
Seharusnya, Jiho melakukan simulasi dulu untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Tapi, bagaimana mungkin kalau yang di lakukannya hanyalah berhadapan dengan komputer kesayangannya?
"Ayo Jiho... ayo!" Dia menampar wajahnya cukup keras, beriringan dengan kesendirian yang cukup hangat menyelimutinya malam ini.
Krieeekkk...
"P-permisi..."
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
"Dateng, ya."
Sahabatnya, Kim Seunghee itu, memberikan undangan untuk perayaan pelepasan masa lajangnya. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Maka, akan di datangkan dua buah kue bertingkat tiga.
Maklum. Suaminya adalah anak dari orang terpandang dan di segani banyak orang.
Karena itu, penulis yang satu ini memilih baju terbaiknya untuk datang ke acara tersebut.
Dress Marun klasik berukuran selutut dengan sepatu cantik berwarna Hitam, sangat senada dengan rambut legam yang di urainya, serta sentuhan bando klasik berlapis Merah metalik.
Maunya datang bersama pacar. Tapi, Jiho, kan, jomblo lapuk. Lagian... apa salahnya, sih, jomblo?
Toh, Jiho bahagia-bahagia saja.
Setidaknya sebelum cewek itu mengetahui sahabatnya sendiri pun akan melepas status jomblonya bersama orang yang di kejarnya saat SMA dulu. Kim Doyoung.
"Ya Tuhaannn... ma twiiinnss!" Jiho masih bisa memeluk Seunghee, seperti biasa.
"Kim Jihooo!! Gaun gueee kampreettt!!!?!?!?!" Kata Seunghee panik sambil memperbaiki gaun pengantinnya, dan dengan genitnya mengerling ke arah suaminya. Entah kode 'aku nggak papa kok' atau 'aku tetep cantik kan ya mas'.
"Huhuuu... gue yang lebih tua, gue juga yang di langkahin," kata Jiho histeris.
"Makanyaaa! Hati tuh jangan dingin banget kayak es batu! Di lelehin dikit, biar ada yang masuk," seru Seunghee sambil memencet hidung Jiho, gemas.
"Masalahnya siapa yang demen sama gue, Seung? Shawn oppa banyak banget alasannya kalau gue udah—" Tanya Jiho setengah merengek.
"AST-SSSSTTTT! Banyakan ngayal mulut loe!" Sembur Seunghee pedas.
"Pakabar loe yang tiap malem di dongengin sama Doyoung lewat vidcall," balas Jiho menarik nafas frustasi.
Seunghee terdiam sejenak, wajah Doyoung menjadi spot buat dia berpikir. Sementara pria itu malah membalas tatapan istrinya, bikin sifat malu-malu anjing Seunghee kumat. "Kalau manusia nggak ada yang mau sama loe, mungkin salah satu malaikat di dunia ini ada," bisiknya.
"YEEE BABI, BENER KAN. KEBANYAKAN BACA NOVEL GINI NIH CETAKANNYA. KAK DOY, KALAU SEUNGHEE HALU HUKUM AJA,"
"OK," sahut Kim Doyoung, lalu mendekati telinga pengantinnya itu dan tersenyum miring. "Tonight, by,"
/authorbaper/
-----o0o-----
Tbc
©takoyaki_yn
YOU ARE READING
200th Prince {REVISI}
FanfictionHanya sementara. Kami tidak menetap selamanya. Kami di ciptakan untuk menyempurnakan, sementara kamu adalah kendali yang sesungguhnya. • • • • ©takoyaki_yn 2019