Jiho masih belum percaya sampai sekarang kalau dia benar-benar sarapan bersama bosnya itu. Hanya berdua. Tanpa orang lain. Bisa bayangkan betapa bahagianya saat menghabiskan makan bersama orang yang di sukai?
Kalau nggak punya malu kayak Seunghee, mungkin Jiho sudah menggerogoti meja saat ini juga.
"Kenapa suapnya kecil-kecil begitu, Ji?" Mino menahan senyumnya, eyes smilenya memandang Jiho yang menggunakan sendok teh untuk melahap nasi goreng sosisnya.
"Ah iya, geblekk!!"
Buru-buru cewek itu mengganti sendoknya dengan sendok makan yang tersedia. Dan dengan senyum bodohnya sambil menatap bosnya itu.
"Maaf, pak."
Untungnya Mino peka kalau perempuan yang satu ini sudah menyukainya sejak 3 tahun yang lalu. Bagaimana semuanya baik-baik saja untuk jantung Jiho jika dia mengajaknya sarapan bersama seperti ini?
Dan yang lebih lucu adalah gayanya yang formal. Padahal, semasa SMA, Jiho pernah di pergokinya sedang menjerit histeris dan berlarian kesana kemari karena kecoak yang di taruh oleh teman sekelasnya di dalam lokernya.
Ya, niatnya event pembullyan. Tapi, ketidak warasan Jiholah yang menyelamatkan dirinya sendiri lantaran ia telah melabrak dan balas dendam dengan si pembully tersebut.
Dan sekarang, bagaimana bisa Jiho bersikap seperti sepasang orang asing di saat pertemuannya yang kedua kali dengan Mino, bahkan dengan hubungan bos-pegawai seperti ini?
Laki-laki bersurai blonde itu menggelengkan kepalanya sembari tertawa pelan. Sialnya, membuat Jiho semakin merasa bodoh di hadapannya.
"Aduh, saya haus..." Mino mengusap lehernya, sengaja. Dan menatap teman sarapannya itu. "Kamu mau pesan minum?"
Yang tentu saja di balas anggukan oleh Kim Jiho sambil terus mengunyah nasi gorengnya.
"Mau pesan apa?" Tanya Mino sambil menatap menu yang di gantung di dinding.
Jiho tampak berpikir sebentar. "Samakan saja dengan bapak." Jawabnya sembari mengangguk sopan dan tersenyum cringe.
Bisa bayangkan?
Mino mengerutkan keningnya, "yakin? Uang saya kebanyakan, nih. Bantu saya buat menghabiskannya," katanya. Di dalam pikiran Jiho, dia sedang bercanda.
Faktanya, Mino memang terlahir dalam keluarga yang kaya raya.
"Kalau begitu, air mineral saja, pak." Jawab Jiho, menahan tawanya.
Mino menghembuskan nafas pasrah atas sifat pegawainya itu, lantas beranjak dari kursi dan tampak berbicara dengan salah satu pelayan yang kebetulan melewati mereka.
Sedikit lama, karena Mino langsung pergi ke kasir untuk membayar semua sarapan mereka. Sehingga Jiho harus menunggu sembari menghabiskan nasi goreng yang porsinya cukup banyak itu.
Setelah di rasa perutnya mulai penuh, Jiho menghentikan stok nasi gorengnya yang masuk tanpa henti ke dalam mulutnya. Dia memutuskan untuk melihat handponenya, siapa tahu ada cogan ngelamar lewat What's App.
xxxxxxxxxxxx
| Jangan terlalu dekat dengan
dia. Aku tidak suka.NAH KAN BENAR!
Jiho hampir saja menggigit benda mati tak berdosa itu, sampai akhirnya dia berhasil mengendalikan dirinya.
Me
Siapa kamu? |Ya, apa lagi yang harus di jawabnya selain terlihat menjaga image sebagai cegan di kantor ini. Masa dia harus ngirim stiker lope-lope ke pengirim tak di ketahui itu? Kelihatan murahannya.
xxxxxxxxxxxx
| Kamu mau pindah dari sana apa
tidak? Jawabannya hanya Ya dan TidakHah? Siapa, sih, dia sampai beraninya mengatur tempat duduk Jiho?
Cewek itu menggeledah sekeliling kedai bernuansa Hijau itu dengan kedua mata elangnya, mencari seseorang yang mengintainya diam-diam.
Tapi, kalau di perhatikan begini, sih, Jiho nggak pernah nggak baper. Tapi, tapi, tapi, kan kesel... masnya protektif banget sama Jiho:(
"Jiho?"
"EH COPOT 😲😲?!?!"
Brukkk!
Jiho menatap tidak percaya kepada ponselnya yang tahu-tahu terjatuh dari tangannya. Kaget.
Jiho orangnya kagetan dan lebay dibalik sifatnya yang galak dengan cowok. Kecuali cowok yang membuatnya baper pun hanya dengan tulisan.
"Maaf..." ucap pria itu dan membantu Jiho untuk mengambilnya.
Gadis itu mendongak, bersiap mengomel dan ia tak peduli jika itu adalah bosnya. Jiho nggak segan-segan minta ganti rugi. Toh, Mino bukan berasal dari keluarga yang dibilang sederhana, bukan pula kurang mampu.
Namun, yang berada di hadapannya itu membuatnya mengerjap tidak percaya berkali-kali. Kenapa dia berada di sini?
"J-Jaehyun?"
-----o0o-----
Tbc
©takoyaki_yn
YOU ARE READING
200th Prince {REVISI}
FanfictionHanya sementara. Kami tidak menetap selamanya. Kami di ciptakan untuk menyempurnakan, sementara kamu adalah kendali yang sesungguhnya. • • • • ©takoyaki_yn 2019