4. Must Meet 'again'(?)

32 10 0
                                    

Dia

Hai:)

Save back, Laura temen sekelas lo

Ha? Siapa?

LAURA, gbs baca lo?

Yang mana? Gue gatau. Sorry

Gw yg duduk hadep hadepan sama lo tadi

Maaf, gw blom inget

Ga inget y uda

Brarti ga gw save dong, kan gatau?

Ya uda sii, trsrh

Ngambek

Bodo

Iyeiye gw save

G usah

Wkwk


[READ]

"Ngeselin bet si tu bocah. Untung suka! Eh, paan si" batin Lau

•••

Setelah menaruh ponselnya disamping bantal, ia memutuskan untuk mandi karna jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Sedari tadi, hanya mama laura saja yang sudah pulang. Yang lain? Entahlah.

Setelah mandi, Laura memakai baju rumahnya. Laura sangat bosan, ia tidak tau harus melakukan apa. Akhirnya Laura memutuskan menonton drama korea di laptop nya.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Laura mem pause drama tersebut lalu, dibukanya pintu itu.

"Eh abang udah pulang. Ngapain?" ternyata abangnya Leo yang masih memakai seragamnya.

"Gue mau nawarin sesuatu buat lo. Tapi gue masuk ya. Cape gue"

"Cieh elah gaya lu bang. Biasanya juga nyolong masuk"

"Bacot lo dek" ujar Leo sambil membaring kan tubuhnya di ranjang milik Laura.

"Si abang malah bobo cantik. Tadi Mo nawarin paan" tanya Laura.

Leo hampir saja terlupa "Ini loh, lo inget ga dulu pas SMP kelas 8. Lo sempet ikutan les bulu tangkis kan? "tanyanya.

"Iya. Tapi gue keluar setelah hampir 8 bulan. Dulu cewe nya cuma gue doang kan lo tau sendiri, terus waktu itu ada UKK jadi gue keluar deh. Ngape deh? "jelasnya lalu bertanya.

"Ikut lagi yuk. Denger denger, cewenya udah banyak gitu yang ikutan latian. Jadi kalo mau ikut, lo ada temen"ajak Leo.

"Di lapangan Tjandra?" tanya Laura memastikan.

"Iya, lapangan Tjandra. Yang ada dia noh. Yang anter jemput lo pulang latian kek supir. Itu gue ingetin kalo lo lupa" ledek Leo

"Oke deh gue ngikut ajalaa, gabut gue. Lagian gaperlu diingetin juga inget gue!"jawabnya sedikit ragu dan ketus. Pasalnya ada sebuah masalah kecil dengan orang yang disebut Dia dulu.

"Lo kok ragu gitu sih,mikir apa? Kalo lo udah ga minat gapapa ko. Tar biar gue sendiri aja. Lagi juga, gue cuma nawarin ngga maksa."

"Eh engga ko bang. Gue mau, tapi Lau masi aga khawatir aja"

"Soal dia?" tanya Leo memastikan.

"Iya bang. Apa lagi" jawabnya lesu.

"Udah lah, Lau. Lo tenang aja. Sekarang kan ada gue"

"Itu yang gue takutin"

"Ha? Maksud lo, de? Lo gamau gue jagain? "

"Ih bukan gitu. Lo tu udah kenal lama sama dia, uda deket bet malah. Takutnya, kalo gue risih ke dia lo malah macem macem. " Leo cekikikan mendengarnya.

"Lo tau kan gue gasuka sikapnya dia yang menurut Lau kelewat manis" Lau mengeluarkan unek unek nya. Leo mengangguk.

"Kalo dia bikin lo ga nyaman ngadu aja ke gue. Ga bakal tuh anak orang gue bikin mati" jelasnya tak kalah panjang meyakinkan sang adik.

"YA IYA LAH?? Tapi bener ya lo ga nekat?"

"Iye kaga, palingan koma" lanjut Leo yang membuat Laura membelalakan matanya kaget.

"HAHAHAH. Iya iya kagaa. Masuk UGD deh"

Laura menggeleng gelengkan kepalanya sambil mengelus dada. "Sama aja bego" Lalu ia tersenyum tipis karna abangnya selalu melindunginya.

"Emang dia masih latian di sana? Gue emang sempet nge fans ama dia sih, secara dia kece gitu. Tapi kenapa dia menganggap lebih?" batin Laura.

"Heh!! Lo kok nglamun sih? Mikirin apa lagi coba?"

"Paan si. Orang gapapa juga, lebay"

"Gue gini, karna apa coba? Kan gue sayang sama lo dek"

"Iyaa deh iyaa. Percaya Lau mah sama abang. Udah sono mandi gih. Sumpah kak, lo bau" usir Laura dengan menutup hidungnya. Sebenarnya Leo tidak bau, wangi malah. Itu hanya alasan Laura agar Leo segera keluar dari kamarnya.

"Iyee yang harum mah beda. Oiya tar gue kabarin kalo udah mulai latiannya" ucapnya diambang pintu.

"Lah, emang udah daftar? "

"Udah, tadi sekalian abis dari Naufan"

"Kak Naufan ikut?"

"Engga, cuma dia ikutan futsal yang lapangannya persis di sebelah lapangannya bulu tangkis tau kan?' jelas Leo.

"Tau- tau, yaudah sono buru mandi lo"

"Otwww" ucap leo

"ye" Laura langsung menutup pintunya.

•••

Setelah Leo keluar dari kamar Laura, Laura masih memikirkan tawaran abangnya yang langsung di iya kan olehnya. Apa dia masih sanggup bertemu dengan nya?

Dia, yang sempat mengisi hari hari Laura. Yang sudah dianggapnya sahabat oleh Laura. Berlatih bersama, dan menghabiskan waktunya untuk sekedar bercengkrama seputar bulu tangkis.

Dia, mungkin kata kagum sudah cukup mewakili semua jika kalian bertanya tentangnya.

Tapi rasa kagum Larea menjadi salah paham. Dia menganggap kagummya ialah rasa suka.

Sempat Laura menganggap bahwa dirinya menyukai sosok Dia, tapi langsung saja tersadar bahwa rasa sukanya tidak sedalam itu untuk menjalin sebuah hubungan. Mungkin Laura masih terlampau kecil kala itu, tapi ia tau.

Semoga kamu udah lupa aku, ya? ~batin Laura

TBC


Te Amo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang