5. Most Wanted

54 10 1
                                    

Seperti kemarin, Laura bangun dan mandi. Setelah itu, ia duduk didepan cermin untuk memakai sunscreen dan liptint. Begitulah penampilan Laura saat ke sekolah.

Dengan gaya rambut dikuncir kuda, sepatu hitam dan kaos kaki semata kaki, seragam dimasukkan rapi serta dasi yang mengalung di lehernya, Laura siap untuk sarapan.

"Hei dede nya abang" sapa Leo.

"Hai babang Leo. Met pagi semwaa" sapa Laura tak kalah semangat. Tak heran juga sebenarnya, karna Laura punya sifat periang.

"Selamat pagi juga, Lau" papa dan mama Laura ikut menyapa.

Setelahnya, mereka sarapan.

"Pah, mah, Leo sama Lau mau latian bulu tangkis lagi di lapangan yang dulu Lau latian" ujar Leo di tengah sarapan.

"Loh kamu mau latian di sana lagi? " tanya mamanya.

"Iya, dan kali ini Leo ikutan" seru Leo.

Laura?

Ia hanya diam menyimak. Entah harus senang atau sedih. Ia memutuskan untuk biasa biasa saja dan mengoleskan selai di atas roti tawar.

Sayangnya papa Laura dapat melihat perubahan ekspresi Laura yang menjadi datar.

Laura memang sangat tidak bisa mengondisikan wajahnya. Jika mood nya turun, semua orang pun dapat menebaknya karna sifat periangnya sudah terlalu lekat ada dalam diri Laura.

"Kamu ikutan lagi, Lau?" tanya papa Laura hati hati.

"Eh, i-iya pah" Laura sempat mengerjap karna kaget dengan pertanyaan papa nya tiba tiba.

"Udah ah, Lau yuk berangkat. Udah selese juga kan lo? Keburu siang" ujar Leo. Sepertinya Leo peka dengan keadaan.

"Yauda deh. Pah, mah, kita brangkat dulu yah! Bye" pamit Laura diambang pintu.

"Tiati sayang" teriak mama Laura.

"Dia anak yang baik mah. Selalu ada untuk Lau. Dia juga keliatan suka sama Lau. Tapi, kita bisa apa kalo Lau ga suka?" papa laura berujar dan menceritakan 'Dia'.

"Masalah anak muda pah, biarin. Kita diem aja selagi itu masih di batas aman" jawab mama Lau kalem.

"Tapi mah, gak kasian dua duanya apa? Yang satu kekeuh buat suka padahal uda tau ujungnya sama. Lau nya juga kasian tertekan gittu" papah Laura memang sedikit sensitif jika mengenai anak gadisnya.

Karna apa?

Karna laura perempuan. Paras cantik ibunya menurun sepenuhnya pada Laura. Mana mungkin Stuwerd menyerahkan anaknya dengan enteng pada lelaki di luar sana. Yang baik aja di garangin, apalagi yang belom jelas asal usulnya.

"Yasudah lah pah, papah kek ga pernah muda aja. Biarin mereka selesaikan masalah mereka sendiri sampai dia angkat tangan menyerah dan minta nasihat kita" tukas Fanny.

"Okedeh. Papah mah ngikut mamah aja"

•••

Di perjalanan menuju sekolah, tepatnya di dalam mobil Leo, Laura terdiam. Masih memikirkan apa yang terjadi saat ia bertemu dengannya lagi. Apa dia masih ingat Laura? Apa dia akan bersikap seperti dulu? Dan masih banyak pertanyaan yang terngiang dikepala gadis berambut hitam lurus itu.

"Dek, kenapa? Badmood ya? Klo ada apa apa ngomong, jangan diem-diem aja"

"Mood gue ancurr, kak. Baru aja gue ngerasa suka sama orang, kok dia mau muncul lagi sih---"

"Apa lo bilang? Lo suka sama orang? Gila banget lo ga crita ke gue?" potong Leo histeris.

"Kagaa, ih apaan sih ribut banget" Laura mencoba mengelak sambil merurutuki dirinya dalam hati.

Te Amo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang